“Orang hebat tidak dihasilkan dari kemudahan, kesenangan, dan kenyamanan. Mereka dibentuk melalui kesulitan, tantangan, dan air mata” – Dahlan Iskan, mantan Menteri BUMN
Gengs, kalian yang berada di daerah Kota Bekasi pasti mengalami pemadaman listrik kan beberapa waktu lalu? Nah, buntut pemadaman tersebut nggak cuma beberapa saat, cuy. Urusannya panjang.
Sebab, politikus Gerindra Arief Poyuono yang saat ini menjabat sebagai Ketua Umum Lembaga Pemantau Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (LPPC19-PEN) sampai angkat suara. Nggak main-main, Bung Arief langsung menghardik Menteri BUMN Erick Thohir.
Dalam kemarahannya itu, Bung Arief meminta supaya Mas Erick nggak melihat soal pemadaman ini sebagai hal yang biasa terjadi. Pasalnya, ini Bekasi lho, cuy, salah satu kota besar yang memiliki ketergantungan akut dengan listrik. Industri yang ada di Bekasi bisa rugi, dan pasti berpengaruh pada aktivitas ekonomi warga.
Belum lagi, kata Bung Arief, kalau listrik mati, orang Bekasi pasti akan keluar dari rumah dan memilih untuk bertemu dengan teman-temannya karena mau akses ponsel pun nggak bisa. Sebenarnya, bagus sih hal tersebut – andai kondisinya nggak sedang musim pandemi Covid-19.
Makanya, saking jengkelnya Bung Arief, ia mendesak agar Mas Erick mau merombak jajaran perusahaan PLN – mulai direktur sampai komisaris. Widih, sadis bener usulannya ya, cuy.
Namun, ngomong-ngomong, ada benarnya juga sih kalau misal saran dari Bung Arief diwujudkan oleh Mas Erick. Lagian juga, sebenarnya nggak cuma warga Bekasi saja yang gedeg dengan PLN kok. Banyak lho daerah lain yang memendam ke-gedeg-an juga.
Nah, sekarang, kira-kira berani nggak nih Mas Erick mewujudkan usulan dari Bung Arief? Nggak perlu rombak total kok. Cukup ada reformasi perusahaan saja. Kasihan juga kan sama Mas Erick. Anak buahnya yang salah tetapi ia yang kerap kena marah.
Apa mungkin ya tantangan Poyuono ini kayak kasus Sengkuni yang seolah memberi jaminan aman kepada Pandawa agar bersedia ikut lomba dadu dengan Kurawa? Lha kok, ternyata ia menyimpan siasat agar Pandawa kalah dan terusir dari Hastina.
Jadi, kepada Mas Erick, memang mau nggak mau harus melakukan evaluasi dan reformasi perusahaan, sebab sedikit atau banyak saran dari Bung Arief tuh mewakili sebagian suara masyarakat. Namun, terkait dengan keputusan pemecatan dan lain-lain, Mas Erick jauh lebih paham dan bijaklah.
Jangan sampai terpengaruh oleh omongan dari luar, termasuk Bung Arief. Ingat, Pandawa terusir dari Hastina karena terlalu percaya dengan pembisik yang ternyata punya bisa mematikan. Hehe. (F46)