Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Puan Maharani mengkritik pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) karena dianggap gagal untuk segera memulihkan kepercayaan masyarakat di tengah pandemi Covid-19. Mengapa Puan akhirnya kritik Jokowi?
“N***as keep reaching and dissin’” – Drake, “Sneakin’” (2016)
Bagi kalian penggemar musik hip-hop dan rap, pasti nggak asing lagi dengan istilah-istilah seperti “dissing” dan “beef”. Istilah-istilah ini kerap digunakan kala ada dua atau lebih rapper saling berantem melalui lirik dan rima mereka.
Sepanjang sejarah, ada banyak lho pertengkaran (beef) besar yang terjadi di dunia rap. Beef antara JAY-Z dan Nas, misalnya, menjadi salah satu beef yang paling mendapatkan banyak perhatian pada tahun 2000-an – meski akhirnya keduanya telah berdamai dan menciptakan sejumlah karya musik bersama.
Nggak hanya JAY-Z dan Nas, beef besar juga sempat meletus pada tahun 1990-an, yakni antara Tupac dan Notorious B.I.G. Bahkan, pertengkaran yang terjadi antara kubu pesisir timur (east coast) dan kubu pesisir barat (west coast) Amerika Serikat (AS) ini berakhir dengan kekerasan yang membuat dua rapper ini tewas dengan kasus pembunuhan yang belum terungkap hingga kini.
Ya, meskipun sejumlah beef berakhir dengan kekerasan, esensi utama dari beef rap ini adalah untuk mencari siapa yang lebih unggul melalui rima dan lirik sebagai senjata utamanya. Bagian ini sih yang seru buat mimin kalau ada beef antara rapper-rapper yang jago. Bahkan, ini jadi dasar bagi para penggemar buat nentuin siapa yang menang dan siapa yang lanjut karier rap-nya.
Nah, mungkin nih, beef ala dunia rap ini juga terjadi nih di dunia politik Indonesia. Gimana nggak? Meskipun berasal dari partai politik (parpol) yang sama – yakni PDIP, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Puan Maharani tetap melontarkan kritik lho ke pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Baca Juga: Misi Puan Cari “Menu Utama”
Wah wah, Mbak Puan ternyata mulai melakukan dissing nih ke Pak Jokowi. Sampai-sampai nih, Mbak Ketua DPR tersebut mempertanyakan lho kebijakan pemerintah yang menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) tetapi tidak mengindahkan perut rakyat yang tengah lapar.
“Percuma ada beragam kebijakan bahkan pembatasan mobilitas rakyat, kalau program-program di lapangan dijalankan ala kadarnya saja, apalagi yang terkait dengan perut rakyat,” kata Mbak Puan. Widiih, kalau di dunia rap, sindiran begini ini bisa dibilang jadi “lirik” yang sadis tuh.
Tapi nih, sama seperti dunia rap, masyarakat luas lah yang nanti kembali menentukan siapa yang bakal menang – termasuk karier politik mereka nih. Hmm, kira-kira, bakal lanjut nggak ya kariernya Mbak Puan – mengingat beliau udah ngebikin marketing besar-besaran dengan menyebarkan baliho di mana-mana tuh? Perusahaan-perusahaan penyedia jasa internet seperti IndiHome atau Biznet aja bisa kalah tuh coverage-nya. Hehe.
Namun, persoalannya sih bukan hanya siapa yang bakal menang sih dengan sindiran dan kritik ini, melainkan kembali ke citranya Mbak Puan. Bukan nggak mungkin, dengan insiden mikrofon beberapa waktu lalu, Mbak Puan citranya udah buruk duluan tuh.
Apalagi, beliau mau nggak mau bakal terus dikaitkan dengan citra ibunya, Megawati Soekarnoputri, yang nggak jarang juga kerap dipersoalkan tuh. Ya, susah juga nih jadi Mbak Puan.
Hmm, kalau di dunia rap, Mbak Puan juga nggak bisa boasting dengan istilah-istilah self-made juga tuh. Ya, jadinya, Mbak Puan harus bisa come up dengan berbagai “lirik” dan “rima” kritik yang lebih nendang tuh. Ditunggu ya “diss track” lanjutannya, Mbak Puan. (A43)
Baca Juga: Berani Puan Panggil Luhut?
► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.