HomeCelotehBeda Influencer ala Jokowi-Anies

Beda Influencer ala Jokowi-Anies

“Watch how I maneuver, I influence the influencers” – JID, penyanyi rap asal Amerika Serikat (AS)


PinterPolitik.com

Hampir semua dari kita pasti merasa lelah dengan situasi pandemi yang disebabkan oleh Covid-19 sejak tahun 2020 lalu. Lhagimana nggak? Cara hidup masyarakat hampir 180 derajat berubah total karena virus satu ini.

Semua kegiatan – mulai dari belajar, kerja, hingga ibadah – dibatasi hanya di rumah saja. Tidak sedikit dari kita juga harus berjauh-jauhan dengan keluarga dan orang-orang terdekat. Namun, semua ini pun dilakukan demi kebaikan bersama.

Kabar gembiranya nih, di awal tahun 2021, program vaksinasi mulai dilakukan lho. Setidaknya, vaksin dapat memberikan secercah harapan bagi masyarakat Indonesia.

Presiden Joko Widodo (Jokowi), misalnya, menjadi figur pertama di Indonesia yang melalui program vaksinasi. Setelah mantan Wali Kota Solo tersebut, sejumlah figur juga menyusul dan mengikuti, termasuk seorang selebriti dan influencer yang bernama Raffi Ahmad.

Katanya sih, pelibatan Raffi sebagai salah satu penerima awal ini bertujuan agar masyarakat luas dapat percaya pada vaksin produksi Sinovac yang berasal dari Tiongkok ini. Mungkin, keputusan itu juga beralasan sih. Sebagai seorang influencer, Raffi tidak dipungkiri juga memiliki jumlah pengikut yang banyak di media sosial.

Tapi nih, beberapa waktu lalu, sempat ada polemik lho yang menyelimuti Raffi. Gimana nggak? Setelah menerima vaksin pada pagi harinya, selebriti satu ini malah ketahuan datang ke sebuah pesta yang diadakan oleh salah satu pengusaha.

Hmm, mungkin nihblunder ini yang mungkin membuat Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengambil pendekatan yang berbeda saat membuka program vaksinasi di provinsi ibu kota. Tanpa melibatkan influencer, Pak Anies malah disebut lebih memilih mengajak tokoh agama untuk berpartisipasi.

Baca juga :  The War of Java: Rambo vs Sambo?

Baca Juga: Drama Tolak Vaksin PDIP

Permintaan Maaf Raffi Ahmad

Wah wahemang sih, beda orang beda gaya lah ya. Lagipula, siapa juga yang tidak ingat dengan silang pendapat antara pemerintah pusat dan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta soal kebijakan karantina wilayah (lockdown) dan pembatasan sosial berskala besar (PSBB)? Hehe.

Tapi nih, mungkin, nggak ada salahnya juga sih kalau Pak Anies lebih memilih tokoh agama daripada influencer divaksinasi. Kan, secara nggak langsung, tokoh agama juga memiliki influence buat para pengikutnya.

Uniknya nih, Pak Jokowi sebenarnya kan juga udah ngajak sejumlah tokoh agama tuh kala vaksinasi pada 13 Januari lalu. Untuk agama Islam saja, misalnya, kan ada tokoh-tokoh agama dari Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, dan Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Mungkin nih, strategi blunder Raffi lah yang akhirnya menjadikan program penerima awal vaksin kemarin penuh dengan polemik tuh. Coba aja pihak Istana bisa memilih dan menyaring influencer dengan contoh yang baik. Hehe.

Barang kali nih, Pak Jokowi perlu dengar masukan dari influencer lain yang bernama Deddy Corbuzier nih. “Fame is important for spreading the news. But, trust? You need value,” begitu ucap Om Deddy.

Ya, pada intinya, Om Deddy bilang supaya pemerintah bisa memilih influencer yang memiliki value (nilai) yang sejalan dalam hal vaksinasi, seperti Raditya Dika. Wahgimana nih, pihak Istana? Siap klarifikasi soal blunder influencer ini? Hehe. (A43)

Baca Juga: Raffi Ahmad, Bumerang Semiotika Politik Jokowi?

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

Prabowo, Kunci Kembalinya Negara Hadir?

Dalam kunjungan kenegaraan Prabowo ke Tiongkok, sejumlah konglomerat besar ikut serta dalam rombongan. Mungkinkah negara kini kembali hadir?

Prabowo dan “Kebangkitan Majapahit”

Narasi kejayaan Nusantara bukan tidak mungkin jadi landasan Prabowo untuk bangun kebanggaan nasional dan perkuat posisi Indonesia di dunia.

Menyoal Kabinet Panoptikon ala Prabowo

Pemerintahan Prabowo disebut memiliki kabinet yang terlalu besar. Namun, Prabowo bisa jadi memiliki kunci kendali yakni konsep "panoptikon".