Lagi lagi Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Abdul Muhaimin Iskandar yang akrab disapa Cak Imin tampil dan menarik atensi publik melalui gocekan-gocekan politiknya bersama PKB. Lantas, gocekan apa lagi yang dilakukan Cak Imin kali ini?
Baru-baru ini, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Abdul Muhaimin Iskandar yang akrab disapa Cak Imin terlihat bersama Head of the Spiritual Assembly of Muslim of Russia, Mufti Sheikh Albir Kurganov pada acara tabligh akbar di Masjid Agung Sunda Kelapa, Jakarta Pusat.
Dalam kesempatan itu, Cak Imin mengklaim sengaja mengundang ulama kondang di Rusia itu sebagai upaya untuk mendamaikan Rusia dengan Ukraina. Pasalnya, sejak awal dirinya sudah tegas meminta Rusia agar segera mengakhiri invasi kepada Ukraina.
Nah loh, kok Cak Imin mendadak jadi diplomat ya? Hmm, mungkin ini momentum yang bisa dilakukan oleh Cak Imin untuk berkontribusi terhadap perdamaian dunia. Apalagi kan diplomasi yang dilakukan oleh Cak Imin ini masih termasuk dalam kategori diplomasi publik.
Meskipun dengar-dengar nih, Cak Imin melakukan itu agar dianggap mampu tampil di depan publik sebagai sosok pemimpin yang mempunyai perhatian dan wawasan internasional, sejajar dengan kandidat lain yang saat ini sedang viral.
Sedikit memberikan konteks, citra yang ingin dibangun ini sejalan dengan ungkapan mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK), yang menyarankan agar pemimpin saat ini haruslah mengerti permasalahan global.
Terlepas dari benar atau tidaknya dugaan itu, diplomasi publik ala Cak Imin ini bukanlah hal yang menarik untuk disoroti. Hal menarik lainnya adalah kerap kali aktivitas Cak Imin seolah hanya ingin mencari sensasi untuk menarik perhatian publik.
Hal ini disampaikan oleh Rizal Ramli yang merupakan mantan Menteri Koordinator Perekonomian era Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Menurutnya, Ketum PKB yang sekarang selalu tampil di depan publik bagaikan “kuda jingkrak”.
Pernyataan Rizal Ramli ini merujuk dari tiap aksi kontroversi yang dilakukan oleh Cak Imin. Mulai dari mengusulkan Pemilu 2024 agar ditunda, hingga tanpa malu-malu mengajukan diri jadi capres sebagai syarat partainya bergabung dalam Koalisi Indonesia Bersatu (KIB).
Disinyalir Cak Imin menerapkan strategi politik bandul. Secara sederhana strategi ini menggambarkan bagaimana pemain memenangkan sejumlah resources dalam skala menengah, umpama bandul yang selalu berada di tengah.
Dengan begitu, pemain bisa memiliki poin tambahan di sumber bargaining power, terutama ketika bernegosiasi dan bekerja sama dengan pemain-pemain lain. Strategi ini membuat Cak Imin bersama PKB lebih leluasa melakukan ”gocekan politik”.
Gocekan pertama tampak saat PKB bersama dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) membentuk Koalisi Semut Merah. Yang secara bersamaan, dihebohkan juga dengan wacana Cak Imin akan berpasangan dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani pada Pilpres 2024 mendatang.
Gocekan selanjutnya, PKB dan Partai Gerindra mendeklarasi terbentuknya koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR). Mendekatnya PKB ke Gerindra membuat analisis terhadap pembentukan koalisi semakin kompleks untuk dijelaskan.
Hmm, atau mungkin memang ini strategi Cak Imin, yaitu dengan menggunakan strategi bidak kuda dalam papan catur, di mana bidak kuda seringkali bergerak tidak beraturan layaknya menggocek lawan.
Jika diumpamakan Cak Imin bidak kuda, kira-kira siapa yang menjadi penggerak bidaknya ya? (I76)