Site icon PinterPolitik.com

Anies-Ganjar Hanya Sebuah Permainan?

anies ganjar hanya sebuah permainan

Dari kiri: Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo, komika Kiky Saputri, mantan Menteri Kelautan dan Perikanan (Men-KP) Susi Pudjiastuti, Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil (RK), dan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir berpose bersama dalam kegiatan lomba peringatan HUT ke-77 Kemerdekaan RI pada Sabtu (20/8/2022) kemarin. (Foto: Instagram/@aniesbaswedan)

Politik merupakan sebuah permainan. Sama seperti dengan lomba 17-an yang diikuti oleh nama-nama populer seperti Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, Ridwan Kamil, dan Erick Thohir, itu semua pun adalah permainan.


PinterPolitik.com

“Now I run the game, got the whole world talkin’” – Kendrick Lamar, “King Kunta” (2015)

Sadarkah kita bahwa setiap aspek dalam kehidupan kita ini sering kali merupakan sebuah permainan? Ketika kita berusaha menyebut hati seseorang, misalnya, kita pun akan bermain permainan hati – apalagi bila ada pesaing yang cukup kompeten juga.

Tidak hanya persoalan hati, di dunia kontemporer ini pun, hampir semua dari kita memiliki sejumlah permainan yang terpasang di ponsel-ponsel pintar (smartphones) kita. Bahkan, kita membuat sebuah cabang olahraga baru dari permainan-permainan digital ini – disebut sebagai e-sports.

Selain untuk hiburan, permainan juga biasa dilakukan untuk merayakan atau memperingati momen-momen tertentu. Pada peringatan HUT Kemerdekaan RI setiap 17 Agustus, misalnya, masyarakat Indonesia banyak berpartisipasi di berbagai macam permainan, seperti tarik tambang, balap karung, lomba makan kerupuk, dan sebagainya.

Ini terlihat dari bagaimana para pejabat dan politisi – di antaranya ada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo, komika Kiky Saputri, mantan Menteri Kelautan dan Perikanan (Men-KP) Susi Pudjiastuti, Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil (RK), dan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir – mengikuti sebuah kegiatan lomba 17-an pada Sabtu (20/8/2022) kemarin.

Boleh jadi, permainan memang menjadi salah satu aktivitas yang dibutuhkan oleh manusia. Siapa tahu, dengan permainan, manusia modern pun akhirnya bisa mengasah kemampuan otak mereka – katakanlah dalam upaya untuk bertahan hidup (survive)?

Politik pun menjadi salah satu aspek kehidupan yang tidak luput dari permainan. Mungkin, permainan kekuasaan seperti ini juga menantang mereka-mereka yang berpartisipasi untuk bisa tetap bertahan hidup di dunia kompetitif mereka sendiri.

Tidak jarang, politik juga digambarkan dengan teori permainan (game theory). Konsep zero-sum game, misalnya, menggambarkan bagaimana keuntungan satu pihak bisa menjadi kerugian bagi pihak lainnya dalam politik.

Ini jelas sekali terlihat dalam politik elektoral yang tengah dimainkan oleh partai-partai politik (parpol) dan para kandidat. Perebutan suara pemilih yang digambarkan oleh angka-angka seakan-akan menjadi poin yang digunakan untuk saling “mematikan” lawan.

Namun, untuk bisa berpartisipasi dalam sebuah permainan, pemain juga perlu memenuhi syarat-syarat tertentu. Untuk bisa bermain balap karung, misalnya, pemain jelas membutuhkan karungnya terlebih dahulu.

Mungkin, dalam dunia politik elektoral – khususnya pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 mendatang, “karung” ini juga menjadi penting (baca: parpol). Coba bayangkan kalau tidak memiliki “karung”, tentu pasti bakal kesulitan untuk bisa ikut dalam lomba Pilpres-an.

Hmm, hayoo, siapa yang di sini disebut-sebut bisa maju di Pilpres 2024 tapi “karungnya” belum pada punya? Hati-hati lho, bapak-bapak dan ibu-ibu. (A43)


Exit mobile version