HomeBelajar PolitikPilpres Rasa Drama Sinetron

Pilpres Rasa Drama Sinetron

“Susah jadi manusia yang manusia. Sepertinya menjadi manusia adalah masalah buat manusia.” ~ Ikhsan Skuter


PinterPolitikcom

[dropcap]P[/dropcap]akar psikologi politik Universitas Indonesia (UI) Hamdi Muluk menganalisis kampanye Pilpres 2019 yang sudah berlangsung sejak Oktober lalu. Ia menilai kampanye saat ini tak bergairah karena politikus malah meramaikannya dengan sensasi ketimbang substansi.

Hadeh bang-bang, yakin nih Pilpres kali ini aja yang tidak bermutu? Bukannya emang dari dulu para politisi kita nggak bermutu ya? Buktinya apa?  Tuh buktinya impor melulu, enggak bisa apa negara kita ekspor barang yang sedikit bermutu? Pusing lah bang kalau negara sudah jadi negara kapitalis dan bukan Pancasilais. Mending kapitalis tapi jadi produsennya, lah ini jadi konsumen mulu. Ehehehe.

Menurut Hamdi, tidak ada alternatif kebijakan yang ditawarkan masing-masing pasangan calon. Misalnya, kubu petahana Jokowi-Ma’ruf, tidak ada gagasan atau program alternatif yang akan dilakukan lima tahun ke depan. Lalu di kubu Prabowo-Sandi, menurut dia, kritik yang dilakukan harus berdasarkan data dan fakta. Hal ini membuat kedua kubu seolah-olah tidak ada bedanya.

Yailah bang, udah apa, jangan melulu kritik para elite politik, bosen kali dengarnya. Lagian Pilpres kali ini yang abang bilang enggak bermutu bukan salah elite politik aja kok. Bisa jadi kan ini semua karena salah kita semua yang kualitasnya rendah dan enggak begitu mau peduli sama kemajuan negara. Jadi mau enggak mau deh para elite menggunakan strategi gaya telenovela yang penuh dengan drama!

Kalau kalian sendiri gimana nih cuy, politisi banyak drama itu salah siapa? Salah kita yang kurang peduli terhadap kemajuan bangsa atau salah elite politik yang emang hakekatnya tidak punya niat untuk bangun Indonesia jadi negara maju?

Baca juga :  Segitiga Besi Megawati

Balik lagi ya gengs, menurut Hamdi, para elite politik kurang paham bagaimana adab untuk mendelegitimasi lawan adalah tentang kebijakannya. Sampai hari ini kedua kubu belum mengeluarkan argumen untuk mendelegitimasi melalui visi, misi, dan gagasan.

Sebab, kedua kubu hanya fokus delegitimasi yang berasal dari data yang hoaks, lalu menyerang karakter orang dengan data hoaks itu, seperti tuduhan PKI dan lain sebagainya. Weleh-weleh. Sayangnya lagi gengs, para pemilih seperti kita-kita ini malah menikmati dan terhanyut dalam drama yang tidak bermutu. Ckckck. (G35)

spot_imgspot_img

#Trending Article

Segitiga Besi Megawati

Relasi Prabowo Subianto dan Megawati Soekarnoputri kini memasuki babak baru menyusul wacana pertemuan dua tokoh tersebut.

Prabowo & Hybrid Meritocracy Letnan-Mayor

Promosi Letjen TNI Kunto Arief Wibowo sebagai Pangkogabwilhan I di rotasi perdana jenderal angkatan bersenjata era Presiden Prabowo Subianto kiranya mengindikasikan pendekatan baru dalam relasi kekuasaan dan militer serta dinamika yang mengiringinya, termasuk aspek politik. Mengapa demikian?

The Real Influence of Didit Hediprasetyo?

Putra Presiden Prabowo Subianto, Didit Hediprasetyo, memiliki influence tersendiri dalam dinamika politik. Mengapa Didit bisa memiliki peran penting?

Keok Pilkada, PKS Harus Waspada? 

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menjadi salah satu partai yang paling tidak diuntungkan usai Pemilu 2024 dan Pilkada 2024. Mungkinkah hal ini jadi bahaya bagi PKS dalam waktu mendatang?

Prabowo and The Nation of Conglomerates

Dengarkan artikel ini: Sugianto Kusuma atau Aguan kini jadi salah satu sosok konglomerat yang disorot, utamanya pasca Menteri Tata Ruang dan Agraria Nusron Wahid mengungkapkan...

Megawati and The Queen’s Gambit

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mungkin akan dielu-elukan karena dinilai brilian dengan menunjuk Pramono Anung sebagai calon gubernur dibandingkan opsi Ahok atau Anies Baswedan, sekaligus mengalahkan endorse Joko Widodo di Jakarta. Namun, probabilitas deal tertentu di belakangnya turut mengemuka sehingga Megawati dan PDIP bisa menang mudah. Benarkah demikian?

Gibran Wants to Break Free?

Di tengah dinamika politik pasca-Pilkada 2024, seorang wapres disebut ingin punya “kebebasan”. Mengapa Gibran Rakabuming wants to break free?

Ada Operasi Intelijen Kekacauan Korea Selatan? 

Polemik politik Korea Selatan (Korsel) yang menyeret Presiden Yoon Suk Yeol jadi perhatian dunia. Mungkinkah ada peran operasi intelijen dalam kekacauan kemarin? 

More Stories

Rocky Gerung Seng Ada Lawan?

“Cara mereka menghina saja dungu, apalagi mikir. Segaris lurus dengan sang junjungan.” ~ Rocky Gerung PinterPolitik.com Tanggal 24 Maret 2019 lalu Rocky Gerung hadir di acara kampanye...

Amplop Luhut Hina Kiai?

“Itu istilahnya bisyaroh, atau hadiah buat kiai. Hal yang lumrah itu. Malah aneh, kalau mengundang atau sowan ke kiai gak ngasih bisyaroh.” ~ Dendy...

KPK Menoleh Ke Prabowo?

“Tetapi kenyataannya, APBN kita Rp 2.000 triliun sekian. Jadi hampir separuh lebih mungkin kalau tak ada kebocoran dan bisa dimaksimalkan maka pendapatan Rp 4.000...