“You know they all actin’ different now” – Drake, penyanyi rap asal Kanada
PinterPolitik.com
Hai, gengs, gimana lebarannya? Pasti merasa beda, ya, kan? Tapi tidaklah mengapa, harus tetap bersyukur. Pasalnya, semua orang juga merasakan pusing yang sama – tak terkecuali pemimpin-pemimpin kita. Sampai-sampai mereka kadang terlihat tidak mesra.
Mungkin, ini dikarenakan efek hawa panas akibat si biang kerok Covid-19. Adalah Sri Mulyani yang kerap kali terlibat perang ‘opini’ – bukan perang tanding lho ya – dengan si bos, Presiden Joko Widodo (Jokowi). Masalahnya jelas sih, yakni soal tarik ulur kebijakan mengenai penanganan Covid-19 ke depan.
Kalau dilacak sih, letupan debat ini dimulai saat Preiden Jokowi membuat statement – sebagai mana ditulis dalam cuitan Twitter-nya – begini, “Hingga ditemukannya vaksin yang efektif, kita harus hidup berdamai dengan Covid-19 untuk beberapa waktu ke depan.” Artinya, Pakdhe ini pengen-nya memang kita ikuti protokol kesehatan sembari tetap tenang seakan tidak ada apa-apa. Namanya juga damai kan begitu.
Tapi, barang kali diksi ucapan Pakdhe terkesan ‘pasrah’ dan kurang mencerminkan gelora dalam jiwa (ceileh…kayak lagu). Mimin ngerasa-nya sih begitu.
Nah, setali dengan perasaan mimin, Bu Sri Mulyani juga bersuara, hanya saja suaranya agak lirih. Mungkin Bu Sri tahu bahwa ucapan pimpinan adalah dharma. Dalam akun instagram @smindrawati, Bu Sri menyampaikan semacam pecut semangat begini, “
Kepada seluruh tenaga medis dan tenaga kesehatan yang ada di garis depan, saya dapat merasakan beratnya hari-hari yang dihadapi. Namun, jangan menyerah, dan teruslah menyuarakan semangat untuk melawan Covid-19 karena semangat untuk melawan adalah sinyal harapan bagi seluruh masyarakat.”
Biuh, nada heroiknya terasa kan, gengs? Kalau di sepak bola, mirip teriakan capo tribun buat kasih semangat para pemain. Mimin terharu sih. Tisu mana tisu?
Memang benar kok perkataan Maxim Gorky – pengarang novel Ibunda yang terkenal – bahwa “Only mothers can think of the future…” Mungkin, Bu Sri punya naluri ibu yang memandunya untuk tetap perhatian kepada para masyarakat yang sudah siap sedia melawan Covid-19 secara ekstra, terutama tenaga medis. Ibu mana pun pasti mampu menerka langkah ke depan. Pasti. Mimin saja merasakan itu sih (duh…jadi rindu emak).
Nah, mimin berpikir, kayaknya Bu Sri ini sudah paham psikologi massa dalam pandemi ini. Bayangkan saja, andai perkataan Presiden dimaknai secara serampangan oleh masyarakat, lebih-lebih tenaga medis, bakal seperti apa nasib penanganan kita.
Apa yang dilakukan Bu Sri ini bagi mimin kok seperti langkah yang dilakukan Avatar Korra saat tahu kalau Presiden Kota Republik gak bisa berbuat banyak selain pasrah dengan konflik di Kutub Selatan.
Ya sebagai penonton akrobat para pemimpin, mimin sih gak bisa menentukan mana yang benar, soalnya bukan hakim sih. Lebih jauh dari itu, bukannya Ibu Sri ini salah satu menteri terdekat dengan Presiden? Kok esensi statement-nya terkesan berbeda ya?
Hmmm. Intinya, terlepas dari suhu panas di dalam istana (kalau memang panas lho ya) mimin ucapkan, “Ayolah para pemimpin, jangan buat kami warga biasa menjadi pusing.” Hadeuhh. (F46)
► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.