“Ada penghinaan yang harus disembunyikan agar tidak mengorbankan kehormatannya.”
PinterPolitik.com
[dropcap]E[/dropcap]ntah Sandiaga Salahuddin Uno sedang melakukan stand-up comedy, atau sedang mengantuk. Soalnya doi yang baru saja kembali masuk pasar tradisional dan bilang gini:
“Kalau biasanya para pejabat melihat pasar saham, maka saya membuat terobosan untuk melihat pasar tradisional”.
Wkwkwk, bisa ae bang. Berarti yang abang maksud gini ya:
“Saya pejabat yang low profile, sementara para pejabat yang lain tidak! Saya pejabat yang ’spesial’, tidak seperti Prabowo dan pejabat yang ada di tim sukses lainnya, mereka semua senangnya hanya pada pasar saham. Mereka jarang sekali mau pedulikan pasar tradisonal. Sekalinya mereka pedulikan pasar tradisional ya paling pas masa-masa kampanye begini saja”.
Wkwkwk gitu ya bang maksudnya?
Biasa lah gengs, para pejabat seperti Sandi ini selalu menganggap dirinya yang terbaik dan yang paling peduli dengan hal-hal kecil. Saat mereka melihat suatu hal yang menyimpang sedikit saja, pasti deh langsung disambangi dan diberikan perhatian khusus. Tapi kalau sudah tidak masa kampanye lagi, boro-boro lihat hal kecil, ada yang busung lapar juga paling pada bodo amat. Ckckck.
Di luar itu semua gengs, bagi Sandi, saat ini pasar tradisional merupakan sentra ekonomi rakyat dengan harga yang murah. Sandi berharap pada tahun 2019 mendatang harga bisa semakin murah dan pembeli bisa sumringah.
Hmmm, gimana mau sumringah bang, wong pasar modern sudah merajalela. Emang abang yakin banget nih pasar tradisional sanggup lawan pasar modern? Selain itu, memangnya abang berani di hadapan para pengusaha besar pemilik pasar modern?
Kalau eyke sih enggak yakin deh Sandi seberani itu. Ya paling kalau pun berani, doi hanya bikin saingannya saja, itu juga belum tentu maju. Kok bisa? Iya bisa lah gengs, coba aja kalian lihat lagi gimana nasibnya Ok Oce mart. Wkwkwk.
Selain itu juga gengs, Sandi mengatakan bahwa harga beberapa barang di pasaran memang ada yang mengalami kenaikan, seperti contohnya bawang merah dari yang biasanya Rp 23.000 kini menjadi Rp 26.000. Menurut Sandi, ini harus dicarikan solusi.
Hmm bang, jangan sekedar carikan solusi saja dong. Coba deh diberikan masukan kepada pemerintah bagaimana cara yang konkret biar harga pangan ini bisa murah. Katanya abang peduli, masa sekarang saja belum jadi apa-apa semua dijawab dengan kata kata ini:
“Harus ada solusi! Harus ada solusi! Kita butuh solusi! Dimanakah solusi?”
Yailah bang, anak SD juga tahu bahwa kalau ada masalah ya harus ada solusinya. Masalahnya solusi dan jalan keluarnya yang jelas itu gimana bang? Masa enggak jelas-jelas terus. Wkwkwk.
Intinya gengs, daripada kita pusing mikirin dan capek nunggu solusi dari Sandi soal harga pangan dan lain sebagainya, mending kita pusing saja deh sama ungkapannya Vauvenargues ini:
“Tindakan kita tidak begitu baik dan tidak terlalu jahat seperti kehendak kita” Share on X. (G35)