“Hormati gurumu sayangi teman. Itulah tandanya kau murid budiman” – Ibu Sud, “Pergi Belajar”
PinterPolitik.com
Tahu dong, gengs, bahwa Indonesia punya banyak pahlawan. Jenisnya berbeda-beda sesuai dengan zaman perjuangannya.
Ada pahlawan kemerdekaan, pahlawan revolusi, dan juga pahlawan proklamasi. Banyak ya, cuy. Soalnya, untuk mencapai Indonesia yang sekarang, banyak juga yang harus diperjuangkan.
Selain jenis pahlawan tersebut, ada juga guru, gengs, yang merupakan pahlawan pembebas kebodohan. Guru ini termasuk pahlawan yang tidak lekang oleh zaman.
Soalnya, dari zaman kerajaan Hindu dan Budha sampai masa kolonial, sudah ada sosok yang mendedikasikan diri dan waktunya untuk mendidik masyarakat Indonesia. Jadi, sebutan pahlawan bukan melulu soal berjuang di medan perang. Sumbangan pengetahuan juga perlu diapresiasi, cuy, dengan sebutan pahlawan.
Coba deh bayangin saja, gengs. Kalau tidak ada guru di negara ini, mungkin saja Indonesia tidak akan pernah mempunyai sosok sehebat B.J. Habibie atau Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Kacau gak tuh? Behh, gak bisa bayangin,cuy.
Itulah mengapa pada zaman dahulu guru merupakan sosok yang dihormati dan disegani. Kalau zaman seperti sekarang ini, gimana, guys? Hmmm, mungkin, generasi muda saat ini yang lebih berhak menjawab ya gengs. Hehehe.
Nah, saat ini, nasib guru semakin mencemaskan sih, gengs. Pasalnya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) sebagai tombak pendidikan di Indonesia berencana memotong tunjangan untuk guru, cuy, akibat pandemi Covid-19 ini. Tidak tanggung-tanggung loh, pemotongan tunjangan profesi guru (TPG) ini dapat mencapai Rp 3 triliun.
Awalnya, anggaran TGP untuk para Pegawai Negeri Sipil (PNS) daerah ditetapkan sebesar Rp 53,836 triliun, cuy. Kemudian, setelah keluarnya Peraturan Presiden (Perpres) No. 54 Tahun 2020, anggaran tersebut dipotong menjadi Rp 50,881 triliun. Ya memang sih, kelihatannya tidak terlalu banyak jika kita lihat secara keseluruhan tetapi, kalau kita lihat secara nominal, pemotongan anggaran itu banyak banget, cuy.
Akibat dari pemotongan anggaran ini, beberapa pihak sontak berkomentar, gengs. Di antaranyaadalah Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).
Menurut mereka, ini disayangkan banget, cuy, kalau TGP sampai dipotong karena TGP itu sebenarnya hak dari guru. Harusnya pemerintah menyisir anggaran yang lain saja.
Anggaran perjalanan dinas, kegiatan rapat, atau belanja modal misalnya dapat dialihkan untuk penanganan pandemi Covid-19. Kalau dipikir, memang benar juga ya, cuy, ide ini.
Selain itu, ada juga kritik yang datang dari Ikatan Guru Indonesia (IGI), cuy. Menurut Ramli Rahim selaku Ketua IGI , harusnya yang dipotong itu anggaran Organisasi Masyarakat Penggerak yang anggarannya lebih dari Rp 500 miliar.
Menurut doi, puluhan tahun Kemdikbud menghabiskan dana triliunan untuk peningkatan kompetensi guru tapi ternyata tidak ada dampak positif signifikan, cuy. Weleh-weleh, kelihatannya Kemdikbud ini memang harus memikirkan ulang ya,gengs, karena masih banyak banget anggaran yang harusnya disisir dari sektor lain, bukan tunjangan guru.
Hadeeh, ngomong-ngomong, kasihan banget ya, gengs. Mereka udah capek ngajar, eh, tunjangannya dipotong. Mungkin, Mendikbud Nadiem Makarim perlu diingatkan kembali dengan lirik lagu “Pergi Belajar” dari Ibu Sud di awal tulisan, “Hormati gurumu sayangi teman. Itulah tandanya kau murid budiman .” Hehehe. (F46)
► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.