Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Puan Maharani mengunggah video sambutannya ke Instagram kala membuka acara Parlemen Remaja 2021. Menurut Puan, kegiatan ini bisa menjadi medium pendidikan politik bagi anak-anak muda Indonesia.
MENUJU GENERASI KOREKSI DPR
“Dalam kerja-kerja demokrasi, kita bukan hanya harus berbicara tetapi juga harus mau mendengar. Kita harus saling menemukan titik temu yang terbaik untuk mengambil keputusan.” – Puan Maharani, Ketua DPR RI
Di Parlemen Muda-Mudi, generasi muda bisa belajar mengenai cara kerja Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, seperti bagaimana cara DPR menyusun dan membahas sebuah rancangan undang-undang (RUU) hingga melaksanakan pengesahan atas RUU tersebut.
Dalam mewujudkan itu, kerja DPR bukanlah kerja-kerja demokrasi biasa. Para anggota DPR biasanya bekerja melalui berbagai negosiasi dan lobi-lobi antar-fraksi guna mencapai kesepakatan. UU Cipta Kerja dan revisi UU Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), misalnya, merupakan buah lobi-lobi yang para anggota lakukan.
Bukan tidak mungkin, dengan belajar dan memahami kerja-kerja demokrasi ala DPR, para anggota Parlemen Muda-Mudi bisa mengoreksi – maaf, maksudnya meneruskan – kerja-kerja demokrasi DPR yang lebih mumpuni dan lebih mendengar suara rakyat.
Baca Juga: Mengapa DPR Era Puan ‘Mandul’?
TESTIMONI
Saya senang sekali bisa ikut kegiatan Parlemen Muda-Mudi ini. Saya sangat terinspirasi oleh sosok Ibu Puan Maharani. Nama kami juga mirip, ada Ani-nya juga di ujung nama beliau.
Selama saya mengikuti Parlemen Muda-Mudi, saya mendapatkan banyak pelajaran terkait kerja-kerja demokrasi DPR. Soal lobi-lobi partai, misalnya, saya belajar mengenai bagaimana koalisi yang dominan akan lebih stabil dari ketidakpastian politik – sehingga bisa lebih banyak meloloskan RUU-RUU yang lebih menguntungkan – dibandingkan RUU PK-S dan kawan-kawannya.
Selain itu, dari Bu Puan, saya juga belajar bagaimana caranya mempercepat pembahasan dan negosiasi dalam upaya pengesahan RUU. Caranya pun cukup mudah, yakni dengan mematikan mikrofon sehingga tidak akan terdengar lagi cuap-cuap yang mengganggu jalannya pengesahan RUU.
Terima kasih banyak, Parlemen Muda-Mudi!
Sejujurnya, awalnya, saya kira program ini adalah program dari bapak dan ibu politisi yang membosankan. Namun, setelah saya mengikuti program ini, saya justru tercengang dengan cara kerja-kerja demokrasi ala DPR.
Sebenarnya, orang tua saya menyuruh saya untuk mengikuti program ini agar kegiatan sehari-hari saya tidak hanya melakukan mabar (main bareng) selama pembelajaran jarak jauh (PJJ). Ternyata, saya masih bisa tetap menjalankan rutinitas mabar saya di program ini.
Bagaimana tidak? Sejumlah anggota DPR justru aktif bermain gawainya sendiri-sendiri. Bahkan, saya dengar ada juga mantan anggota DPR yang dulu pernah tertangkap basah menonton video syur kala melaksanakan sidang. Gokil sih!
Sungguh pengalaman yang mengesankan. Thanks, Parlemen Muda-Mudi!
Saya tidak bisa memberikan banyak kata mengenai pengalaman saya mengikuti acara ini. Bagi saya, acara ini hanya bermakna satu kata. MANTAP!!!
Dengan mengikuti Parlemen Muda-Mudi, saya jadi belajar mengenai caranya mempercepat pembahasan dan negosiasi RUU-RUU yang bermasalah. Apalagi, sebagai pengurus kelas, saya kerap menemui persoalan serupa ketika banyak teman-teman saya tidak sepakat dengan kebijakan-kebijakan uang kas kami.
Di sini, saya jadi tahu bagaimana caranya mengesahkan peraturan-peraturan dengan waktu yang terburu-buru agar aspirasi tidak terlalu banyak masuk. Lagipula, bila terlalu banyak aspirasi masyarakat yang masuk, bakal lama juga DPR dalam menghasilkan produk-produk hukum yang berdampak bagi masyarakat.
감사합니다, Parlemen Muda-Mudi!
(A43)
Baca Juga: Perang Relawan Ganjar vs Puan
► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.