Site icon PinterPolitik.com

Berkat Anies, Golkar Jadi Start-Up?

berkat anies golkar jadi start up

Ketua Umum (Ketum) Partai Golkar Airlangga Hartarto (kiri) bertemu dengan Anies Baswedan yang kala itu masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta pada tahun 2018 silam. (Foto: Liputan6)

Menjelang kontestasi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024, makin banyak bakal calon presiden (capres) mendeklarasikan diri – seperti Anies Baswedan melalui Partai NasDem. Menanggapi fenomena-fenomena ini, apa yang perlu dilakukan Airlangga Hartarto sebagai Ketua Umum (Ketum) Partai Golkar yang juga ingin menjadi capres pada tahun 2024?


PinterPolitik.com

“You switched up, huh, like how you not feelin’ me?” – Fivio Foreign, “Off The Grid” (2021)

Masih ingat nggak dengan salah satu drama Korea (drakor) yang sempat nge-tren tahun 2020 kemarin? Ya, drakor yang berjudul Start-Up (2020) bahkan sempat menyebabkan polarisasi – bukan antara pendukung Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto seperti pada tahun 2019 silam, melainkan karena dua oppa yang dekat dengan Seo Dal-mi, yakni Nam Do-san dan Han Ji-pyeong.

Ya, terlepas dari polarisasi yang terjadi akibat drakor itu, ada satu hal yang kita pelajari juga, yakni bagaimana kompleksnya upaya yang dibutuhkan untuk membangun sebuah start-up. Mungkin, inilah yang sempat dirasakan oleh para pendiri start-up besar di Indonesia – misal Nadiem Makarim dengan Gojek-nya.

Gojek sendiri hingga kini masih menghadapi banyak persoalan meski sudah menjadi perusahaan besar. Persoalan dengan para mitra driver, misalnya, sempat menjadi isu beberapa waktu lalu – seperti isu potongan aplikasi serta hak dan kewajiban para mitra.

Bukan hanya persoalan dengan para mitra driver, perusahaan-perusahaan start-up ojek online (ojol) juga harus menampung kepentingan para investor. Gimana pun, para investor inilah yang menyuntik dana kepada perusahaan-perusahaan tersebut agar bisa hidup hingga saat ini.

Belum lagi, sejumlah perusahaan teknologi juga mulai mengalami bubble burst. Ini mulai terlihat dari bagaimana sejumlah perusahaan mulai melakukan layoff atau pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap pegawainya – seperti Shopee.

Nah, rumit dan pelik banget nggak tuh masalah-masalah yang dihadapi oleh para perusahaan startup? Terdapat banyak kepentingan yang harus didengarkan dan diakomodir dalam satu tempat.

Boleh jadi, persoalan banyaknya kepentingan seperti ini juga terjadi di sebuah partai politik (parpol). Mungkin, yang paling terlihat adalah Partai Golkar.

Lha, gimana ya? Meski parpol satu ini udah menyebut bahwa diri mereka satu suara untuk mengusung Ketua Umum (Ketum) Golkar Airlangga Hartarto sebagai calon presiden (capres) di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024, muncul aja tuh kader-kader yang mendeklarasikan dukungan untuk bakal capres lainnya.

Siapa lagi kalau bukan mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan? Sejumlah kader Golkar yang mendukung Anies ini menamai diri mereka sebagai Go-Anies.

Wah, kayaknya konsepnya emang mirip-mirip Gojek yang punya berbagai produk dengan nama Go-, seperti Go-Food, Go-Car, Go-Ride, dan masih banyak lagi. Nah, Golkar sepertinya sekarang ada Go-Anies. 

Hmm, tinggal nunggu Go-go lainnya nih, misal Go-Airlangga atau, mungkin, Go-Ganjar. Makin banyak produk, makin banyak juga yang dijual tuh. Ya, asalkan jangan sampai ada Go-Block ya – maksudnya block as in blocked (tertutup) jalannya menuju tahun 2024. Hehe.

Istilah Go-Go-an ini juga bukan hal yang baru kok buat Golkar. Pada Pilpres 2019, misalnya, muncul juga tuh kelompok-kelompok pendukung, seperti Go-Prabu yang merupakan pendukung Prabowo, meski pimpinan Golkar menyatakan dukungan untuk Jokowi.

Wajar sih kalau Golkar akhirnya muncul banyak Go-go-an semacam ini. Mengacu pada penjelasan Dirk Tomsa dalam tulisannya The Defeat of Centralized Paternalism: Factionalism, Assertive Regional Cadres, and the Long Fall of Golkar Chairman Akbar Tandjung, Golkar memang memiliki kecenderungan untuk melahirkan faksi-faksi internal sejak jatuhnya Orde Baru.

Ya, mirip-mirip dengan perusahaan ojol ya, Golkar punya banyak kepentingan yang berbeda dalam satu wadah. Belum lagi, kutub-kutub kekuatan juga hadir dalam satu wadah parpol berlambang pohon beringin itu. Mungkin, sudah waktunya Golkar belajar dari model bisnis para perusahaan startup dan ojol kali ya? Hehe. (A43)


Exit mobile version