Direktur Eksekutif Voxpol Center, Pangi Syarwi Chaniago, menilai aksi 412 dibungkus pakai nama ‘Parade Kebhinekaan’ dengan tema ‘Kita Indonesia’ namun pelaksanaannya jauh dari fatsun politik, keluar dari trayek Bhineka Tunggal Ika, hanya menyisakan polemik dan komplikasi baru.
Menurut Pangi, aksi 412 mempertontonkan dagelan politik dan aksi ugal-ugalan, ketidakteraturan (dis-order), pelanggaran etika dan hukum. Anehnya, penegak hukum nampak tidak bertindak, cuek dan membiarkan pelanggaran-pelanggaran itu terjadi.
Untuk kita ketahui, Car Free Day (CFD) tak boleh ada aktifitas politik. Larangan mengenai kegiatan politik di CFD tersebut tertuang dalam Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 12 Tahun 2016, tentang Pelaksanaan Hari Bebas Kendaraan Bermotor (KBKB). Pergub tersebut merupakan penyempurnaan dari Peraturan Gubernur Nomor 119 Tahun 2012, mengenai Hari Bebas Kendaraan Bermotor.
Bagaimana aksi tersebut bisa dinamakan parade kebhinekaan jika banyak bendera dan atribut parpol lainnya pada aksi 412. Patut diduga, parade kebhinekaan sangat kental aroma politisnya, dijadikan sebagai komoditas dan panggung politik oleh sang penunggang dan aktor politik
Aksi 412 juga tak tertib, merusak keindahan kota, taman rusak, banyak yang menginjak rumput, ribuan ton sampah. Puncak aksi 412, dua elite golkar adu jotos, insiden pemukulan yang terjadi antara Ketua DPD Golkar DKI Jakarta, Fayakhun Andriadi dan Ketua Umum Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG) Fadh El Fouz Arafiq, habis berkelahi, dua politisi golkar tersebut saling lapor polisi. Kering makna dan karakter, anti tesis dari Bhineka Tunggal itu sendiri, lanjut Pangi.
Belum lagi ada informasi bahwa keluar surat edaran bahwa PNS wajib ikut aksi 412. Harus ditelusuri aktor atau dalang dibelakang penggarahan massa PNS dalam aksi 412, memobilisasi melalui mesin birokrasi, ada beberapa massa dari intitusi pemerintah yang diwajibkan ikut, khususnya para pegawai eselon II
Dan juga untuk mendukung mobilisasi massa, karena ditemukan ada delapan bus Transjakarta keluar jalur/harusnya tetap dalam karidor, mengangkut peserta Parade Kebinekaan di area Hari Bebas Kendaraan Bermotor (Car Free Day/CFD). Harus diusut juga apa alasan operator Transjakarta mengizinkan bus-bus tersebut untuk ikut terjun dalam acara Parade Kebudayaan bertajuk Kita Indonesia tersebut