“Tryna see, will I still be like this tomorrow?” – Eminem, penyanyi rap asal Amerika Serikat (AS)
PinterPolitik.com
Banyak orang bijak yang selalu memiliki quote tentang ‘mencoba’. Bahkan, Alexander yang Agung saja pernah bilang, “Tak ada yang mustahil, selagi kita ingin mencoba dan berusaha.”
Selain itu, kita dulu di sekolah juga sering dikasih semangat supaya jangan berhenti mencoba. Ya kan, cuy? Tapi, ingat. Ini konteksnya mencoba lho ya, bukan ‘coba-coba’. Jadi, tolong dibedakan.
Ini penting banget supaya kita nggak jatuh seperti Korea Selatan (Korsel) yang pengen-nya sih coba-coba simulasi membuka sekolah-sekolah setelah dirasa Covid-19 mulai melandai angkanya. Eh, tahunya malah banyak murid yang kena virus menjengkelkan ini. Sedihnya lagi, hal yang sama sedang dipikirkan oleh Menteri Kesehatan (Menkes) Agus Terawan Putranto.
Rencana Pak Terawan untuk ‘coba-coba’ itu dikeluarkan menyusul rencana Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim yang akan melaksanakan kembali Kegiatan Belajar dan Mengajar (KBM) pada tahun ajaran 2020/2021 di beberapa titik zona hijau. Nah, Pak Terawan ini barang kali galau ya.
Secara hati nuraninya pasti pengen-nya semua orang mulai anak-anak sampai dewasa aman dari virus tapi, di satu sisi, kolega sesama menterinya sudah pengen segera mengaktifkan sekolahan. Ya, mau tidak mau, Pak Terawan harus membuat aturan minimalis begitu, yakni membuka sekolah tapi, apabila sampai ditemukan siswa atau guru terjangkit virus di sekolah terkait, akan ditutup lagi sementara.
Kalau kalimat Pak Terawan kurang lebih seperti ini, cuy, “Kalau ada kasus positif di sekolah otomatis Puskesmas dan Dinas Puskesmas kabupaten/kota akan koordinasi sekolah agar tak terjadi penyebaran lebih lanjut.” Mimin sih husnuzondan berprasangka baik saja sih kalau Pak Terawan ini belum membaca kasus di Korsel.
Ya, mimin maklum kok kalau jadi pejabat tuh memang tidak wajib banyak tahu informasi. Kan, sudah ada tim ahli. Upsss.
Meski begitu, tanpa informasi dari negara lain pun, soal sekolah ini mah bisa dijawab pakai hati nurani, kan? Mimin agak idealis nih. Begini lho, namanya virus tidak ada yang tahu dengan bentuk pastinya.
Lagian, siapa saja bisa terjangkit di mana pun tempatnya. Jadi, mau di sekolah sudah ada Unit Kesehatan Sekolah (UKS) sekalipun, tetap saja virus ini bisa saja menerobos masuk ke lingkungan sekolah. Apalagi, Covid-19 ini ibarat silent killer.
Nah, coba kita pikir. Andai sekolah kembali berjalan, ada jaminan nggak sih para siswa dan guru yang ada di sekolahan bisa aman? Kan nggak toh.
Justru, saat Pak Terawan ber-statement seperti di atas, kesannya kok kayak coba-coba gitu lho. Jangan sampai sekolah menjadi bak laboratorium penelitian ya pak.
Kalau penelitian mah dilakukan oleh mahasiswa. Jelek-jeleknya, paling ngefek ke nilai saja. Lah ini, kalau sampai salah kebijakan, beh, lebur, cuy, nyawa taruhannya.
Padahal apa yang bisa kita lakukan sekarang adalah tindakan preventif dan penekanan agar Covid-19 tidak tersebar secara lebih meluas – nggak bisa fokus pada penyembuhan saja. Orang bijak pernah bilang, “lebih baik mencegah daripada mengobati,” lho, Pak.
Kita doakan saja deh semoga dipertimbangkan lagi kebijakan ini. Secara, mimin masih ingat betul perkataan dahsyat iklan di televisi yang berbunyi, “Buat anak kok coba-coba.” Hehehe. (F46)
► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.