HomeCelotehAnies dan Ganjar Butuh “Powerbank”?

Anies dan Ganjar Butuh “Powerbank”?

Politikus Gerindra Arief Poyuono menyebutkan bahwa Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo tidak akan bisa maju di pemilihan presiden (Pilpres) 2024 karena kehabisan “baterai”. Akankah Anies dan Ganjar mendapatkan “powerbank” untuk menuju puncak Pilpres 2024?


PinterPolitik.com

Ada satu tren dan aktivitas yang sedang happening di negeri Nusantara dalam alternate universe Bumi-45, yakni mendaki gunung. Bisa dibilang, kegiatan di luar ruangan (outdoor activity) satu ini memiliki pamor yang terus meningkat dengan semakin populernya unsur-unsur budaya seperti kopi sembari menikmati senja.

Tentu, hal ini bukanlah hal yang buruk bagi masyarakat Nusantara di Bumi-45. Namun, di tengah kecenderungan untuk pergi kembali ke alam ini ternyata tidak selalu sejalan dengan kebutuhan-kebutuhan di dunia modern.

Mungkin, inilah yang dialami oleh dua orang teman – Anis dan Kak Ganjar – yang pergi mendaki Gunung Pilpres – sebuah gunung yang terletak di sebelah Gunung Eperest di Bumi-45. Pasalnya, di tengah pendakian, mereka menghadapi masalah yang mungkin bisa menyiksa siapapun yang hidup di zaman sekarang, yakni kehabisan baterai ponsel.

Sungguh sebuah malapetaka, bukan? Bila baterai ponsel habis, mereka tidak akan mendapatkan sinyal Global Positioning System (GPS). Selain itu, bagaimana caranya mereka bisa mengunggah story di platform media sosial (medsos) seperti Instan-gram? What a disaster!

Alhasil, Kak Ganjar dan Anis pun mencari sebuah teknologi populer yang bisa mengisi daya ponsel mereka – disebut sebagai “bank kekuasaan” atau “powerbank”. Untung saja, mereka menemukan sebuah warung yang kebetulan menjual “bank kekuasaan”.


Anis: Permisi, Bu. Apa ibu menjual powerbank? Kami sedang membutuhkannya sekarang?

Baca juga :  Belah PDIP, Anies Tersandera Sendiri?

Kak Ganjar: Kalau bisa yang sudah penuh ya, Bu. Kami butuh untuk melanjutkan perjalanan menuju puncak Pilpres.

Bu Warung: Eh, ada, nak. Mau beli berapa?

Kak Ganjar: Mungkin dua, Bu. Biar bisa isi daya ponsel masing-masing.


Baca Juga: Dua Pilihan Bayangi Anies?


Anis: Iya, benar tuh. Kita perlu upload story di akun medsos kita masing-masing.

Bu Warung: Sebentar, tak lihatnya ya.

(Bu Warung masuk ke dalam sebentar dan kembali keluar memberikan kabar buruk kepada Anis dan Kak Ganjar.)

Bu Warung: Waduh, maaf, nak. Adanya cuma satu. Dan warnanya tinggal satu saja.

Kak Ganjar: Lho, kok bisa habis stoknya, Bu? Wah, tahu gitu, saya beli dari kemarin-kemarin di e-commerce LapakGanjar. 

Bu Warung: Iya, nak. Tadi ada banyak juga yang beli. Padahal, stok saya banyak mulanya. Bahkan, macam-macam warnanya. Ada warna merah. Ada warna kuning. Tapi yang merah sudah dibeli sama mbak-mbak dengan rambut kunciran gitu. Yang kuning juga tadi laku sama bapak-bapak yang pawakannya lumayan gedhe.

Anis: Waduh, gimana ini? Kalo powerbank warna biru ada nggak, Bu?

Bu Warung: Ada nih. Warnanya biru kuning yang tinggal satu tadi. Tapi ya gitu, isi dayanya tinggal sedikit. Mau?

Kak Ganjar: Hmm, saya pengen-nya yang merah sih, Bu.


Dengan “powerbank” yang terbatas jumlah dan isinya, perjalanan Anis dan Kak Ganjar menuju puncak Gunung Pilpres pun semakin sulit. Mampukah mereka menjalani pendakian yang penuh tantangan tanpa ponsel mereka? (A43)

Baca Juga: Apapun yang Terjadi, Ganjar Tetap PDIP?


► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik

Baca juga :  PKS Di Sana Bingung, Di Sini Bingung

Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

The Real Influence of Didit Hediprasetyo?

Putra Presiden Prabowo Subianto, Didit Hediprasetyo, memiliki influence tersendiri dalam dinamika politik. Mengapa Didit bisa memiliki peran penting?

Gibran Wants to Break Free?

Di tengah dinamika politik pasca-Pilkada 2024, seorang wapres disebut ingin punya “kebebasan”. Mengapa Gibran Rakabuming wants to break free?

Prabowo vs Kemlu: Warrior vs Diplomat?

Perbedaan pendapat dalam politik luar negeri tampaknya sedang terjadi antara Prabowo dan diplomat-diplomat Kemlu. Mengapa demikian?