Perdana Menteri (PM) Malaysia Anwar Ibrahim melakukan kunjungan kenegaraan ke luar negeri pertamanya ke Indonesia. Dalam lawatannya itu, selain bertemu dengan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi), Anwar juga kerap melontarkan lelucon saat berpidato.
“Cewek pun enggak ada di sini. Kalau ada, saya tidak akan mengaku untuk menjaga keharmonisan. Kalau ada pun diam-diam ya. Hehe” – Anwar Ibrahim, Perdana Menteri (PM) ke-10 Malaysia
Hayoo, huruf apa yang sering merasa kedinginan? Apa hayo jawabannya? Apa lagi kalau bukan huruf B? Kan, huruf B urutan abjadnya berada di antara huruf A dan C – alias AC yang merupakan singkatan dari istilah air conditioner (pendingin ruangan).
Mungkin, sebagian besar dari kita pasti menilai kalau pertanyaan tebak-tebakan di atas merupakan lelucon (jokes) receh ala bapak-bapak. Namun, tanpa kita sadari, kerecehan semacam ini juga memiliki penikmatnya sendiri – khususnya juga di kalangan bapak-bapak.
Siapa lagi kalau bukan para pejabat dan politisi kita yang mayoritas memang bapak-bapak? Hmm, kapan nih kita bisa punya representasi yang sama buat perempuan di dunia politik? Sungguh sebuah pekerjaan rumah (PR) yang sulit untuk diselesaikan nih.
Ya, terlepas dari tugas yang sulit dituntaskan itu, bapak-bapak penikmat jokes receh ini salah satunya adalah bapak-bapak yang kini menjadi pemimpin negara tetangga, yakni Perdana Menteri (PM) Malaysia Anwar Ibrahim.
Nggak percaya kalau jokes-nya ala jokes receh bapak-bapak? Baca aja tuh kutipan di awal tulisan. Terkesan agak patriarkis bukan? Hehe.
Tapi, kita nggak mau bahas itu dulu di sini. Hal yang juga menarik untuk dibahas adalah bagaimana jokes yang digunakan – meski jokes receh – justru bisa menjadi penentu dalam dunia diplomasi dan negosiasi.
Mengacu pada tulisan John Morreall yang berjudul “Humour and the Conduct of Politics” dalam buku Beyond a Joke: The Limits of Humour, para politisi bisa saja menggunakan humor sebagai instrumen politik. Lelucon-lelucon semacam ini bisa disebut sebagai instrumental humour (humor instrumental).
Bukan nggak mungkin, inilah yang tengah dilakukan oleh Anwar ketika melakukan kunjungan kenegaraan pertamanya ke luar negeri, yakni ke Indonesia dan bertemu Presiden RI Joko Widodo (Jokowi). Pasalnya, Pak Anwar ini nggak hanya guyon soal punya cewek atau nggak di Indonesia, tapi juga soal pasang-surat kehidupan dan protokoler.
Mungkin, cara macam ini mirip dengan apa yang Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur) saat dulu masih menjabat. Gus Dur dalam diplomasinya kerap guyon dengan banyak pemimpin negara lain.
Bisa jadi, ini adalah cara diplomasi yang juga digunakan oleh Pak Anwar. Dalam Hubungan Internasional, ini biasa disebut sebagai diplomasi personal.
Ya, gimana pun, tanpa kita sadari, jokes bapak-bapak ala Anwar ini juga penting ya. Siapa tahu, kan, suatu hari nanti jokes bapak-bapak dalam diplomasi malah yang menyelamatkan dunia dari konflik di masa depan? Ya nggak tuh, Pak Zelensky dan Pak Putin? Hehe. (A43)