“Media milik manusia dan diolah sesuai keinginan manusia. Jadi jangan kaget kalau setiap media punya perspektif yang berbeda satu dengan yang lainnya.”
PinterPolitik.com
[dropcap]K[/dropcap]egiatan Reuni Akbar 212 yang digelar hari Minggu lalu masih menyisakan pro dan kontra di masyarakat. Selain soal jumlah massa yang hadir, publik juga menyorot soal berita Reuni 212 yang diframing sedemikian rupa agar tidak menjadi tajuk utama pemberitaan di berbagai media.
Ketua DPD Partai Gerindra DKI Jakarta M. Taufik mengaku prihatin dengan permainan framing media mainstream yang dengan sengaja memposisikan acara reuni akbar 212, sebagai hal yang tidak terlalu penting diberitakan. Padahal dari sisi peristiwa dan jumlah massa yang besar, reuni 212 merupakan hal yang fenomenal.
Ah masa sih fenomenal? Bukannya cuman reunian aja ya gengs? Mungkin kalau eyke jadi pimpinan redaksi media mainstream juga akan melakukan hal yang sama kok. Eyke enggak akan angkat reuni itu jadi tajuk utama, soalnya bosan cuy, lagu lama kaset kusut! Lagian juga lumayan kan kalau enggak angkat berita itu, bisa dapat saweran dari “siapa aja boleh”. Ahahaha.
Intinya gengs, Reuni 212 berjalan damai dan seperti biasa, di tahun politik seperti ini ngapain dijadikan tajuk utama? Mendingan yang dijadikan tajuk utama itu kasus di Papua atau apa gitu yang lebih berbobot isinya. Kalau masalah reunian mah taruh saja di halaman belakang. Atau kalau mau ditaruh di halaman depan, ya kecil-kecil aja gitu. Biar enggak apa hayo? Wkwkwk.
Kalau kata Taufik, dari seluruh media besar, dirinya hanya melihat beberapa media saja yang memposisikan berita Reuni 212 secara live dan pada halaman utama. Sedangkan, media massa yang lain menurutnya tidak memposisikan kegiatan tersebut yang dihadiri jutaan orang sebagai hal yang penting untuk diberitakan.
Terus kata Taufik juga, masa sih hadirnya jutaan orang kalah dengan berita sampah plastik? Dia bilang itu sangat tidak fair. Upps, itu headline koran mana ya bang? Yang jelas bukan PinterPolitik loh. Share on X
Wkwkwk, abang kali yang parah, masa menyamakan orang dengan sampah plastik? Lagian biasa aja kali bang, kalaupun enggak diberitakan media massa, secara resmi masyarakat Indonesia bahkan dunia juga tahu kok, hari Minggu tanggal 2 bulan Desember 2018 kemarin banyak orang di Monas yang melakukan reuni. Emang kurang apa lagi sih bang? Acaranya juga sukses kan bang? Weleh-weleh. (G35)