“Benar. Kalau di Jawa Barat 19 November, Tasikmalaya; 20 November di Ciamis,” – Saan Mustopa, Ketua DPW NasDem Jawa Barat
Baru-baru ini, tersiar kabar bahwa Partai NasDem akan mengadakan agenda jalan santai bersama kandidat calon presiden (capres), Anies Baswedan, di sejumlah daerah di Jawa Barat (Jabar).
Acara yang akan dilaksanakan pada akhir November ini dibenarkan oleh Ketua DPW NasDem Jabar Saan Mustopa. Lebih lanjut, Saan menyebut sejumlah hadiah akan disiapkan – terdiri dari satu paket umrah dan 11 sepeda motor.
Oh iya, acara semacam ini rupanya bukan hal yang baru loh. Pada acara peringatan hari ulang tahun (HUT) ke-21 Partai Demokrat yang jatuh pada tanggal 9 September, Pengurus DPC Partai Demokrat Kabupaten Ciamis juga menyelenggarakan jalan santai.
Ada sekitar 35 ribu warga yang hadir di Alun-alun Kabupaten Ciamis. Mereka antusias mengikuti kegiatan tersebut karena banyak hadiah yang ditawarkan – salah satunya umrah.
Anyway, ada apa ya antara jalan santai, warga Jabar, dan umrah? Kok pola ini yang dipakai oleh NasDem? Apakah ini bagian dari strategi untuk meng–endorse Anies di Jabar?
Frederic Gros dalam bukunya A Philosophy Of Walking menjelaskan efek jalan santai yang dianggap sederhana tapi mempunyai makna mendalam. Bagi Gros, jalan santai merupakan kegiatan yang menghasilkan ide cemerlang dan kedalaman orisinalitas berpikir.
Hampir sebagian orang sepakat kalau jalan santai bukanlah olahraga yang menuntut teknik dan peraturan yang kompleks. Jalan santai – seperti namanya santai – ialah kegiatan sederhana yang hanya melangkahkan satu kaki di depan kaki yang lain terus-menerus secara bergantian.
Seperti banyak yang diketahui, orang Sunda yang merupakan mayoritas warga Jabar memiliki karakter “santai”. Santai di sini bukan pemalas loh ya, melainkan santai yang memperlihatkan ketenangan jiwa dalam melihat setiap gejala sosial.
Orang Sunda kebanyakan cenderung lucu dan humoris. Mereka dengan mudah bercanda dan mencairkan suasana saat bertemu. Hal ini merupakan cerminan “kesantaian” mereka merespons sebuah peristiwa.
Yang terakhir, terkait hadiah umrah, argumentasinya pasti sudah bisa ditebak, yakni karena mayoritas orang Sunda memeluk agama Islam. Islam bahkan hampir menjadi bagian dari identitas ke-Sunda–an.
Dari sini, kita dapat melihat ada rangkaian tersembunyi yang juga saling berkaitan antara jalan santai, warga Jabar, dan umrah. Bisa jadi, semua ini tidak mungkin tanpa sengaja. Pasti ada desain di balik semua ini.
Dalam konteks ini, bisa terlihat bahwa NasDem dalam membuat acara semacam ini sudah melalui analisis yang komprehensif. Judulnya sih jalan santai tapi kok hadiahnya “nggak santai” ya?
Jika dilihat dari sudut pandang ini, terlihat NasDem memahami betul selain persoalan kultural yang harus dijangkau partai – bahwa terdapat persoalan lain, yakni menjangkau pemilih rasional yang mempertimbangkan “mendapat” apa dalam persoalan menentukan pilihannya.
Dalam konteks politik, terdapat tiga pendekatan perilaku pemilih, yakni pemilih sosiologis, psikologis, dan rasional. Dua pendekatan yang ingin dibahas di sini adalah pendekatan sosiologis dan rasional yang menjadi fokus karena keduanya berjarak dalam memperlihatkan ciri-cirinya.
Jika pemilih sosiologis dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial seperti afiliasi etnik dan tradisi, maka pendekatan rasional lebih menitikberatkan bahwa pemilih memutuskan pilihannya karena ada pertimbangan “untung-rugi”.
Nah, hadiah umrah dalam konteks kegiatan NasDem ini dapat ditafsirkan sebagai upaya untuk merebut hati para pemilih rasional ini.
Jika benar terlaksana dan hadiahnya umrah, maka mungkin saja yang ada dalam benak mereka adalah, “Anies dan NasDem ini royal loh. Belum kampanye aja kita sudah dikasih hadiah, apalagi pas kampanye.” Hehehe. (I76)