Site icon PinterPolitik.com

Corona dan Nasib Raja Jalanan

Corona dan Nasib Raja Jalanan

Situasi di Terminal Tamanan yang berlokasi di Kota Kediri, Jawa Timur. (Foto: Istimewa)

“I want to ride my bicycle. I want to ride it where I like” – Freddie Mercury, penyanyi dari grup band Queen


PinterPolitik.com

Mari kita mulai tulisan ini dengan pertanyaan. Tahu nggak kenapa kok Queen repot-repot bikin lagu berjudul “Bicycle Race” tentang kendaraan roda dua sepeda?

Jawabnya tentu bukan karena sepedanya, Mercury, atau Bryan bisa lihat cewek-cewek cantik lho ya meski ada lirik, “So, look out for those beauties. Oh, yeah.” Bukan pula biar mereka bisa sambil diskusi tentang ketuhanan, Lord dan Christ.

Jawabannya sudah pasti hanya Queen lah yang tahu cuy. Biarkan itu menjadi rahasia di antara mereka. Hehehe.

Tapi, sebagai penikmat musik, kita bisa menginterpretasikannya, kan? Nah, pada kesempatan ini, tafsiran paling tepat adalah betapa pentingnya kendaraan bagi kehidupan manusia. Itu saja, gak lebih.

Memang benar, tanpa kendaraan, praksis kehidupan negeri akan lumpuh. Maka, tidak kaget kalau Eyang B.J. Habibie dulu memiliki tekad menciptakan pesawat.

Kalau melihat perjalanan waktu selama ini, tekad agar Indonesia memiliki sistem transportasi yang asyik, santai, dan leha-leha semakin kuat ya cuy. Sayangnya, saat infrastrukturnya terbilang cukup oke, ternyata alam bilang “tahan sebentar, mohon bersabar, ini ujian.” Ya, begitulah kira-kira.

Kalau kita amati secara saksama, bisa dikatakan saat ini alam sedang unjuk kemampuan. Dan manusia tidak lebih hanya bisa mencipta rencana-rencana. Lanskap kehidupan tentang para PO Bus misalnya kini tengah berharap agar Pihak Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memberi izin operasi meski terdapar pandemi virus Corona (Covid-19).

Sampai-sampai, PO bus rasanya menjerit dan memohon, cuy. Permintaan mereka ini diwakili oleh salah satu Korlap Bus Pahala Kencana, Wahyudi. Kira-kira begini sih kalimatnya, “harapan kami sebagai pekerja, kita mohon izin kepada pemerintah bisa mengizinkan kami beroperasi kembali seperti kemarin dengan standar SOP yang ditentukan.”

Nah, standard operating procedure (SOP) yang dimaksud sama Pak Wahyudi ini merujuk pada saat masih diberlakukannya physical distancing, yaitu kapasitas penumpang tidak melebihi 50%. Alasan para PO Bus itu sederhana kok, yakni agar dapar nyambung kehidupan. Tidak ada alasan lainnya.

Jadi, pertama, kita jangan sampai bilang seperti ini, “Yaelah, mas-mas PO Bus, semua penduduk negeri juga pengenberoperasi dan bekerja lagi keleus,” atau bilang apa pun yang bermotif nyinyir.

Sebab, dalam kondisi seperti ini, saat aktivitas dibatasi, jangan lah pendapat orang turut dibatasi juga. Sudah tidak bisa mencari nafkah, masa bicara saja juga gak boleh? Hmmmm.

Pasalnya, kita juga kasihan sebenarnya sama kalian, tapi kan kita bukan menterinya. Hehehe.

Namun, kalau kita amati secara mendalam dan holistik nih, cuy, duet antara Kemenhub dan Kemenkes ini ternyata juga ada dampak positifnya loh, gengs, yaitu angka kematian akibat kecelakaan lalu lintas jadi bisa ditekan karena kita juga harus sadar, cuy, bahwa salah satu penyumbang angka kematian yang tinggi di Indonesia tiap tahun yaitu kecelakaan lalu lintas. Bahkan, menurut data Kemenhub, setiap satu jam ada tiga nyawa melayang, cuy.

Sebenarnya, mimin juga tidak menyangka ya, gengs, bahwa ternyata hanya duet Kemenhub dan Kemenkes yang mampu menghentikan ajang balapan bus di jalanan. Soalnya, memang selama ini kan tidak ada yang mampu menghentikan si “raja jalanan” ini, cuy. Hehehe. (F46)

► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik

Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.

Exit mobile version