HomeBelajar PolitikPenyebab Jokowi Keliru Data Debat

Penyebab Jokowi Keliru Data Debat

Kecil Besar

“Pemimpin yang paling penting itu kejujuran. Pemimpin tertinggi kita tidak teladan soal kejujuran, dia banyak data yang dia klaim saat debat tapi salah dan bohong.” ~ Sudirman Said, Direktur Materi dan Debat BPN


PinterPolitik.com

[dropcap]D[/dropcap]ua puluh jam berlalu, Iim dan Joy kembali bertemu setelah semalam menonton debat Pilpres putaran kedua antara Pakde dan Om Bowo. Saling klaim antara mereka pun masih terjadi. Iim yang mendukung Om Bowo tidak terima kala mendengar klaim Joy yang mengatakan Pakde berada di atas angin dalam debat semalam.

Joy: “Gimana Im? Pakde mantap kan semalam?”

Iim: “Mantap apanya? Wong, isi materinya Pakde fitnah doang, kok bisa kamu bilang mantap?”

Joy: “Fitnah? Masa sih Im? Nggak mungkin ah, masa sih Pakde fitnah, apalagi sampai tega berkata bohong sama kita?”

Iim: “Nah pakai diingetin lagi. Pakde selain fitnah, juga bohong sama kita semua loh Joy!”

Joy: “Yang benar aje Im kalau ngemeng. Eeet dah!”

Iim: “Iya bener Joy, saya ada buktinya kok. Pertama Pakde bohong sama kita soal janji di empat setengah tahun lalu yang bilang mau buat negara kita bebas impor pangan. Nah, sekarang buktinya mana? Hayo apa?”

Joy: “Hmmm.”

Iim: “Om Bowo kan sudah bilang semalam. Mau gimana juga Pakde ngomong data impor, fakta menunjukkan doi belum berhasil tunaikan janjinya menjadikan negara kita berdikari dalam bidang pangan.”

Joy: “Oke lah kalau masalah pangan belum tercapai, tapi kalau konflik agraria sudah beres Im.”

Iim: “Yah mau bahas itu lagi. Nih, kalau menurut Ketua Pemenangan Om Bowo, faktanya berbanding terbalik Joy. Konflik agraria ternyata masih mendominasi. Perebutan lahan yang terjadi ada di sektor perkebunan mencapai 65,66 ribu hektar, kehutanan 54,06 ribu hektar, pertambangan 49,69 ribu hektar, properti 13 ribu hektar, dan infrastruktur 4,8 ribu hektar. Hayo gimana?”

Baca juga :  Indonesia Thugocracy: Republik Para Preman?

Joy: “Ya udah sih, yang penting kan Pakde nggak punya tanah seluas Om Bowo di Kalimantan Timur dan Aceh! Hayo kamu mau apa?”

Iim: “Waduh, asal bunyi lagi kamu Joy! Nih, kamu baca ungkapan jubir Om Bowo, katanya pernyataan Pakde soal ratusan ribu hektar tanah yang dimiliki Om Bowo itu statusnya cuma Hak Guna Usaha (HGU), bukan hak milik. Wkwkwk, artinya yang dibilang sama Pakde semalam bukan miliknya Om Bowo, melainkan masih milik negara dan akan selalu milik negara. Begitu Joy!”

Joy: “Wah serius Im? Tetapi yang terpenting di era Pakde, hutan sudah tidak kebakaran lagi Im. Betul apa betul? ”

Iim: “Bentar Joy, kalau masalah kebakaran hutan kayaknya itu keliru lagi deh, soalnya berdasarkan sumber data Kementrian Lingkungan Hidup dan kehutanan di 2018 lalu menyebutkan bahwa pada tahun 2016 terdapat kebakaran hutan seluas 14.604hektar, terus di tahun 2017 sampai 2018 ada 11.127 hektar yang kebakaran. Gimana, sudah jelas kan Joy?”

