Site icon PinterPolitik.com

Berat Jika Anies Pilih Aher?

Anies-Aher Ternyata Hanya Umpan

Mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (kiri) bertemu dengan Wakil Ketua Majelis Syuro PKS Ahmad Heryawan (Aher) (kanan) di Kantor DPP PKS pada 30 Oktober 2022 lalu. (Foto: PKSFoto)

Perebutan posisi bakal calon wakil presiden (cawapres) untuk Anies Baswedan di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 antara Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Ahmad Heryawan (Aher) semakin ketat. Bahkan, kode-kode mulai dilontarkan Anies untuk Aher. Namun, apakah Aher adalah pilihan yang tepat untuk strategi memenangkan Pilpres 2024?


PinterPolitik.com

“If you expect disappointment, then you can never really be disappointed” – Michelle “MJ” Jones-Watson, Spider-Man: No Way Home (2022)

Pernah nggak sih kalian merasa ketemu dia yang kalian ngerasa cocok banget? Bahkan, terkadang, kita pun bisa merasa bahwa dialah the one yang selama ini dicari-cari sepanjang hidup.

Saat berseluncur di aplikasi pencari jodoh (dating apps), misalnya, tidak jarang kita menemukan orang yang asyik untuk diajak chatting hingga ngobrol. Apalagi nih, hati bisa dibuat melayang ketika pernyataan flirty sudah dilontarkan dua belah pihak.

Namun, ternyata, eh, ternyata, keesokan harinya dia hilang tanpa kabar. Chat yang kita kirim pun tidak kunjung dibalas. “Pertanda bakal di-ghosting nih,” ucap batin dalam hati. 

Biasanya sih, pertanda-pertanda ghosting seperti ini tidak hanya sekali dua kali saja lho di dunia dating apps. Makanya, kadang kudhu siap mental juga sih dan nggak meletakkan harapan lebih ke seseorang yang kita temui di aplikasi-aplikasi seperti Tinder dan Bumble.

Nah, prinsip serupa perlu juga diterapkan nih dalam politik. Kan, kita tahu sendiri kalau tidak ada yang pasti dalam perpolitikan Indonesia. Orang-orang sih sering bilang gini, “Tidak ada teman abadi di politik.”

Boleh jadi, upaya untuk tidak meletakkan harapan lebih ini perlu diterapkan oleh Wakil Ketua Majelis Syuro PKS Ahmad Heryawan (Aher). Kabarnya, Pak Aher ini lagi dekat-dekatnya nih dengan mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang digadang-gadang akan menjadi calon presiden (capres) oleh Partai NasDem pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 mendatang.

Saking asyiknya nih kedekatan mereka berdua, Pak Anies dan Pak Aher ini sampai saling berbalas pantun lho. Kode-kode “flirty” dari masing-masing pihak pun udah dilontarkan. 

Ciyee. Kapan nih jadiannya? Kapan Pak Aher dari PKS bisa jadi calon wakil presidennya (cawapres) Pak Anies nih?

Tapi nih, dengar-dengarnya nih, ada bocoran dari beberapa sumber yang bilang kalau Pak Anies sebenarnya nggak pengen memilih Pak Aher sebagai cawapresnya. Katanya sih, kalau Pak Anies memilih Pak Aher, bisa-bisa Pak Anies dianggap terlalu konservatif tuh.

Waduh, nanti sakit hati dong Pak Aher. Kan, Pak Aher sudah berekspektasi banyak sama Pak Anies. Huhuhu, masa Pak Anies tega meninggalkan segala “kemesraan” ini?

Hmm, tapi nih, sebenarnya masuk akal kok kalau misal bocoran tersebut benar adanya. Soalnya nih, citra kandidat (candidate image) adalah salah satu faktor yang paling menentukan menang atau tidaknya kandidat tersebut dalam kontestasi elektoral.

Mengacu pada penjelasan Benjamin R. Warner dan Mary C. Banwart dalam tulisan mereka yang berjudul A Multifactor Approach to Candidate Image, ada beberapa faktor yang bisa digunakan untuk mengamati citra seorang kandidat politik, yakni: karakter, kecerdasan (intelligence), kepemimpinan (leadership), kebajikan (benevolence), homofilia (homophily), dan daya tarik (charm).

Nah, dari enam faktor itu, salah satu faktor yang menarik untuk dibahas adalah homofilia – kecenderungan seseorang untuk memilih orang lain yang memiliki karakteristik dan nilai yang sama. 

Sudah jadi rahasia umum bahwa Pak Anies sendiri erat dikaitkan dengan nilai yang dimiliki oleh kelompok-kelompok konservatif – membuat Pak Anies semakin tidak menarik bagi kelompok-kelompok lain yang bertentangan.

Ya, mau nggak mau, kalau nggak cocok, Pak Anies tentunya nggak bakal pilih Pak Aher dong. Hmm, alangkah baiknya, Pak Aher dan PKS perlu menjaga ekspektasi mereka – supaya tidak sakit hati kalau tiba saatnya Pak Anies lebih memilih orang lain. ☹ (A43)


Exit mobile version