HomeCelotehBila Luhut Ikut “Add Yours”

Bila Luhut Ikut “Add Yours”

Sebuah tren yang berangkat dari fitur sticker “Add Yours” di platform media sosial (medsos) Instagram berujung petaka karena dianggap bisa berujung pada penyalahgunaan informasi pribadi. Bagaimana bila para politisi – seperti Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan – yang mengikuti tren medsos satu ini?


PinterPolitik.com

Bukan orang Nusantara dari alternate universe Bumi-45 bila tidak bisa mengikuti tren dan hype yang sedang hadir di masyarakat saat ini. Apa pun yang sedang digandrungi sudah hampir pasti menyebar bak jamur atau bakteri – bahkan virus – ke seluruh lapisan masyarakat.

Salah satunya adalah tren fitur sticker di media sosial (medsos) Instangram. Tren berantai ini dimulai dengan mengunggah sebuah story yang ditambahkan sticker “Add Yours”. Dengan  begitu, setiap orang akhirnya bisa menambahkan story versi mereka sendiri.

Sebenarnya ada banyak macam “Add Yours” yang bisa ditambahkan tetapi salah satu tren populer dari sticker itu adalah dengan menambahkan nama-nama panggilan. Alhasil, banyak pengguna mengunggah foto mereka dengan dibubuhi nama-nama panggilan mereka – mulai dari nama panggilan di rumah, nama panggilan masa kecil, hingga nama panggilan terkini.

Melihat tren ini, Joko, Luhut, dan Maruf akhirnya mencoba untuk mengikutinya. Mereka pun saling menunjukkan story hasil suntingan mereka kepada satu sama lain.


Joko: Nih. Coba lihat. Panggilan saya lumayan banyak, kan? Ada Joko. Ada Jokowi. Ada Kangmas. Terus ada juga ini Pakde.

Maruf: Hmm, iya sih banyak tapi panggilannya mirip-mirip semua. Kayak saya dong. Ada yang manggil saya Kiai. Ada yang manggil saya Maruf. Ada juga Amin. Bahkan, ada yang manggil saya “ban serep”.

Joko: Ya, begitu itu mbok ya jangan dibanggakan. Kan, nanti jadinya nggak enak kalau dibaca dan dikomen sama para netizen.


Baca Juga: Deddy Corbuzier, “Penyelamat” Luhut?


Maruf: Hmm, kan, itu bukan sepenuhnya dari saya. Mereka yang bikin panggilan buat saya.

Luhut: Gimana? Sudah selesai nih debatnya Pak Joko dan Pak Maruf?

Joko: Sudah, Hit. Kalau Pak Luhut bagaimana?

Lihit: Kalau saya sih ada Luhut. Terus, ada juga yang manggil saya Opung, biar akrab gitu. Ada juga yang manggil saya Lord. Saya bingung yang satu ini. Padahal, saya humble orangnya. Terus, yang terakhir, ada yang manggil saya dengan sebutan Perdana Menteri atau Prime Minister.

Joko: Lho, heh. Kan, kepala pemerintahannya saya? Kok Pak Luhut dipanggil Perdana Menteri?

Lihit: Hmm, kan bapak sendiri yang ngasih banyak kerjaan ke saya.

Joko: Oh, iya ya.

(Terdengar suara pembaca berita yang keluar dari televisi yang kebetulan sedang menyala.)

Pembaca Berita: Sebuah tren media sosial terbaru yang disebut sebagai “Add Yours” ternyata menimbulkan petaka. Bagaimana tidak? Informasi pribadi yang diumbar dalam stories ini ternyata menjadi cara untuk mengumpulkan informasi yang bisa saja disalahgunakan.

Joko: Waduh, ini tentunya tidak bisa dibiarkan begitu saja.

Maruf: Benar ini. Oke, akan segera saya cari solusinya.

Joko: Tidak usah, Pak. Biar Pak Luhut saja. Hehehe.

The End.

(A43)

Baca Juga: Luhut Cocok Jadi Wakil Presiden?


► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik

Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

The Real Influence of Didit Hediprasetyo?

Putra Presiden Prabowo Subianto, Didit Hediprasetyo, memiliki influence tersendiri dalam dinamika politik. Mengapa Didit bisa memiliki peran penting?

Gibran Wants to Break Free?

Di tengah dinamika politik pasca-Pilkada 2024, seorang wapres disebut ingin punya “kebebasan”. Mengapa Gibran Rakabuming wants to break free?

Prabowo vs Kemlu: Warrior vs Diplomat?

Perbedaan pendapat dalam politik luar negeri tampaknya sedang terjadi antara Prabowo dan diplomat-diplomat Kemlu. Mengapa demikian?