Site icon PinterPolitik.com

Berani Jokowi ‘Tegur’ Puan?

Berani Jokowi ‘Tegur’ Puan

Presiden Joko Widodo (dua dari kiri) dan Ibu Negara Iriana (dua dari kanan) bersama mantan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Puan Maharani (kanan) dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (kiri). (Foto: Twitter/@KSPgoid)

“Agama dan negara harus dapat berjalan beriringan dan saling memperkukuh, bukan untuk saling dipertentangkan” – Joko Widodo, Presiden Republik Indonesia


PinterPolitik.com

Gengs, kalian yang pencinta sepak bola pasti tahu Arsenal, kan? Kalau iya, tentu kenal salah satu libero-nya yang bernama Granit Xhaka toh?

Pasti jawabannya, “iya,” karena Xhaka telah lama menjadi buah bibir penikmat sepak bola, terutama sejak selebrasi goal-nya yang kontroversial dalam salah satu laga Grup E Piala Dunia 2018 antara Swiss – tim nasional (timnas) yang dibela Xhaka – menghadapi Serbia.

Mimin yang nonton laga itu saja sampai kaget banget, cuy. Kelihatan banget tuh dalam selebrasinya, Xhaka menegaskan kebanggaan akan identitas Albanian Eagle dan sebentuk dendam terhadap Serbia. Usut punya usut, ternyata Xhaka melakukan selebrasi begitu di depan Serbia karena ia merasa Serbia selalu menindas dan rasis terhadap kelompok etnis Kosovo yang berasal dari Albania.

Xhaka sendiri merupakan Muslim taat yang berasal dari Kosovo-Albania juga. Namun, karena kondisi negeri asal yang mencekam akibat perlakuan Serbia, ayah dan ibunya memutuskan untuk pindah ke Swiss.

Xhaka pun terpaksa meninggalkan tanah kelahirannya tersebut dengan membawa serta dendam dan amarah identitas terhadap orang-orang Serbia. Sebagaimana karakter identitas, api yang ditimbulkannya akan sulit untuk dipadamkan.

Barangkali, hal tersebut dipahami betul oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat menyampaikan himbauan perihal bahaya politik suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) yang bisa saja meletup seiring dengan waktu pelaksanaan pesta demokrasi.

Kayaknya Pak Jokowi sadar dehcuy, bahwa sekali identitas disenggol, maka urusan akan rumit. Bahkan bisa saja, seperti Xhaka, dendam kesumat terus membara akibat narasi identitas yang nggak tahu tempat. Hal tersebut diperhatikan banget oleh Pak Jokowi lewat kalimat berikut ini, “Jangan sampai menggunakan politik-politik identitas, politik SARA karena itu akan membahayakan persatuan dan kesatuan. Ini yang harus dicegah.”

Meski kalimat tersebut secara khusus ditujukan buat para kontestan Pilkada, tapi sebenarnya kalimat Pak Jokowi bisa dipakai buat bahan refleksi kita semua, cuy. Pasalnya, memang kita sering banget menggunakan narasi identitas lho, kendati nggak sengaja atau cuma sekadar guyonan.

Apalagi, kalau dua calon yang muncul memiliki perbedaan latar belakang yang tajam dalam hal sosiologis, seperti agama, etnis, dan lain-lain. Ngaku aja deh loe. Hehe.

Selain bahan refleksi, pernyataan Pak Jokowi itu juga seakan kok nyindir salah satu tokoh elite nasional yang kemarin baru aja keceplosan soal politik identitas ya, yaitu Mbak Puan Maharani. Hehe.

Namun colekan Pak Presiden ini disampaikan lewat bahasa ‘genus’ ya? Wah, kalau memang iya, perhatian banget deh Pak Jokowi kepada anak dari petinggi partai pengusungnya, cuy.

Nggakpapa sih, Pak. Kita dukung Pak Jokowi kok. Soalnya, memang politik identitas ini sangat berbahaya kalau terlampau sering digunakan .

Terlebih, memang  banyak pihak yang nggak terima lho terkait statement Mbak Puan itu, terutama komunitas etnis Minang. Sampai-sampai Pak Fadli Zon juga ikut mengecam kalimat Mbak Puan tersebut. Hadeh. (F46)

► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik

Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.

Exit mobile version