HomeCelotehAnies Ubah Lanskap Politik?

Anies Ubah Lanskap Politik?

“Tentu menarik, munculnya Anies di konstelasi Pilpres 2024 setidaknya mewakili segmen tertentu, yaitu kelompok masyarakat yang kontras dengan rezim” – Herry Mendrofa, Centre for Indonesia Strategic Actions (CISA)


PinterPolitik.com

Masih ingat slogan Jusuf Kalla (JK) saat mencalonkan diri menjadi presiden pada tahun 2009 dulu? Ya, benar. Slogannya saat itu adalah “Lebih Cepat Lebih Baik”.

Mungkin, slogan ini yang menjadi salah satu alasan Partai Nasdem untuk terkesan begitu cepat dibanding partai lain, yakni untuk mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai bakal calon presiden (capres) pada Pemilihan Presiden (Pilpres)  2024 mendatang.

Tentu, ada penjelasan teknis lain, semisal strategi perang Sun Tzu yang selalu menjadi sandaran analisis para pengamat dalam melihat Nasdem untuk mengambil setiap keputusannya. Nasdem dianggap selalu lebih dahulu ke medan pertempuran.

Sun Tzu dalam bukunya The Art of War memberikan nasihat militer yang populer hingga saat ini – bahwa jika seseorang mampu untuk lebih dulu tiba di sebuah medan laga, maka akan membuat ia akan sangat siap untuk pertarungan.

Nah, apakah manuver politik Nasdem – yaitu dengan mengumumkan Anies sebagai bakal capres yang terkesan secepat kilat – mampu mengubah perpolitikan Indonesia?

Sedikit memberikan konteks, gestur partai politik (parpol) kita di Indonesia seolah seragam dalam melakukan pengambilan keputusan. Parpol lebih sering menunggu dibanding menginisiasi sebuah gerakan – tentu karena pertimbangan yang penuh dengan kehati-hatian.

Biasanya, sikap semacam ini dilakukan oleh PDIP. Partai besutan Megawati Soekarnoputri ini terkesan dengan strategi wait-and-see.

PDIP selalu dianggap tertutup ketika berbicara siapa calon yang akan diusung pada Pilpres mendatang. Dengan sikap taat, mereka menjawab keputusan sepenuhnya ada di tangan Ketua Umum (Ketum) PDIP Megawati.

Baca juga :  Sekamar dengan “Prabowo” Simbol Politik Anies?

Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting Pangi Syarwi Chaniago, mengatakan PDIP memiliki kebiasaan untuk selalu menggunakan penghujung waktu sebagai momentum mengumumkan siapa tokoh yang mereka usung.

Menurut Pangi, PDIP selalu bermain injury time atau last minute. Gerakan politik PDIP menjadi sulit dibaca dan lebih leluasa membaca kondisi politik karena partai-partai lain telah menentukan sikap.

Dari sini, kita dapat membaca bahwa narasi politik Anies dan Nasdem memang dibuat kontras dengan kekuatan yang saat ini memerintah. Bahkan, munculnya Anies di konstelasi Pilpres 2024 dianggap mewakili segmen masyarakat yang kontras dengan rezim.

image 32
Anies Ubah Kondisi Perpolitikan Indonesia?

Anyway, apa yang dilakukan oleh Anies untuk mengontraskan narasi politiknya itu, bukanlah hal yang baru. Sebelum Anies, Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga melakukan hal yang serupa.

Saat kedatangannya di atas panggung politik nasional, Jokowi mengubah wajah politik Indonesia. Sebelumnya, politik nasional diramaikan oleh pencalonan kelompok elite tertentu – entah itu elite militer maupun elite dengan latar belakang keagamaan. 

Jokowi bukan dari keduanya. Ia menjadi figur non-elite yang mampu mencapai kekuasaan tertinggi di negeri ini, yakni menjadi presiden – mengalahkan para elite politik yang bahkan memiliki partai sekalipun.

Meminjam peribahasa “serupa tapi tak sama”, sekiranya tepat untuk menyandingkan Anies dan Jokowi.  Mereka terlihat sama tetapi memiliki hal-hal yang berbeda. Jika Jokowi pernah “mendandani” wajah  politik Indonesia di 2014, mungkinkah Anies juga demikian? 

Hmm, jadi ingat cerita anime dan manga One Piece. Monkey D. Luffy diceritakan sebagai sosok bajak laut yang punya pemahaman berbeda tentang arti bajak laut itu sendiri.

Jika kebanyakan orang menilai bajak laut sebagai sekelompok pelaut kejam yang selalu menebar teror dan bahkan pembantaian, maka hal tersebut jauh dari tafsiran Luffy. Ia memaknai bajak laut adalah “kebebasan” di tengah lautan.

Baca juga :  The War of Java: Rambo vs Sambo?

Oh iya, semua pasti tahu kalau inisial “D” di tengah nama Luffy selalu menjadi  perbincangan yang menarik di dunia penggemar anime dan manga. Rupanya, dalam konteks politik, Anies juga mempunyai misteri yang serupa.

Nama lengkapnya Anies Rasyid Baswedan, tapi nama tengah selalu luput tercantum. Padaha, arti dari kata “rasyid” adalah orang yang mendapat petunjuk. Apakah mungkin nanti Anies bisa berikan petunjuk untuk mengubah wajah politik Indonesia? Who knows? Hehehe. (I76)


Kelas Revolusi Baru, Jalan Nadiem Menuju Pilpres
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

Ganjar Punya Pasukan Spartan?

“Kenapa nama Spartan? Kita pakai karena kata Spartan lebih bertenaga daripada relawan, tak kenal henti pada loyalitas pada kesetiaan, yakin penuh percaya diri,” –...

Eks-Gerindra Pakai Siasat Mourinho?

“Nah, apa jadinya kalau Gerindra masuk sebagai penentu kebijakan. Sedang jiwa saya yang bagian dari masyarakat selalu bersuara apa yang jadi masalah di masyarakat,”...

PDIP Setengah Hati Maafkan PSI?

“Sudah pasti diterima karena kita sebagai sesama anak bangsa tentu latihan pertama, berterima kasih, latihan kedua, meminta maaf. Kalau itu dilaksanakan, ya pasti oke,”...