Site icon PinterPolitik.com

Corona: Dahlan Iskan vs Soetrisno Bachir

Corona Dahlan Iskan vs Soetrisno Bachir

Mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan. (Foto: Istimewa)

Power is a curious thing, my lord… Power resides where men believe it resides. It’s a trick, a shadow on the wall. And, a very small man can cast a very large shadow” – Lord Varys, Game of Thrones


PinterPolitik.com

Di suatu forum, bertemulah banyak ahli dari masing-masing profesi untuk membicarakan tentang kemungkinan cetak uang sampai 600 triliun. Dala forum itu, Ada Profesor Didik, seorang pakar ekonomi Institure for Development of Economic and Finance (INDEF); Mukhamad Misbakhun dari Partai Golkar; Soetrisno Bachir dari Komite Ekonomi Nasional (KEN); dan banyak lagi, termasuk Dahlan Iskan.

Pembahasan tersebut berhasil di-capture oleh Pak Dahlan di blog pribadinya disway.id dengan judul Uang Besar, cuy. Wow, very interesting sih. Kalau mimin baca tulisannya Pak Dahlan, bisa dibayangkan akan adanya dua kubu.

Satunya menghendaki pencetakan uang 600 triliun sedangkan satunya lagi getol menolak usulan tersebut, gengs. Nah, Pak Dahlan dan Prof. Didik masuk ke kubu terakhir, cuy, sedangkan Misbakhun dan Soetrisno di seberangnya.

Biar mudah, mimin jelasin dikit ya, cuy. Jadi, Pak Misbakhun ini, politisi Golkar sekaligus eks politisi PKS – jangan heran kenapa mudah pindah ya, mengusulkan kepada Golkar dan berlanjut ke Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) di bawah Badan Anggaran (Banggar) agar meminta Bank Indonesia (BI) dan pemerintah memilih jalur penggandaan uang – bukan ala ala dukun sakti dari Probolinggo lho ya – sebesar Rp 600 triliun untuk menutupi kemerosotan rupiah akibat pandemiCovid-19, cuy.

Alasannya Pak Misbakhun sih, biar gak melulu utang. Rasionalisasi politisi yang sudah berhasil mengagetkan publik ini mendapat dukungan dari Soetrisno Bachir. Yaa, meski Soetrisno juga menggarisbawahi bahwa jangan sampai ini dimanfaatkan jadi ladang bisnis.

Sampai sini, mimin kok jadi ingat sama perkataan Lord Varys kepada Tyrion Lannister dalam serial Game of Thrones begini, “Kekuasaan adalah hal yang aneh, Tuanku … Kekuasaan berada di tempat laki-laki percaya akan keberadaannya. Ini tipuan, bayangan di dinding. Dan, seorang pria yang sangat kecil dapat memberikan bayangan yang sangat besar.”

Mungkin seperti itulah contoh kesamaan persepsi antara Misbakhun yang didukung oleh Soetrisno dengan Tyrion yang didukung Varys. Lantas, kenapa Prof. Didik dan Dahlan menentang gagasan itu? Apakah takut akan adanya inflasi seperti yang terjadi di Jerman (pasca-Perang Dunia I), Zimbabwe, dan Venezuela? Atau, memang sebab alasan ekonomi politik yang kurang menguntungkan? Upsss.

Tapi, memang kalau dipikir-pikir nih, gengs, perkataan Prof. Didik ada benarnya. Andai Indonesia duitnya benar-benar jadi digandakan, otomatis harga barang lebih mahal. Lagian, dalam skala jangka panjang, bisa-bisa nilai rupiah worthless kalau dibanding barang mentah.

Yang menjadi menarik perhatian justru ada di headtohead yang terjadi antara Dahlan Iskan sama Soetrisno Bachir, cuy, secara dua orang ini kelihatan masih nyimpen unek-unek. Bahkan, Pak Dahlan sempat nyenggol Pak Soetrisno dengan mengatakan bahwa “Pak Soetrisno Bachir kelihatannya cocok dengan ide cetak uang itu, terlebih dia juga pengusaha sukses.”

Waduduhh, ada apa nih? Kelihatannya mau nyerang kok masih sungkan-sungkan gitu? Apa karena dulu pernah bareng jadi kandidat di Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia (KB PII)? Upsss. Hehehe. (F46)

► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik

Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.

Exit mobile version