HomeCelotehDewi Tanjung Ingin Ahok-kan Anies?

Dewi Tanjung Ingin Ahok-kan Anies?

“We don’t dress alike. We don’t rap alike. I shine different. I rhyme different. Only thing you got is some years on me. Man, f**k you and your time difference” – Drake, penyanyi rap asal Kanada


PinterPolitik.com

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan akhir-akhir ini tampaknya tengah menghadapi ujian berat nih. Tepat setelah pergantian tahun dari 2019 ke 2020 lalu, Jakarta – dan beberapa daerah di sekitarnya – dilanda hujan deras yang akhirnya menyebabkan banjir di banyak titik ibu kota.

Kalau dihitung-hitung tuh, udah banyak lho kerugian yang disebabkan oleh bencana banjir kemarin. Kabarnya, puluhan korban dinyatakan meninggal. Sampai-sampai, ribuan juga harus mengungsi dari tempat tinggalnya.

Ya, namanya bencana memang sulit diprediksi. Tapi, bukan berarti pemerintah bisa lepas tanggung jawab selaku pembuat kebijakan terkait bencana, seperti mitigasi dan evakuasi misalnya.

Mungkin, menjadi wajar juga apabila banyak warganet akhirnya menyalurkan protes dan komplainnya kepada Anies selaku gubernur. Udah sepatutnya juga pemerintah mendengarkan aspirasi-aspirasi tersebut.

Namun, tampaknya suasana duka akibat banjir kemarin turut dimanfaatkan oleh beberapa pihak yang disebut-sebut menjadi buzzer politik. Lini masa media sosial nggak jarang dipenuhi oleh kritik dan hujatan yang dianggap memperkeruh suasana.

Dalam kritik dan hujatan tersebut, biasanya ada nama satu orang yang turut dibawa-bawa nih, yakni Basuki Tjahaja Purnama (BTP) alias Ahok. Mantan Gubernur DKI Jakarta itu sering kali dikenang karena kinerjanya yang disebut-sebut lebih baik ketimbang Anies.

Bisa jadi, politisi PDIP Dewi Tanjung dan beberapa pegiat media sosial lainnya yang berdemonstrasi soal banjir beberapa waktu lalu ingin Anies bisa menjadi seperti Ahok tuh. Kan, mereka pastinya ingin dong kalau Jakarta berubah menjadi lebih baik – paling tidak sesuai ekspektasi mereka.

Hmm, tapi, sepertinya keinginan Dewi dan kawan-kawan untuk meng-Ahok-kan Anies tidak hanya sebatas soal penanganan banjir tuh. Soalnya, Dewi bilang ia ingin tetap berdemo sampai mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu mundur dari kursi gubernur.

Wah, jadi ingat tahun 2016-2017 dulu. Kala itu, banyak juga tuh yang ingin berdemo menuntut Ahok untuk mundur dari jabatan gubernur. Jadi, kek gimana yah? Mirip-mirip gitu. Hehe.

Lagi pula, Ahok sendiri tampaknya udah nggak ingin berkomentar tuh soal pemerintahan Anies di Jakarta. Bahkan, beliau bilang bahwa Anies lebih pintar soal penanganan banjir – nggak tahu serius atau nggak. Hehe.

Selain Ahok yang tampaknya tenang-tenang aja, tidak semua rekan-rekan separtai Dewi di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta sependapat dengan dirinya. Wakil Ketua Fraksi PDIP DPRD DKI Jakarta Ima Mahdiah misalnya, malah bilang kalau dirinya nggak sepakat tuh dengan cara-cara demonstrasi untuk melengserkan Anies.

Ima malah lebih memilih memberi kesempatan bagi Pak Gubernur sampai Pilkada selanjutnya. Intinya sih, biar masyarakat Jakarta yang menilai kembali nanti apakah kinerja Pak Anies pantas dilanjutkan atau nggak.

Aduh, kasihan dong Mbak Dewi dan kawan-kawan jadinya sendirian berdemo di jalan. Lagi pula, daripada menuntut Anies mundur, hal yang lebih penting adalah bagaimana pencegahan dan penanganan bencana banjir Jakarta dapat diperbaiki – agar hal yang sama tak terulang kembali. (A43)

► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik

Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.

Baca juga :  Keok Pilkada, PKS Harus Waspada? 
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

The Real Influence of Didit Hediprasetyo?

Putra Presiden Prabowo Subianto, Didit Hediprasetyo, memiliki influence tersendiri dalam dinamika politik. Mengapa Didit bisa memiliki peran penting?

Gibran Wants to Break Free?

Di tengah dinamika politik pasca-Pilkada 2024, seorang wapres disebut ingin punya “kebebasan”. Mengapa Gibran Rakabuming wants to break free?

Prabowo vs Kemlu: Warrior vs Diplomat?

Perbedaan pendapat dalam politik luar negeri tampaknya sedang terjadi antara Prabowo dan diplomat-diplomat Kemlu. Mengapa demikian?