“Ya, yang lain juga kalau dipasangkan. Tidak berarti kalau Anies dengan katakanlah Puan tidak pemersatu, pemersatu” – Jusuf Kalla, mantan Wakil Presiden RI
Bukan berita baru ketika mendengar narasi politik Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan akan dijegal menjelang pencalonan presiden pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 mendatang.
Peluang Anies akan dijegal oleh beberapa partai politik disebutkan oleh Jamiluddin Ritonga, pengamat komunikasi politik dari Universitas Esa Unggul.
Ritonga mencoba mensimulasikan skenario penjegalan Anies dengan mengklasifikasikan partai yang berada di dalam dan di luar pemerintahan. Ia menyebut ada tujuh partai pemerintah yang bisa menjadi penghadang Anies.
Partai-partai seperti PDIP, Golkar, Gerindra, PKB, NasDem, PAN, dan PPP, akan memainkan peran penting dibanding dengan partai oposisi yang hanya terdiri dari Partai Demokrat dan PKS.
Bayangkan, jika tujuh partai lingkar kekuasaan tersebut bersekongkol untuk tidak mengusung Anies, maka dengan sendirinya Anies akan gagal untuk nyapres para Pilpres 2024.
Nah, banyak yang menyebut kunci dari ketujuh partai itu ada pada Presiden Joko Widodo (Jokowi). Sejauh ini, semua partai pendukung pemerintah relatif loyal kepada sang Presiden.
Ritonga juga menambahkan, bahwa agenda Puan Maharani mengunjungi partai-partai dapat dianggap sebagai bagian dari upaya untuk menjegal Anies. Kunjungan Puan ke NasDem Tower yang disambut hangat dinilai memberi indikasi ke arah sana.
Skenario penjegalan ini secara umum ingin menggambarkan bahwa partai-partai ini awalnya seolah memberi harapan kepada Anies dengan memunculkan namanya di rakernas, ataupun kegiatan kepartaian lainnya. Namun, ujungnya akan ditinggalkan.
Berbeda dengan cara pandang semacam itu. Muncul alternatif skenario yang memperkirakan Anies kemungkinan tidak dijegal, melainkan akan dijebak ke dalam pusaran dilema. Sehingga ia hanya akan memilih keputusan sesuai dengan pembuat skenario.
Dalam teori permainan (game theory), persoalan semacam ini disebut dengan dilema narapidana (prisoner’s dilemma). Ini merupakan suatu konsep yang penerapannya bertujuan untuk membuat korban memilih diantara pilihan yang sulit.
Dalam permainan dilema narapidana, pemain dihadapkan dengan dua pilihan, yaitu kerja sama atau tidak kerja sama.
Bayangkan, jika semua partai besar yang dianggap loyal kepada Jokowi akan memusatkan perhatiannya kepada Puan, ini akan membuat posisi Jokowi juga terikat dengan PDIP.
Skenario pasangan antara Anies dan Puan sangat mungkin akan terjadi. Hal penunjang lainnya tentu adalah jaminan sang mentor Anies, yaitu Jusuf Kalla (JK) yang punya hubungan baik dengan orang-orang yang berada di lingkaran Puan dan Jokowi.
Mungkin masih segar dalam ingatan kita, ketika Wakil Presiden RI ke-10 itu pernah menyebut bahwa Anies-Puan, jika bisa dipertemukan, maka bisa menjadi duet pemersatu bangsa.
Hmm, kok skenario semacam ini seolah ingin menunjukkan semacam fenomena love-hate relationship ya? Penggemar serial anime Dragon Ball Z pasti tidak asing dengan konsep ini, karena pernah terjadi antara Son Goku dengan Vegeta.
Meski keduanya saling bersaing, hubungan antara Goku dan Vegeta bisa saja menjadi kekuatan besar di akhir kisah. Keduanya akhirnya mampu bekerja sama dan melakukan fusion, yang merubah mereka menjadi Gogeta (gabungan Goku dan Vegeta).
Btw, jika Anies dan Puan punya kekuatan yang sama, yaitu melakukan fusion, mereka mungkin tidak punya nama baru semacam Gogeta. Mereka akan tetap memakai nama Puan. Kok bisa? Kan Puan itu sudah merupakan singkatan dari “Pejuang Anies”. Hehehe. (I76)