HomeCelotehBaliho Puan, Strategi Mumpuni?

Baliho Puan, Strategi Mumpuni?

Sejumlah baliho yang bergambarkan foto Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Puan Maharani di Jawa Timur (Jatim) menjadi sasaran vandalisme oleh sejumlah orang – memunculkan tulisan seperti “Open BO”, “PKI”, dan “Koruptor”. Apakah baliho Puan ini jadi strategi jitu menuju tahun 2024?


PinterPolitik.com

Di suatu pagi yang terik di Surabaya, Jawa Timur (Jatim), mimin menjalankan kegiatan sehari-hari seperti biasanya. Kali ini, mimin sedang menuju ke sebuah Warung Tegal (Warteg) yang ada di dekat Jembatan Suramadu tuh.

Tentunya, bukan buat makan di tempat ya tetapi dibungkus tuhGimana lagi? Wong cuma dibatasi selama 20 menit waktu makannya. Mimin jadi nggak bisa nambah dongHehe.

Tapi nih, di hari itu, ada yang berbeda tuh di jalanan Surabaya, tepatnya di sekitaran Jl. Kedung Cowek. Mimin menemukan sebuah baliho yang tiba-tiba menjamur tuh, yakni baliho yang menunjukkan foto Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Puan Maharani.

Uniknya lagi, mimin juga menemukan satu baliho yang tampak berbeda. Di satu baliho itu, ada tulisan berwarna hitam yang mengatakan, “Koruptor.” Waduhmimin kaget tuh melihat baliho satu ini.

Ternyata, oh, ternyata, berita soal baliho Puan yang dicoret-coret ini udah ramai, gaes, di media sosial (medsos) dan media massa. Kabarnya nih, pihak PDIP nggak diam aja nihgaes. Bahkan, sejumlah pelaku vandalisme di Surabaya udah ditangkap lho.

Terlepas dari itu semua, mimin juga bertanya-tanya sih dengan banyaknya baliho Mbak Puan ini di penjuru daerah Indonesia. Apalagi nih, pasang baliho sampai reklame yang besar itu nggak murah lho. Di Surabaya sendiri, misalnya, biaya pasang iklan di baliho dan reklame itu berkisar di Rp 400 ribu hingga Rp 4 juta lho.

Baca Juga: Mengintip Teaser Mbak Puan

Baca juga :  Keok Pilkada, PKS Harus Waspada? 
Ekspansi Baliho Puan Maharani

Hmm, kalau ada di seluruh Indonesia, kira-kira makan biaya berapa tuh? Soalnya, kata teman mimin, baliho Puan yang berukuran besar juga ada lho di daerahnya. Sampai-sampai, katanya lho ya, kelihatan pori-pori kulitnya. Hehe.

Dengan melihat sejumlah baliho Mbak Puan yang menjadi sasaran vandalisme, mimin jadi punya saran nih. Mungkin nih, Mbak Puan bisa meniru strategi reklame Ayam Goreng Ny. Suharti tuh. Kan, ada banyak juga tuh reklamenya.

Tapi nih ya, meskipun ada banyak di mana-mana dan ukurannya besar, reklamenya Ny. Suharti kayak-nya nggak pernah jadi sasaran tulisan “Open BO”, “PKI”, maupun “Koruptor” tuhHmm, apa yang salah ya dari balihonya Mbak Puan?

Boleh jadi, Mbak Puan bisa tuh bikin reklamenya dengan tulisan unik – daripada tulisan “Jaga Imun” atau “Kepak Sayap Kebhinnekaan”. Bisa tuh kalau tulisannya jadi “Warung Ayam Mbak Puan”. Siapa tahu malah laku, kan? Hehe.

Lagipula, Mbak Puan sendiri yang bilang kalau masyarakat sekarang sedang lapar perutnya di tengah menurunnya kepercayaan pada pemerintahan Joko Widodo (Jokowi). Boleh tuh kalau Mbak Puan membantu mengisi “perut” masyarakat dengan membagi-bagikan ayam goreng.

Gimana tuh, Mbak Puan? Menarik kan idenya? Jangan lupa hubungi mimin ya, Mbak, kalau jadi bikin “Ayam Goreng Mbak Puan”. Barang kali, mimin bisa juga tuh nyicipin ayam gorengnya dulu. Lumayan juga tuh buat ngelengkapin teh botolnya. Hehe. (A43)

Baca Juga: Misi Puan Cari “Menu Utama”


► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik

Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

The Real Influence of Didit Hediprasetyo?

Putra Presiden Prabowo Subianto, Didit Hediprasetyo, memiliki influence tersendiri dalam dinamika politik. Mengapa Didit bisa memiliki peran penting?

Gibran Wants to Break Free?

Di tengah dinamika politik pasca-Pilkada 2024, seorang wapres disebut ingin punya “kebebasan”. Mengapa Gibran Rakabuming wants to break free?

Prabowo vs Kemlu: Warrior vs Diplomat?

Perbedaan pendapat dalam politik luar negeri tampaknya sedang terjadi antara Prabowo dan diplomat-diplomat Kemlu. Mengapa demikian?