“Business is like riding a bicycle. Either you keep moving or you fall down” – Frank Lloyd Wright, arsitek asal Amerika Serikat
Hidup memang serba nggak menentu ya, gengs – apalagi, dalam zaman industri seperti ini. Kadang kala, satu barang berhasil diolah saat dipegang orang lain tetapi, pas dipegang kita, rasanya gagal. Atau, terkadang kita bisa survive di satu tempat tetapi, kala di tempat lain, kok kelihatannya stagnan – nggak bisa membuat inovasi yang mengubah sekitar.
Makanya, benar deh omongan para ekonom tentang sisi probabilitas dalam hidup bahwa memang hidup tuh serba tidak pasti. Coba kalian pikir saja.
Sama-sama mengambil konsep tentang Avatar, tetapi hasil yang dituai antara James Cameron dengan Night Shyamalan. Avatar (2009) yang digarap Cameron jelas bisa dikatakan sukses abizzz, bahkan hampir satu dekade memuncaki ranking film terpopuler sebelum dikudeta oleh Avengers: Endgame (2019). Sementara, Avatar (2010) garapan Shyamalan benar-benar mengubur ekspektasi penggemar Aang dan kawan-kawan.
Nggak jauh beda sih dengan perfilman, dalam dunia pemerintahan pun, ada juga hukum probabilitas seperti itu, cuy. Terakhir yang bisa disorot ya tentu saja Basuki Tjahaja Purnama (BTP) alias Ahok yang saat ini menjabat sebagai Komisaris Utama (Komut) Pertamina.
Bayangin saja. Dulu kan Pak Ahok ini sempat digadang-gadang bakal menjadi aktor penting yang mampu memompa pendapatan Pertamina. Selain karena sosoknya yang tanpa kompromi, juga Pak Ahok dipuja memiliki gagasan administratif yang brilliant, cuy.
Makanya, pas awal-awal mau diangkat jadi Komisaris Utama (Komut), Federasi Serikat Pekerja Badan Usaha Milik Negara (FSP BUMN) mantap menyerahkan amanah kerja terhadapnya dengan harapan supaya, “Pertamina lebih baik dan lebih bermanfaat untuk seluruh rakyat,” kata Tri Sasono, Sekjen FSP BUMN, waktu itu.
Namun, tampaknya FSP BUMN dan publik harus menunggu entah berapa lama lagi deh untuk melihat kejayaan Pertamina. Pasalnya, dalam rilis terbaru PT Pertamina, perusahaan yang dipimpin Pak Ahok tuh rugi besar lho.
Bahkan, kerugiannya sampai menyentuh angka sebesar Rp 11,4 triliun. Wih, itu kerugian yang besar lho, gengs. Andai digunakan untuk pengadaan pom bensin, bisa dapat banyak kan, cuy.
Sontak saja, netizen Indonesia langsung menyerbu Pak Ahok sebagai biang keladi di balik kondisi mengenaskan Pertamina. Sampai-sampai, nama Ahok melesat jadi pemuncak klasemen trending topic di Twitter, gengs. Ngeri sekali netizen ini. Hehehe.
Kalau dipikir-pikir sih wajar ya, gengs, apabila netizen melampiaskan kekesalannya kepada Pak Ahok. Asal jangan sampai ada penumpang gelap lho ya yang memanfaatkan kondisi Pertamina sebagai bahan menjatuhkan Pak Ahok karena masih dianggap lawan si penumpang itu. Upps.
Namun, dengan melihat kerugian Pertamina sebesar ini, kelihatannya menurut mimin, Pak Ahok sebaiknya kembali ke “habitat” di dunia politik saja deh. Meniti karier maupun membesarkan namanya di jalur politik kelihatannya lebih cocok, bukan di jalur lain seperti saat ini menjadi Komisaris Utama PT Pertamina.
Lagian, kasihan loh Pak Jokowi dulu menaruh Pak Ahok di Pertamina itu dengan harapan yang besar dan mempertaruhkan nama baiknya. Apa Pak Ahok nggak memikirkan nama baik Pak Jokowi? Hadeuhh.
Ya sudahlah, gengs, mungkin ini yang dinamakan ekspektasi bertepuk sebelah tangan. Lhawong kita semua, termasuk mimin, juga sudah optimis lho saat tahu Pak Ahok jadi Komut Pertamina karena track record-nya di ruang kepemimpinan publik tuh keren. Namun, ya mau gimana lagi? Ternyata dunia profesional memang berbeda dengan politis-birokratis sih. Hehehe. (F46)
► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.