Joy: “Iya deh jelas, tapi ada baiknya kita positif aja dulu Im bahwa semalam itu Pakde tidak bermaksud bohongin kita. Tetapi Pakde lagi panik, jadinya ya begitu deh datanya yang disampaikan keliru semua. Ehehehe.”

Iim: “Oh gitu, jadi bukan seperti ungkapanya Abraham Lincoln yang bilang bahwa ‘tidak ada manusia yang memiliki ingatan cukup baik untuk menjadi pembohong yang sukses’ ya Joy?” (G42)

spot_imgspot_img

#Trending Article

Return of the Wolf Warrior?

Retorika internasional Tiongkok belakangan mulai menunjukkan perubahan. Kira-kira apa esensi strategis di baliknya? 

Prabowo’s Revolusi Hijau 2.0?

Presiden Prabowo mengatakan bahwa Indonesia akan memimpin revolusi hijau kedua di peluncuran Gerina. Mengapa ini punya makna strategis?

Cak Imin-Zulhas “Gabut Berhadiah”?

Memiliki similaritas sebagai ketua umum partai politik dan menteri koordinator, namun dengan jalan takdir berbeda, Muhaimin Iskandar (Cak Imin) dan Zulkifli Hasan (Zulhas) agaknya menampilkan motivasi baru dalam dinamika politik Indonesia. Walau kiprah dan jabatan mereka dinilai “gabut”, manuver keduanya dinilai akan sangat memengaruhi pasang-surut pemerintahan saat ini, menuju kontestasi elektoral berikutnya.

Indonesia Thugocracy: Republik Para Preman?

Pembangunan pabrik BYD di Subang disebut-sebut terkendala akibat premanisme. Sementara LG “kabur” dari investasinya di Indonesia karena masalah “lingkungan investasi”.

Honey Trapping: Kala Rayuan Jadi Spionase

Sejumlah aplikasi kencan tercatat kerap digunakan untuk kepentingan intelijen. Bagaimana sejarah relasi antara spionase dan hubungan romantis itu sendiri?

Menguak CPNS “Gigi Mundur” Berjemaah

Fenomena undur diri ribuan CPNS karena berbagai alasan menyingkap beberapa intepretasi yang kiranya menjadi catatan krusial bagi pemerintah serta bagi para calon ASN itu sendiri. Mengapa demikian?

It is Gibran Time?

Gibran muncul lewat sebuah video monolog – atau bahasa kekiniannya eksplainer – membahas isu penting yang tengah dihadapi Indonesia: bonus demografi. Isu ini memang penting, namun yang mencuri perhatian publik adalah kemunculan Gibran sendiri yang membawakan narasi yang cukup besar seperti bonus demografi.

Anies-Gibran Perpetual Debate?

Respons dan pengingat kritis Anies Baswedan terhadap konten “bonus demografi” Gibran Rakabuming Raka seolah menguak kembali bahwa terdapat gap di antara mereka dan bagaimana audiens serta pengikut mereka bereaksi satu sama lain. Lalu, akankah gap tersebut terpelihara dan turut membentuk dinamika sosial-politik tanah air ke depan?

More Stories

Rocky Gerung Seng Ada Lawan?

“Cara mereka menghina saja dungu, apalagi mikir. Segaris lurus dengan sang junjungan.” ~ Rocky Gerung PinterPolitik.com Tanggal 24 Maret 2019 lalu Rocky Gerung hadir di acara kampanye...

Amplop Luhut Hina Kiai?

“Itu istilahnya bisyaroh, atau hadiah buat kiai. Hal yang lumrah itu. Malah aneh, kalau mengundang atau sowan ke kiai gak ngasih bisyaroh.” ~ Dendy...

KPK Menoleh Ke Prabowo?

“Tetapi kenyataannya, APBN kita Rp 2.000 triliun sekian. Jadi hampir separuh lebih mungkin kalau tak ada kebocoran dan bisa dimaksimalkan maka pendapatan Rp 4.000...