“Anak muda harus memberikan suasana yang segar, bukan malah menghadirkan suasana yang ala kadarnya saja.”
PinterPolitik.com
[dropcap]K[/dropcap]etua Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Muh Ridwan memutuskan untuk mundur dari jabatannya dan dari posisinya sebagai kader. Hal ini terjadi dikarenakan adanya ketidaksepakatan dengan kebijakan partai yang menolak Perda Syariah. Weleh-weleh.
Kata Ridwan, keputusan keluar dari PSI sudah bulat karena pernyataan Ketua Umum PSI Grace Natalie terkait peraturan daerah (Perda) bernuansa syariah saat HUT ke-4 PSI di Tangerang, beberapa waktu lalu. Pada saat itu, Grace mengatakan bahwa PSI tidak akan pernah mendukung Perda Injil maupun Perda yang bernuansa Syariah. Hal itu disebut sangat bertentangan dengan pandangan Ridwan.
Hmmm, baru saja menginjak tahun keempat PSI berdiri, sudah buat banyak blunder saja. Mana segala bawa-bawa agama lagi blundernya. Sepertinya PSI kurang belajar nih gengs dari kasusnya mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok di Pilgub DKI lalu. Ckckck.
Kalau katanya Ridwan sih gengs, dirinya itu sangat merasakan dampak buruk setelah Grace mengeluarkan pernyataan itu, terutama dari lingkungan keluarganya. Pasalnya pernyataan Grace soal Perda Syariah dianggap tidak memperhatikan kultur kedaerahan masing-masing, sehingga dapat menyinggung perasaan orang-orang tertentu, apalagi disampaikan secara terbuka. Weleh-weleh, gawat banget ya PSI, enggak ngerti lagi gengs eyke.
Selain itu Ridwan juga merasa sangat terbebani dengan ungkapan Grace. Termasuk dari keluarganya juga mempertanyakan “kenapa PSI begitu?” Share on X Wkwkwk.
Mungkin nih ya, PSI itu mau ikutin langkah Bung Karno yang menempatkan agama pada tingkatan tertinggi, alias agama lebih tinggi daripada sistem kenegaraan atau konsep kebangsaan. Tapi gengs, meskipun Bung Karno tidak meletakkan agama sejajar dengan posisi negara, beliau masih melakukan segala rujukan hukum dan petimbangan politik dari nilai-nilai keagamaan.
Nah, kalau PSI sendiri maunya gimana nih? Mau meletakkan agama di mana? Apa mungkin mau diletakkan di bawah laci kerja yang posisinya juga sejajar sama Pancasila? Artinya: “Agama dan Pancasila tetap ada, tapi kalau masalah terapan nggak usah lah ya dibicarakan, nanti-nanti saja kan bisa”. Gitu maksudnya? Wkwkwk, bisa ae nih sist and bro! (G35)