Anies Baswedan menyebutkan bahwa dirinya hanya menghasilkan karya selama masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. โKarya, karya, karya,โ ujar mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) tersebut.
โWe donโt dress alike. We donโt rap alike. I shine different. I rhyme differentโ โ Drake, โPop Thatโ (2012)
Bagi kalian yang bekerja di dunia copywriting, pasti sudah paham kalau pembuatan tagline dan tulisan yang menarik perlu diperhatikan. Semakin menarik, akan semakin laku juga produk atau jasa yang dijual.
Penggunaan kalimat-kalimat persuasif, misalnya, bisa menjadi salah satu cara untuk menarik perhatian ke produk. Masih ingat dengan iklan ekstrak kulit manggis? Iklan itu menjadi menarik dengan nyanyian dan gaya jadul-nya.
Bukan hanya kalimat yang persuasif, seorang copywriter juga perlu memperhatikan teknik penulisan agar tagline bisa mudah diingat. Salah satunya adalah penggunaan rima.
Penggunaan rima ini paling terlihat dalam produk susu bernama Dancow. โAku dan kau, suka Dancow,โ begitu bunyi tagline yang ditonjolkan oleh produk susu yang biasa dikonsumsi anak-anak tersebut.
Selain rima, ada juga pola repetitif yang digunakan agar konsumen dan masyarakat umum semakin mudah mengingatnya. Masih berhubungan dengan iklan ekstrak kulit manggis, mereka juga menggunakan teknik repetisi hingga sebanyak tiga kali dengan mengulangi kalimat yang berbunyi, โMastin, good!โ
Tanpa kita sadari, tagline dan iklan semacam ini tampaknya tidak hanya berlaku di dunia pemasaran produk atau jasa, melainkan di dunia politik. Gimana pun juga, ada juga teknik-teknik marketing yang digunakan dalam dunia politik โ mengacu pada tulisan Aron OโCass yang berjudul Political Marketing and the Marketing Concept.
Nah, dalam politik, tagline semacam ini dikenal sebagai konsep slogan politik (political slogan). Biasanya, tagline seperti ini digunakan dalam kampanye-kampanye politik untuk meraih kursi jabatan yang diperebutkan.
Mengapa kampanye juga membutuhkan tagline dan copywriting yang apik? Mengacu pada tulisan Cail Newsome yang berjudul The Use of Political Slogans in Political Rhetoric, slogan politik memiliki fungsi untuk menciptakan mood dan opini yang baik.
Tentu, teknik copywriting yang kreatif juga diperlukan dalam slogan politik. Tagline yang berbunyi, โYes, We Can!โ dari Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama pada Pemilihan Presiden (Pilpres) AS pada tahun 2008 silam, misalnya, ditulis dengan singkat dan menggunakan kalimat aktif.
Selain itu, ada juga teknik repetisi yang digunakan dalam slogan politik. Contoh paling jelas adalah slogan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam Pilpres 2014, yakni, โKerja, Kerja, Kerja!โ
Nah, teknik repetisi ini sepertinya kembali digunakan oleh Anies Baswedan yang kini telah menjadi bakal calon presiden (capres) dari Partai NasDem untuk Pilpres 2024 mendatang. Mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut melontarkan tiga kata yang mirip dengan slogan Jokowi, yakni, โKarya, Karya, Karya!โ
Waduh, kenapa jadi mirip-mirip gitu ya? Masa iya Pak Anies mau jiplak tagline-nya Pak Jokowi?
Ya, mungkin, ada sedikit perbedaan lah ya. Yang satu menggunakan kata โkerjaโ sedangkan satu lagi menggunakan kata โkaryaโ. Boleh jadi, satunya masih bekerja dan satunya lagi sudah bekerja dan menghasilkan karya. Who knows, kan?
Eh, tapi, apa sih sebenarnya niat Anies menggunakan kata โkaryaโ? Apa mungkin Pak Anies ingin mendekati mereka yang masuk di Golongan Karya alias Golkar? Kan, mulai ada tuh kader-kader Partai Golkar yang mendeklarasikan diri sebagai Go-Anies. Hehe. (A43)