“Countin’ that paper like loose-leaf, yeah. Gettin’ that chicken with blue cheese, yeah” – Lil Uzi Vert, penyanyi rap asal Amerika Serikat
PinterPolitik.com
Di tengah pandemi Covid-19 seperti saat ini, tentu semua strategi akan dikeluarkan oleh pemerintah ya gengs. Tidak lain tidak bukan, tujuannya yaitu untuk kepentingan rakyat.
Ya, namanya pemerintah memang mempunyai kewajiban, cuy, untuk menjamin kehidupan bangsa dan negara. Terlebih,itu sudah dicatat dalam konstitusi kita. Hehehe.
Tidak terkecuali sama sekali ya, cuy, semua kementerian ibaratnya nih saling bantu dalam menangani dan menanggulangi dampak yang dihadirkan oleh pendemi ini. Dari kementerian yang paling mempunyai tanggung jawab seperti Kementerian Kesehatan (Kemenkes) hingga kementerian yang memang jauh dari sangkut paut pandemi.
Tetapi nih, cuy, ternyata ada hal sangat mengganjal dan mengagetkan nih saat ini terkait kebijakan yang dibuat oleh salah satu kementerian di tengah kondisi pandemi sekarang. Coba tebak Kementerian apa itu?
Aku yakin kalian pasti bingung sih. Soalnya, memang tidak sedikit kementerian yang gak jelas arah program dan kebijakannya di saat kondisi seperti sekarang. Upsss.
Nah, kita kasih tau aja deh. Kementerian tersebut adalah Kementerian Pertanian (Kementan), cuy. Selain ketidaksinkronan antara warning presiden dengan kebijakan yang diambil, ternyata Kementan ini membuat kebijakan pengadaan ayam yang harganya fantastis, cuy.
Coba tebak berapa harga ayam yang diaggarkan oleh Kementan untuk setiap ekornya? Ternyata, biayanya mencapai Rp 770 ribu per ekor, cuy. Gokil gak tuh?
Sebenarnya, tidak akan menjadi masalah serius kalau pengadaannya hanya sepuluh atau dua puluh ekor ya, cuy. Lah,ini pengadaannya 35 ribu ekor, gengs.
Beeh, coba bayangin tuh berapa banyak anggaran yang akan dikeluarkan oleh Kementan untuk hal ini saja. Kalau untuk beli es cincau ketika bulan Ramadan seperti sekarang, bisa buat ta’jil berapa orang tuh? Hmmm.
Hadeuhh, kalau dipikir-pikir, ini sih namanya pengadaannya gak tanggung-tanggung. Kalau harganya segitu, mending pengadaan daging kambing aja, Pak, lebih murah. Kalau pasaran di Jakarta sih, per kilogramnya masih Rp120.000-an. Lah, daripada daging ayam cuy, lebih mahal.
Masa harga ayam satu ekornya hampir menyamai harga emas, cuy, dalam satu gram? Di mana harga diri logam mulia kalau sama daging ayam aja harganya hampir imbang? Sungguh Kementan sangat tidak menghargai pemerintah Indonesia yang sudah susah payah merebut Freeport di Papua kalau ternyata harga ayam akan sejajar kedudukannya.
Menyikapi polemik ini, sebenarnya pihak Kementan sudah memberikan klarifikasi kenapa anggarannya segitu. Mereka memberikan perincian juga, cuy. Ada biaya distribusi dan lain sebagainya.
Tetapi nih, cuy, kalau melihat harga distribusi per ekor ayam saja sampai Rp 30.000 seperti yang dianggarkan oleh Kementan, kan mending memberikan bantuan berupa fresh money saja biar pemerintah wilayah yang membeli ayam di sana. Selain gak ribet, uang distribusi bisa diakumulasikan untuk pembelian yang lainnya. Hmmm.
Terlebih nih, gengs, dua pekan yang lalu harga ayam di pasaran masih sekitar Rp 10.000 per kg. Lah, ini masa pengadaan ayam per ekornya hingga sebegitu besar. Yaa, kalau normalnya mungkin naik dua sampai tiga kali lipat daripada itu. Kalau kondisinya seperti ini, bagaimana rakyat gak negative thinking terus ya, cuy? Hadeuh, ampun deh.
Sebenarnya, mimin masih penasaran sih, gengs, ayam apa yang dijadikan rujukan oleh Kementan dalam pengadaan kali ini. Pasti ayamnya ayam ajaib nih. Apa jangan-jangan ayamnya ini titisannya ayam Cindelaras ya, gengs? Jadi,harganya semahal ini, bahkan mau mengalahkan harga emas cuy. Upsss. (F46)
► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.