HomeCelotehBeranikah Ahok Lawan Barat?

Beranikah Ahok Lawan Barat?

Meski ternyata kapal Pertamina Prime yang dicegat Greenpeace Denmarks sedang disewa untuk membawa minyak ke Tiongkok, lembaga non-pemerintahan itu mengajak agar negara-negara di dunia tidak membeli minyak dari Rusia – sesuatu yang justru dilakukan Pertamina. Siapkah Komisaris Utama (Komut) Pertamina Basuki Tjahaja Purnama (BTP) alias Ahok melawan negara-negara Barat demi pemenuhan suplai minyak Pertamina?


PinterPolitik.com

Keinginan dan hasrat akan kehadiran dia di sisi kita kerap menjadi hal yang tidak tertahankan. Paling tidak, mengetahui kabar dia yang dulu pernah ada untuk kita merupakan hal yang dirasa cukup.

Bagi tidak sedikit orang, kata “mantan” kerap menjadi pemicu memori-memori yang tidak bisa terulang kembali. Terkadang, untuk memenuhi hasrat guna mengetahui kabarnya, berinteraksi dengannya – baik secara langsung maupun tidak langsung – jadi jalan yang kita ambil.

Memperhatikan akun-akun media sosial (medsos) miliknya, misalnya, menjadi salah satu cara yang kerap diambil. Tidak hanya itu, menanyakan kabarnya melalui aplikasi percakapan juga menjadi salah satu tindakan yang diambil – meskipun justru sering kali berakhir tanpa balasan.

Namun, percakapan yang berakhir tanpa balasan bukanlah mimpi terburuk. Hal yang terburuk yang bisa datang kemudian adalah pemblokiran. Bila ini sudah datang, berakhir lah sudah harapan untuk bertemu dia kembali.

Bagaimana tidak? Sosoknya yang selama ini mengisi daya “energi” dan harapan bagi kita telah hilang dan tidak bisa lagi dihubungi. Seakan-akan, inilah akhir dunia bagi kita.

Menjadi masuk akal apabila kita melirik kembali definisi cinta berdasarkan eros dari Plato. Eros bisa dipahami sebagai bentuk cinta (love) yang didasarkan pada hasrat (desire) terhadap suatu objek, termasuk orang lain.

Mungkin, hal yang sama bisa saja terjadi pada Pertamina. Baru-baru ini, dikabarkan ada kapal tanker Pertamina Prime yang dicegat oleh Greenpeace Denmark karena membawa minyak yang dibeli dari Rusia – tentunya ini bukan minyak goreng yang juga sedang langka.

Baca juga :  Flashback Bittersweet Memories Jokowi-PDIP

Menariknya, minyak yang berasal dari Rusia ini muncul di saat-saat yang sulit bagi Pertamina. Dengan naiknya harga minyak dunia – berujung pada kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di pasar domestik seperti Pertamax, Rusia muncul menawarkan minyak dengan harga yang murah.

Boleh jadi, inilah eros baru dari Pertamina – di mana Basuki Tjahaja Purnama (BTP) alias Ahok menjabat sebagai Komisaris Utama (Komut). Minyak murah Rusia mungkin bagai fatamorgana yang dihasratkan di tengah gurun kering.

Namun, dalam sebuah hubungan cinta, perjuangan juga diperlukan. Pasalnya, di balik desire Pertamina atas minyak Rusia, muncul juga desakan dari negara-negara Barat dan sejumlah organisasi non-pemerintahan – seperti Greenpeace – agar tidak membeli minyak dari negara yang sedang berkonflik senjata dengan Ukraina tersebut.

Barang kali, ada kecemburuan tersendiri yang muncul di tengah desire dan eros Pertamina ini. Namun, cinta adalah cinta dan itu patut diperjuangkan.

Untung saja, Pertamina memiliki sosok Ahok yang dikenal tegas dan pemberani. Akankah Ahok memperjuangkan cinta Pertamina yang baru ini – misal dengan melawan berbagai tekanan dari negara-negara Barat? (A43)


Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutna
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

The Real Influence of Didit Hediprasetyo?

Putra Presiden Prabowo Subianto, Didit Hediprasetyo, memiliki influence tersendiri dalam dinamika politik. Mengapa Didit bisa memiliki peran penting?

Gibran Wants to Break Free?

Di tengah dinamika politik pasca-Pilkada 2024, seorang wapres disebut ingin punya “kebebasan”. Mengapa Gibran Rakabuming wants to break free?

Prabowo vs Kemlu: Warrior vs Diplomat?

Perbedaan pendapat dalam politik luar negeri tampaknya sedang terjadi antara Prabowo dan diplomat-diplomat Kemlu. Mengapa demikian?