HomeCelotehBiden vs Putin Makin Sengit?

Biden vs Putin Makin Sengit?

Persaingan antara Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Presiden Rusia Vladimir Putin dalam percaturan geopolitik tampaknya menjadi semakin sengit. Apa saja strategi yang diambil oleh Biden dan Putin masing-masing untuk mengalahkan lawan?


PinterPolitik.com

“Okay, ain’t nobody f***in’ with my clique. Clique, clique, clique, clique” – Big Sean, “Clique” (2012)

Kalian pernah nggak sih nonton salah satu film Hollywood populer yang berjudul Mean Girls (2004)? Bagi kalian yang termasuk generasi Milenial, mungkin film ini menjadi salah satu film yang nostalgic.

Nggak jarang, film yang mengisahkan drama antara Cady Heron yang diperankan oleh Lindsay Lohan dan Regina George yang diperankan oleh Rachel McAdams ditayangkan di saluran televisi nasional. Saking populernya, film ini kerap dijadikan referensi dalam produk-produk budaya populer lainnya, seperti musik dan lagu.

Nah, ceritanya dimulai ketika Cady yang sebelumnya tinggal di Afrika menjadi murid baru di North Shore High, Evanston, Illinois, Amerika Serikat (AS). Di sekolah itu, dia akhirnya menghadapi Regina yang merupakan pemimpin geng anak gaul – beranggotakan Gretchen Wieners dan Karen Smith.

Sementara, Cady berteman dekat dengan Janis Ian dan Damian Leigh. Janis sendiri merupakan rival dari Regina karena mereka memiliki momen masa lalu bersama saat masih menjadi sahabat.

Konflik pun mulai terjadi ketika Cady yang merupakan teman dekat Janis mulai berteman dengan gengnya Regina, The Plastics. Janis merasa Cady mulai meninggalkan teman-teman dekatnya.

Ya, mungkin, begitulah persaingan antar-geng yang terjadi antara anak-anak SMA. Di kehidupan nyata, khususnya di Indonesia, nggak jarang tuh geng-gengan juga terjadi antara anak-anak sekolahan – bahkan kadang sampai berantem.

Nasib Dunia di Tangan Putin

Nah, mungkin nih, apa yang dirasakan Janis ini juga mulai dirasakan oleh Presiden AS Joe Biden. Soalnya nih, Pak Biden kemarin komentar tuh gara-gara Korea Utara (Korut) dan Iran secara diam-diam membantu dan mendukung Rusia dalam perangnya melawan Ukraina, yakni dengan memasok senjata.

Baca juga :  Putin Balas Rudal, Semua Kelabakan?

Nah, sementara, Presiden Rusia Vladimir Putin beberapa waktu lalu mengancam Israel bila mengirim bantuan senjata ke Ukraina. Di sisi lain, banyak negara North Atlantic Treaty Organization (NATO) – seperti Britania (Inggris) Raya – yang notabene sekutu AS juga mengirimkan bantuan senjata untuk Ukraina.

Hmm, lama-lama, ini makin mirip dengan perang antar-geng zaman SMA ya. Si Biden punya geng di NATO. Sementara, Si Putin lagi bikin geng juga bareng Iran, Korut, dan Republik Rakyat Tiongkok (RRT).

Wajar sih kalau misalnya percaturan geopolitik antara Putin dan Biden ini jadi mirip geng-gengan. Soalnya nih, mengacu pada penjelasan John J. Mearsheimer di bukunya The Tragedy of Great Power Politics, politik internasional adalah sebuah anarki – yang mana tidak ada satupun kekuatan yang memiliki supremasi – sehingga negara-negara saling berlomba untuk memperkuat diri mereka, termasuk dengan membangun aliansi.

Nah, mungkin nih, beda dengan anak-anak sekolah, politik internasional tidak memiliki guru atau kepala sekolah yang bisa menertibkan. Karena nggak ada otoritas semacam mereka, ya, anak-anak bandel seperti Si Biden dan Si Putin ini akhirnya berantem mulu tanpa ada yang memberhentikan.

Nah, kira-kira nih, Indonesia mau gabung geng yang mana nih? Mau gabung gengnya Biden atau gabung gengnya Putin nih? Apa kita jadi anak pendiam aja nih dengan nggak gabung geng manapun? Hehe. (A43)


spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

The Real Influence of Didit Hediprasetyo?

Putra Presiden Prabowo Subianto, Didit Hediprasetyo, memiliki influence tersendiri dalam dinamika politik. Mengapa Didit bisa memiliki peran penting?

Gibran Wants to Break Free?

Di tengah dinamika politik pasca-Pilkada 2024, seorang wapres disebut ingin punya “kebebasan”. Mengapa Gibran Rakabuming wants to break free?

Prabowo vs Kemlu: Warrior vs Diplomat?

Perbedaan pendapat dalam politik luar negeri tampaknya sedang terjadi antara Prabowo dan diplomat-diplomat Kemlu. Mengapa demikian?