“Pelajarilah aturan layaknya seorang profesional sehingga Anda dapat mematahkan mereka seperti seorang seniman” – Pablo Picasso, Seniman asal Spanyol
Gengs, bagaimana jadinya andai ada orang yang merangkap jabatan? Tentu, ada dua dampak. Pertama, dampak dirinya sendiri, yakni bisa kaya raya karena memang gajinya dari dua lini.
Kedua, dampak untuk perusahaan atau organisasi, yakni perusahaan atau organisasi terkait akan kolaps. Mengapa bisa? Ya, sebab tandanya atmosfer demokratis dan sumber daya manusianya kurang.
Kalau memang demokratis dan cerdas, tentu nggak perlu lah memasang satu orang untuk dua jabatan. Namun, namanya aja manusia, kadang orang yang dobel jabatan tersebut santai dan tenang aja tuh menjalankan semuanya. Kayak nggak ngerasa ada beban.
Eh, jangan salah, cuy. Orang seperti itu sebenarnya punya tekanan yang luar biasa tetapi mungkin ia sudah kepalang tanggung bersedia. Lagian, tentu dompet tebal jadi faktor pendukung juga kan? Hehe.
Mimin mulai berpikir kayaknya Basuki Tjahaja Purnama (BTP) alias Ahok sedang merasakan kondisi seperti disebut di atas. Komisaris Utama (Komut) PT Pertamina tersebut bahkan terang-terangan menyebut dirinya sebagai direktur utama nyaru (menyamar) komut saat kolaborasi bareng Butet Kertaradjasa di YouTube.
Cie, Ahok sekarang sering banget ya kolaborasi di depan layar. Padahal, dulu sering sendiri deh. Doi mulai jaga-jaga biar ada yang ngingetin saat omongan mulai dinilai offside kah, cuy? Upps.
Lanjut aja deh. Nah, dalam video tersebut, kata Ahok, bukti dirut nyaru komut tuh bisa dilihat dari pekerjaan dan rapat yang ia gelar. Normalnya komisaris tuh rapat nggak lebih dari sekali dalam seminggu tetapi Ahok lebih dari jumlah itu, cuy. Ia rapat bisa empat kali dalam seminggu. Widih, ngalahin direktur dong, cuy.
Ya, meski omongan Ahok bernuansa kelakar, dalam antropologi politik tuh, nggak ada orang ngomong tanpa punya maksud tertentu. Konyol dong kalau sampai kita menganggap omongan Ahok tanpa tujuan.
Minimal tujuannya hendak memberi kode ke Mbak Nicke Widyawati – Dirut sebenarnya – bahwa di Pertamina ada sosok Ahok yang pengaruhnya besar sekali. Atau, jangan-jangan bidikan Ahok nggak cuma internal Pertamina, melainkan langsung menyentil Menteri BUMN Erick Tohir, cuy?
Secara, kan memang dari dulu banyak yang membanding-bandingkan Ahok dengan Erick. Pun Erick sering lho memanggil Ahok ke kantor setiap kali ada sesuatu yang kontroversial muncul – seperti kemarin pertengahan September saat Ahok ngomong soal kebobrokan Pertamina. Widih, kira-kira omongan edisi Oktober ini bakal membuat Erick naik pitam nggak, ya? Semoga nggak deh. Situasi Indonesia udah panas kok masih mau dibikin tambah panas.
Lagian juga, ini ngapain Ahok kelakar di depan publik begitu? Kalau toh benar Ahok kinerjanya ekstra sampai melebihi direktur, ya mending hal begitu disimpan buat dirinya dan tim saja – nggak perlu dikonsumsi publik. Khawatirnya banyak tafsiran yang aneh-aneh.
Ingat lho ya. Indonesia sudah panas karena isu-isu seperti omnibus law. Eh, apa jangan-jangan Ahok nih sengaja memproduksi sesuatu yang kontroversial lagi supaya perhatian masyarakat beralih dari isu Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja (RUU Ciptaker) menuju statement doi? Hmm. (F46)