“Kelembutan adalah perasaan yang menyenangkan dan menarik seperti musik bagi militer” – Francoise Sagan, penulis asal Prancis
Cuy, kalian tahu dong pastinya bahwa sebagian masyarakat Indonesia itu masih mempunyai fobia tersendiri terkait militerisme, khususnya di lingkaran mahasiswa. Ya, bagaimana tidak, gengs? Selama 32 tahun Indonesia dipimpin oleh sosok dengan background militer, yaitu Pak Soeharto yang dinilai piawai dalam menaruh dan mengatur pion yang dimiliki sehingga jalannya negara ini ya tergantung apa kata beliau.
Alih-alih untuk kesejahteraan rakyat, namun, naasnya, selama kurun waktu tersebut pula tidak sedikit aktivis mahasiswa mengatakan nasib bangsa kita miris banget, gengs. Kalau kalian tidak percaya, coba deh tanya Bung Adian Napitupulu, Fadli Zon, Budiman Soedjatmiko, dan aktivis-aktivis yang lainnya. Pasti jawabannya tidak jauh berbeda dengan mimin. Hehehe.
Beh, kalau memang ingat sepak terjang doi nih, mimin jadi ingat novel 1984 karya George Orwell. Pasalnya, dalam karya tersebut, diceritakan ada sosok ‘bung besar’ yang selalu mengintai dan mengawasi masyarakat.
Nah, masih terkait hal yang berbau militeristis nih, ternyata Kementerian Pertahanan (Kemenhan) yang dipimpin oleh Pak Prabowo Subianto berencana membuat program pendidikan militer bagi mahasiswa, gengs. Konsep awalnya, lama pendidikan diperkirakan satu semester dengan berbobot 3 SKS, cuy.
Pihak Kemenhan sih bilangnya ini sifatnya bukan wajib alias sukarela gitu, gengs. Mungkin, bisa dikatakan masuk dalam kategori mata kuliah pilihan gitu lah.
Wah, Pak Prabowo ngeri nih ya kalau dipikir-pikir secara mendalam. Lah, gimana? Doi mencoba menggandengkan antara institusi pendidikan dengan dunia militer. Padahal, Indonesia mempunyai sejarah kelam yang terjadi antara dua elemen tersebut.
Apa ini jangan-jangan mau mengondisikan mahasiswa ya? Pasalnya, elemen ini kan yang selalu berpikiran kritis. Hmmm, nggak ada yang tahu secara pasti ya. Coba saja deh kita tunggu klarifikasi lanjutan Kemengan dan Pak Prabowo soal maksud dan tujuan sebenarnya program ini.
Secara aturan sih, memang tidak ada larangannya ya, cuy, tapi mengingat sejarah yang kelam sebelumnya, apa Pak Prabowo nggak pengen diskusi dulu dengan Bung Fadli Zon? Siapa tahu bisa memberikan pertimbangan? Kan, doi salah satu aktivis pada masa itu. Hehehe.
Nah, tak lama berselang, tak elak, program yang diusulkan oleh Kemenhan tersebut langsung mendapatkan beberapa kritikan, cuy. Misal, anggota Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang tidak setuju dengan usulan Kemenhan yang menginginkan pendidikan militer bagi mahasiswa dalam satu semester tersebut.
Selain itu, Wakil Ketua Komisi X Dede Yusuf menilai bahwa setiap universitas pada saat ini sedang difokuskan menjalankan program Kampus Merdeka, cuy, di mana mahasiswa diberikan program magang kerja selama tiga bulan.
Lagian nih, kalau seumpama tujuannya adalah bela negara sesuai dengan yang diinginkan oleh Pak Prabowo, kan sudah ada beberapa Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) ya – misal Markan Komanda Satuan Mahasiswa (Menwa) atau Pramuka. Mending kan dioptimalkan pihak yang sudah ada itu saja daripada tumpang tindih. Hehehe.
Selain itu, saat ini kan Kemendikbud sedang mencoba mengimplementasikan program mahasiswa Merdeka. Kalau Kemenhan mau mencanangkan program juga dan sasarannya mahasiswa, kok kesannya itu memaksakan waktu dan keadaan gituloh – seperti rebutan untuk bikin program? (F46)
► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.