“I’m kind of a subtle person.” – Lizz Wright, American Jazz and Gospel Singer
PinterPolitik.com
Guru memang pahlawan tanpa tanda jasa. Hal itu tak perlu diperdebatkan, yang perlu diperdebatkan justru bagaimana mengakomodasi kenyamanan para pahlawan tanpa tanda jasa ini. Dan pada tanggal 25 November kemarin, Mendikbud Nadiem Makarim pun menyampaikan curahan hatinya melihat kondisi para guru di Indonesia.
Nadiem sebagai Mendikbud sangat prihatin melihat kondisi bawahannya yang selama ini terlalu dipusingkan oleh administrasi yang justru malah mengalihkan mereka dari tanggung jawab utama, mendidik para siswa.
Tentunya yang punya orang tua guru, sanak saudara lainnya atau tetangga cukup familiar dengan kesulitan para guru dalam memenuhi tuntutan administratif untuk bisa dikatakan layak mengajar. Bukannya menjadi makin layak, guru pun akhirnya malah keteteran gak ngajar.
Inilah yang kemudian menjadi concern Nadiem Makarim. Dirinya ingin agar para guru di Indonesia bisa tenang mengajar tanpa harus dikejar-kejar urusan administratif. Pidato yang terbilang punya gaya baru ini pun memantik percakapan bagaimana seharusnya pemerintah memperlakukan para guru. Nadiem pun dipuji berkat pidatonya yang menggambarkan kesulitan para guru di lapangan.
Namun, di balik ini agaknya Nadiem tidak hanya berjanji pada dirinya sendiri untuk mempermudah pekerjaan para guru namun juga menyenggol halus rekan-rekan sejawatnya di pemerintahan untuk bekerja sama mewujudkan visinya.
Dalam acara Kompas 100 CEO Forum, Nadiem pun dipertemukan dengan Sri Mulyani, Menteri Keuangan yang tentunya ngurusin duit negara. Dalam acara itu Sri Mulyani menyatakan sempat tersindir dengan pidato Nadiem di Hari Guru. Menurutnya dalam masalah administratif yang memberatkan para guru ada administrasi keuangan yang menjadi ranahnya.
Sri Mulyani pun segera meneruskan pidato Nadiem ke jajarannya untuk segera menyederhanakan accountability report supaya para guru tidak terbebani lagi.
Tentunya dalam acara tersebut Nadiem dan Sri Mulyani mempunyai ketidakcocokan dalam masalah anggaran. Protes Nadiem didasari bahwa anggaran infrastruktur lebih besar daripada anggaran pendidikan. Namun hal ini dijawab dengan elegan oleh Sri Mulyani bahwa it’s not all about money but how he delivers.
Dinamika Nadiem dan Sri Mulyani harusnya menjadi contoh bagaimana dua instansi dalam cabang eksekutif dapat menjawab tantangan masing-masing dengan cara yang santun dan efektif. Kita pun sepatutnya memuji cara Nadiem yang halus dengan membawa permasalahan seputar guru ke publik melalui pidatonya sehingga Sri Mulyani pun akhirnya berinisiatif untuk membenahi administrasi keuangan yang menyangkut para guru. (M52)
► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.