Presiden Jokowi seakan ingin menunjukan bahwa sarung juga termasuk pakaian yang telah menjadi identitas budaya bangsa Indonesia selain batik.
pinterpolitik.com
JAKARTA – Presiden RI, Joko Widodo, lagi-lagi membuat hangat perbincangan di kalangan pengguna media sosial. Jokowi seakan mempunyai magnet tersendiri bagi masyarakat Indonesia. Sikap, cara bertutur, sampai selera tren busananya kerap menarik perhatian.
Berbicara tren busana sang Presiden, sebelumnya sempat ramai juga diperbincangkan tentang jaket hijau yang dipakainya saat memberikan pidato untuk menanggapi aksi 411, hingga payung biru yang digunakan saat mendatangi para peserta aksi 212.
Kali ini yang diperbincangkan oleh para netizen (masyarakat dunia maya) adalah sarung yang dipakai Presiden Jokowi. Seperti yang diketahui, Jokowi senang menggunakan sarung, beberapa foto beliau di instagram pribadinya banyak yang mengabadikan dirinya sedang santai sambil menggunakan sarung di lingkungan Istana Negara.
Namun yang unik kali ini adalah Presiden Jokowi menggunakan sarung tersebut pada saat melakukan kunjungan kerja ke Pekalongan, Jawa Tengah. Tentu Presiden Jokowi bukan sekedar bikin sensasi memakai sarung saat naik pesawat kepresidenan agar terlihat beda dengan presiden sebelumnya.
Menurut Kepala Biro Pers Istana Kepresidenan, Bey Machmudin, Presiden Joko Widodo sengaja mengenakan sarung karena diagendakan akan menghadiri acara peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1438 H di Pekalongan. Ia akan ditemani Habib M. Lutfi Bin Yahya begitu tiba di gedung Kanzus Sholawat.
Presiden Jokowi seakan ingin menunjukan bahwa sarung juga termasuk pakaian yang telah menjadi identitas budaya bangsa selain batik. Seperti halnya di kampung halaman masyarakat Batak, sudah lekat menjadikan sarung sebagai bagian eksistensi simbol.
Dalam pesta adat, baik acara pesta perkawinan atau kemalangan, pihak parboru (perempuan) punya tugas mempersiapkan segala hal menyangkut pekerjaan dapur. Sebagai penanda bahwa dia dari pihak parboru maka bagi laki-laki dililitkanlah sarung di lehernya. Sedang bagi kaum perempuan, sarung dililitkan dipinggangnya, dijadikan rok panjang.
Di Nusa Tenggara Timur juga lazim kita melihat para laki-laki ibadah gereja dengan memakai sarung. Sarung adalah pakaian mewah nan layak untuk dipakai dalam acara resmi.
Dan diketahui, sarung juga memiliki nilai ekspor tekstil yang tergolong tidak sedikit ke berbagai negara di dunia. Berikut infografisnya :
Sayangnya saat ini, sarung sudah kehilangan daya tariknya di negeri sendiri. Sarung kalah gengsi dengan jenis pakaian lain. Sarung dikepung gempuran budaya modern. Namun siapa tahu karena tren busana Sang Presiden ini, akhirnya membuat pamor sarung menjadi naik lagi seperti dahulu kala. (kmps/A15)