Site icon PinterPolitik.com

Bupati Berani Marahi Luhut?

Bupati Berani Marahi Luhut?

Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan. (Foto: Detik)

“Dulu bupatinya salah jurusan, harusnya kau masuk tentara, semangatnya 45”.- Luhut Binsar Pandjaitan, Menko Marves


PinterPolitik.com

Baru-baru ini, viral sebuah video yang memperlihatkan Bupati Bengkulu Utara Ir. H. Mian yang sedang menggelar rapat dengan Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan.

Di hadapan Luhut, Sang Bupati melaporkan harga kelapa sawit yang terus turun drastis akhir-akhir ini. Menariknya, saat itu Mian menyampaikan laporannya terlihat begitu berapi-api, dan penuh semangat, seolah berbicara dengan nada tinggi atau marah.

Merespon ungkapan Mian, Luhut justru berseloroh kepada Mian dengan mengatakan bahwa dulu mungkin sang bupati salah jurusan. Harusnya Mian masuk tentara karena punya semangat 45 yang menggebu-gebu.

Uniknya, beberapa hari setelah pertemuan itu. Harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di Provinsi Bengkulu merangkak naik di beberapa pabrik. Meski belum diketahui apakah peningkatan ini ada hubungannya dengan pertemuan Luhut dan Mian.

Anggota DPRD Provinsi Bengkulu Andaru Pranata, mengatakan bahwa harga sawit setelah meeting zoom dengan Luhut. Yang awalnya harga Rp 800 per kilogram kemudian menjadi Rp 1.300 per kilogram.

Wih, sakti juga nih Bupati Bengkulu Utara. Sekali melakukan pergerakan mendapatkan dua hasil sekaligus. Pertama, berhasil “memarahi” Luhut. Kedua, harga sawit yang awalnya rendah, mulai mengalami peningkatan.

Sedikit memberikan konteks, fenomena ini dianggap unik karena seorang bupati yang notabene jabatannya lebih rendah dari Luhut, berani tegas bahkan terkesan marah-marah di depan menteri yang juga dianggap “killer”.

Killer yang dimaksud disini bukan makna sebenarnya ya, tapi ingin menjelaskan bahwa ia ditakuti oleh banyak orang. Hal ini mirip dengan istilah killer yang sering disematkan mahasiswa kepada dosen yang dianggap sulit untuk berkompromi.

Luhut

Bahkan, warganet kerap menyebut Luhut dengan sapaan Opung, Lord Luhut dan The Real President. Banyak akun anonim yang buat parodi hingga memposting cuitan satire tentang dirinya.

Sepertinya Luhut bukan pemimpin bermental tempe, meski sering “dibully” tapi tetap tegar dan menyikapi apa yang dilakukan orang kepada dirinya sebagai konsekuensi seorang pemimpin.

Sebagai tambahan, ini bukan pertama kali Luhut dimarahi loh. Sebelumnya, hal yang sama pernah terjadi di tahun 2020 saat awal pandemi, Bupati Mamberamo Tengah memarahi Luhut yang kemudian menolak lockdown di Papua.

Hmm, kok jadi kepikiran kalau fenomena ini mirip dengan kondisi kehidupan sehari-hari kita. Tepatnya, ketika terdapat perbedaan cara pandang antara orang tua dengan anak dalam sebuah keluarga.

Sering kali anak tidak sependapat dengan orang tua, bahkan melakukan protes dan marah. Meskipun, tanpa sepengetahuan anak, maksud orang tua itu sebenarnya baik untuk dirinya.

Daniel G. Brown dalam tulisannya The Psychology of Fatherhood, menerangkan bahwa peran seorang ayah begitu kompleks, sehingga antara peran satu dengan peran lainnya seringkali bertabrakan.

Sederhananya, seorang ayah akan menjadi pelindung, penyedia fasilitas anak, dan sebagai pemberi stimulasi afeksi, sehingga memberikan rasa nyaman. Namun, secara bersamaan, ayah juga sebagai pendidik dan pengawas terhadap tanda-tanda awal penyimpangan, sehingga disiplin dapat ditegakkan.

Hmm, jadi ngerti kalo sebenarnya apa yang selama ini dilakukan oleh Opung Luhut, tidak lepas dari sikap “kebapaan” yang melekat dalam dirinya. Bahkan, di balik wajah seriusnya, Opung juga bisa bercanda ya. Hehehe. (I76)


Luhut Binsar Pandjaitan
Exit mobile version