Site icon PinterPolitik.com

Di Balik Pelat Nomor Arteria

Di Balik Pelat Nomor Arteria

Anggota Komisi III DPR RI Arteria Dahlan. (Foto: JPNN)

Anggota Komisi III DPR RI Arteria Dahlan kembali tuai polemik setelah sejumlah kendaraannya yang diparkir di lapangan parkir DPR ditemukan memiliki pelat nomor polisi yang sama. Ada apa sebenarnya di balik polemik-polemik ini?


PinterPolitik.com

Di suatu negeri Nusantara dalam alternate universe Bumi-49, kehidupan masyarakat berjalan sangat cepat. Semua orang serba terburu-buru – khususnya di pagi hari kala kemacetan terjadi. Buktinya, klakson di sana-sini selalu terdengar.

Dengan kehidupan yang serba cepat, tentu tuntutan dan permintaan jasa turut terpengaruh. Salah satunya adalah jasa kendaraan umum, khususnya taksi. Inilah yang dirasahkan oleh Arteri Dahlan yang bekerja di perusahaan taksi yang bernama PDIP (Perusahaan Dunia Instrumen Perantara).

Akibatnya, Arteri menggunakan sejumlah taktik agar bisa mengikuti pelanggannya yang selalu menuntut cepat. Beberapa di antaranya adalah dengan memasang nitrous oxide (NOS) di kendaraannya agar bisa melaju kencang.

Namun, tentu saja, penggunaan NOS di jalanan umum bisa saja berujung pada pelanggaran peraturan lalu lintas – meskipun bergantung pada mampu tidaknya pihak polisi lalu lintas mendeteksi kecepatan kendaraan di Nusantara. Untung saja, kini ada sistem electronic traffic law enforcement (ETLE).

Walau begitu, Arteri tak mau ambil risiko. Ia akhirnya memasang sebuah teknologi di kendaraannya untuk mengganti pelat nomor. Mungkin, ini dilakukan untuk mengelabui kamera-kamera pendeteksi kecepatan kendaraan.

Pada suatu hari, Arteri pun menerima panggilan pelanggan yang bernama Barry Allen. Allen yang bekerja menjadi ilmuwan ini hendak pergi menuju ke B.R.I.N. Labs.


Baca Juga: Drama Arteria, Superioritas Pejabat Publik?


Allen: Permisi, Sir. Bisakah kita pergi lebih cepat lagi? Saya harus buru-buru untuk menyelamatkan teman-teman saya di B.R.I.N. Labs.

Arteri: Tenang, Bos. Gue ada NOS yang bisa membuat mobil ini melaju lebih kencang. (sambil membuka sedikit keran NOS)

Allen: Ini masih kurang cepat. Kalau bisa, harus secepat Minato Namikaze

Arteri: Oke. Saya naikin lagi NOS-nya (pelat nomor yang ada di belakang kendaraan tersebut turut berganti)

Allen: Ah, udah, ah. Lama. Mending saya lari sendiri.


Allen langsung keluar dari kendaraan tanpa basa-basi. Ternyata, oh, ternyata, Allen merupakan seorang pahlawan super yang biasa dijuluki “The Flash”. Mungkin, dia temannya Yellow Flash. Who knows?

Namun, Flash sadar bahwa apa yang dilakukan oleh Arteri telah melanggar kode etik dan peraturan lalu lintas. Flash akhirnya melaporkannya ke PDIP? Akankah PDIP memecat Arteri – atau hanya memberi sanksi? (A43)

Baca Juga: Kritik Bahasa Sunda, Arteria Diskriminatif?


► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik

Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.

Exit mobile version