“Jika ingin menang berbasis bekal elektabilitas ia akan bersama Prabowo. Namun jika ingin menang berdasarkan soliditas mesin partai dan dukungan kekuasaan, Cak Imin akan memilih menjadi cawapres Puan” – Ahmad Khoirul Umam, Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (India Strategic)
Pertemuan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar (Cak Imin) dan Ketua DPP PDIP Puan Maharani, rupanya direspons oleh Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.
Prabowo berpendapat, pertemuan Cak Imin dan Puan merupakan peristiwa yang baik dan tidak perlu terlalu dikhawatirkan. Bahkan tidak mempersoalkan kalau Cak Imin ingin menjadi calon wakil presiden (cawapres) Puan.
Sedikit memberikan konteks, saat berziarah ke makam almarhum Taufiq Kiemas bersama Puan, Cak Imin sempat berkelakar untuk meminta Puan menggendongnya menjadi Wapres pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 mendatang.
Prabowo mengingatkan, meski hal tersebut merupakan hak Cak Imin. Namun jangan sampai lupa, kalau Partai Gerindra dan PKB telah terikat dalam kesepakatan kerja sama di bawah bingkai Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya.
Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) Ahmad Khoirul Umam, menilai Cak Imin mempunyai kans untuk menentukan pilihan apakah tetap bekerja sama dengan Partai Gerindra atau beralih bersama PDIP.
Melihat drama politik ini, kita seakan diajak untuk menempatkan posisi Cak Imin sebagai orang yang diperebutkan oleh Prabowo dan Puan.
Padahal, jika dicermati lebih detail, terdapat indikasi gestur politik yang memperlihatkan pertanda lain. Layaknya sebuah drama, ada kecurigaan kalau hubungan ketiga tokoh ini mempunyai twist cerita yang sulit ditebak.
Sederhananya seperti ini, dalam dunia drama atau seni panggung, ketika merencanakan plot twist, seorang penulis dengan sengaja membuat sebuah detail yang menyesatkan.
Menggiring pembaca mengira arahnya ke A ternyata ke B, membiarkan pembaca menduga ending-nya A ternyata B. Plot twist berhasil jika pembaca terkejut, tak menduga, terperdaya, atau tertipu.
Kembali ke konteks Cak Imin, sepertinya manuver politik yang dilakukan Ketum PKB itu mudah dibaca publik. Alih-alih dianggap sebagai kekuatan yang diperebutkan, peran Cak Imin mungkin dianggap hanya sebagai jembatan untuk menjodohkan Prabowo dan Puan.
Anyway, Cak Imin kemungkinan akan menggunakan strategi makcomblang atau matchmaker. Posisi Cak imin layaknya makcomblang, yaitu menjadi penjamin dari dua orang yang akan dipasangkan.
Hmm, posisi Cak Imin yang berada di antara Prabowo dan Puan, kok lebih mirip dengan lagu reggae dari Cozy Republik yang berjudul “Hitam Putih”dengan liriknya yang berbunyi:
Yang hitam, pacarku yang pertama
Dia cantik dan kaya
Sangat manja padaku
Yang putih, pacarku yang kedua
Juga cantik dan kaya
Cinta mati padaku
Aku tak tahu yang mana musti kupilih
Dua duanya sama cantik dan kaya
Daripada aku bingung, bingung pusing memikirkan
Aku pacari saja dua duanya
Well, apa mungkin karena bingung memilih, akhirnya Cak Imin pacarin aja dua-duanya? Tapi mungkin lebih tepat kalau Cak Imin yang membuat mereka “berpacaran” pada Pilpres 2024 nanti. Hehehe. (I76)