Site icon PinterPolitik.com

Di Balik Bantuan Ganjar vs Puan

Di Balik Bantuan Ganjar vs Puan

Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo (tengah) memberikan sejumlah bantuan dan hadiah kepada Ketua PAC PDIP Temanggung Fajar Nugroho pada Januari 2022. (Foto: Humas Pemprov Jateng)

Bantuan dan hadiah yang diberikan Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo kepada Ketua PAC PDIP Temanggung Fajar Nugroho dipersoalkan dan akan dikembalikan oleh Fajar. Ada persoalan apa sebenarnya di balik polemik dan kontroversi bantuan Ganjar ini?


PinterPolitik.com

Hari apa lagi yang pantas dirayakan kalau bukan hari ulang tahun (HUT)? Setidaknya, hari inilah yang diperingati oleh Perkumpulan Dewan Insan Pemberi (PDIP) yang berdiri di negeri Nusantara dalam alternate universe Bumi-45.

Organisasi yang bertujuan untuk membagi-bagikan bantuan ini kini telah menyentuh tahun ke-49 – atau mungkin tahun ke-23-nya (tergantung versi cerita sejarah pendirian yang mana yang digunakan). Terlepas dari kapan sebenarnya tanggal ulang tahunnya, PDIP telah lama hadir untuk masyarakat yang membutuhkan.

Salah satu anggotanya adalah Puwan Maharini. Ia selalu berusaha untuk memberikan apa yang dia bisa. Salah satu pemberiannya adalah beras yang jumlah berkarung-karung – dengan foto dirinya di karung-karung itu.

Tidak hanya Puwan, ada juga Jakawi yang juga menjabat sebagai presiden di Nusantara. Banyak juga bantuan sembilan bahan pokok (sembako) yang disalurkan dalam tas-tas yang bertuliskan “Bantuan Presiden”.

Selain Puwan dan Jakawi, yang terakhir ada juga Kak Ganjar. Kak Ganjar ini memberikan banyak bantuan kepada seorang warga yang bernama Fajar berupa sembako, mainan untuk anak-anaknya, dan sejumlah peralatan rumah tangga lainnya.

Dengan kegemaran yang sama ini, Kak Ganjar, Jakawi, dan Puwan akhirnya berbincang-bincang. Mereka pun saling membahas pengalaman mereka saat memberikan bantuan-bantuan, khususnya sembako.


Jakawi: Selamat pagi, Mas Ganjar dan Mbak Puwan. Apa kabar semuanya?

Puwan: Alhamdulillah, saya baik-baik aja, Pak Jaka.

Kak Ganjar: Alhamdulillah, kula baik-baik saja, Pak. Bapak ingat kapan terakhir kali kita bertemu?

Jakawi: YNTKTS.

Kak Ganjar: Wah, Pak Jaka nggak ingat ya? Itu lho, waktu kita ngelakuin hobi kita bersama, yakni berbagai. Ingat nggak pas itu Pak Jakawi lempar-lempar kaos dari dalam mobil sama saya?

Jakawi: Oh, iya. Iya. Ingat saya. Maklum, sibuk sekali saya jadi presiden. Apalagi, habis ini saya harus siap-siap G20.

Puwan: Iya itu. Saya juga kemarin sempat sibuk ngurusin P20. Saya sampai upload foto juga di Instant-gram saya.


Baca Juga: Ganjar Mau Saingi Deddy Corbuzier?


Kak Ganjar: Oh iya, saya sempat lihat, tapi saya lupa udah saya like atau belum.

Puwan: Di-like dong. Masa nggak di-like sih? Kan, mewakili negara juga di panggung internasional.

Jakawi: Wah, Mbak Puwan ini ternyata suka foto-foto ya. Sampai-sampai, pas bagi-bagi beras dan sembako kemarin, ada fotonya Mbak Puwan di karung berasnya.

Kak Ganjar: Iya lah, wong di banyak sudut jalanan juga banyak fotonya Mbak Puwan.

Puwan: Kan, itu melambangkan saya hadir di tengah-tengah masyarakat.

Jakawi: Saya juga hadir di tengah masyarakat. Malah langsung saya antarkan paket berasnya ke rumah warga, dari pintu ke pintu.

Kak Ganjar: Saya juga kemarin ikut ngantarkan bantuan. Malahan, saya sempat ngobrol-ngobrol sama ngasih sejumlah mainan untuk anak-anak warga. Saya juga berencana untuk melakukan renovasi rumah mereka.

Percakapan antara Puwan, Kak Ganjar, dan Jakawi akhirnya berujung pada adu keren dalam memberikan bantuan untuk warga. Mendengar ini, seseorang perempuan langsung menghampiri mereka.

Mamah Dedeh: Heh! Astaghfirullah, ini nape lu-lu pada malah pamer heboh nggaknya sedekah kalian? 

Kak GanjarNuwun sewu, Mah. Nuwun pangapunten.

Mamah Dedeh: Ngomong apa luGue kagak ngerti. Ngomong pakai bahasa yang gue ngerti.

Puwan: Mamah Dedeh, curhat dong.

Mamah Dedeh: Nggak ah. Ntar yang ade mikrofon gue yang dimatiin.


Akhirnya, Mamah Dedeh pun memberikan wejangan kepada mereka bertiga soal bagaimana sedekah yang baik. Seperti yang orang-orang bilang, dalam bersedekah, tangan kanan yang memberi dan – seharusnya – tangan kiri tidak mengetahui.

Akankah para pemberi sedekah di negeri Nusantara ini sadar bahwa sedekah yang baik adalah yang demikian? Selama ada maksud di balik pemberian sembako kepada masyarakat, semakin sulit juga kesadaran itu muncul. Bukan begitu? (A43)

Baca Juga: Mengapa PDIP Usung Ganjar di DKI?


► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik

Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.

Exit mobile version