HomeBelajar PolitikPembayaran Pajak Google Alot, DJP Mulai Ngotot

Pembayaran Pajak Google Alot, DJP Mulai Ngotot

“Pihak Direktorat Jenderal Pajak melakukan pemanggilan kepada pihak Google Indonesia akibat dari adanya sikap ‘mangkir’ google untuk membayar pajak di Indonesia”


pinterpolitik.comRabu, 25 Januari 2017.

JAKARTA – Google memenuhi panggilan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) pada hari Kamis sore, 19 Januari 2017. Direktur Jenderal Pajak Ken Dwijugiasteadi menyatakan pemanggilan Google bertujuan memverifikasi data transaksi Google yang telah dikantongi tim penyidik. Tiga perwakilan Google datang ke Direktorat Jenderal Pajak, Jakarta, sekitar pukul 15.00 wib. Pertemuan tersebut berlangsung sekitar dua jam dan secara tertutup. Sekitar pukul 17.00 wib, tiga perwakilan yang terdiri atas satu wanita dan dua pria tersebut keluar Direktorat. (dilansir dari https://m.tempo.co/read/news/2017/01/19/090837799/dua-jam-di-direktorat-jenderal-pajak-ini-komentar-google). Sesuai dengan kabar tersebut tentu merupakan perkembangan yang cukup menarik dimana akhirnya pihak Google Indonesia memiliki itikad baik dalam proses pemanggilan akibat adanya tagihan pajak yang menunggak di Indonesia tersebut. Dalam hal tersebut, banyak pihak ikut angkat bicara. Selain Direktur Jenderal Pajak, Menkominfo serta Menkeu pun ikut angkat bicara karena masalah ini berkembang semakin besar.

Dalam pernyataanya, Menkominfo Rudiantara mengungkapkan bahwa Google sebagai perusahaan yang Over The Top (OTT) maka wajib membayar pajak dimanapun ia menjalankan usaha serta mendapatkan keuntungannya. Maka Google sepantasnya membayar pajak yang sesuai dengan Peraturan Perpajakan di Indonesia. Mengenai regulasi ataupun peraturan pendukung lainnya terkait dengan bidang komunikasi dalam dunia digital (cyber) tersebut, Kominfo sebenarnya dapat memblokir sesuai kewenangannya. Namun Menkominfo menyatakan bahwa tidak akan memblokir Google, karena penyelesaian kasus pajak ini sedang dijalankan oleh pihak Ditjen Pajak (DJP). Sehingga sehubungan dengan ini, pihak Kominfo menyerahkan sepenuhnya pada DJP terlebih dahulu. Jika diperlukan adanya blokir ataupun permintaan lainnya dari pihak DJP maka Kominfo dapat membantu dengan koordinasi yang baik.

Baca juga :  Ridwan Kamil “Ditelantarkan” KIM Plus? 

“Kita tentu terimakasih pada Google karena manfaatnya banyak. Tapi siapapun over the top (OTT) yang berbisnis di Indonesia harus membayar pajak,” ujar Menkominfo disela seminar Indonesia Technology Forum di Balai Kartini, Kamis (19/1/2017)

Sehubungan dengan itu, Ekonom Institute for Development of Economic and Finance (Indef), Bhima Yudhistira berpendapat bahwa sebenarnya pihak pemerintah maupun kementrian harus memiliki sikap dan keberanian.

“Kalau cara konvensional enggak bisa harus ada cara ekstraordinary untuk menarik pajak mereka. Misalnya bikin surat pemutusan sementara Google dengan pemerintah, biasanya kan ada kerjasama Kementerian, pemerintah dengan Google. Gertak seperti itu saya kira lebih efektif,” tutur Bhima. Pernyataan Bhima tersebut dinyatakan karena Google terlihat alot untuk dapat bekerjasama dengan pihak DJP maupun pemerintah Indonesia. Dengan kebijakan ini diyakini dapat berjalan efektif dengan tujuan memberikan efek jera kepada Google. Sebab, Indonesia merupakan salah satu pangsa pasar terbesar dengan banyaknya jumlah penduduk yang mengakses internet setiap harinya.

“Kerja sama dengan pemerintah nah ini bisa bermain di situ juga. Nah ini kerja sama kayak JP Morgan. Pemerintah bisa seperti itu,” imbuhnya. Diharapkan, upaya senada dilakukan oleh pemerintah agar dapat segera menuai hasil. Pemerintah pun saat ini dinilai telah melakukan langkah tepat untuk dapat menarik pajak Google. Dengan ini berarti pihak DJP harus berani mengambil sikap yang lebih lagi, namun tentu dengan pertimbangan. (y10)

spot_imgspot_img

#Trending Article

Segitiga Besi Megawati

Dengarkan artikel ini: Relasi Prabowo Subianto dan Megawati Soekarnoputri kini memasuki babak baru menyusul wacana pertemuan dua tokoh tersebut. Meski belum juga terjadi, banyak yang...

Prabowo & Hybrid Meritocracy Letnan-Mayor

Promosi Letjen TNI Kunto Arief Wibowo sebagai Pangkogabwilhan I di rotasi perdana jenderal angkatan bersenjata era Presiden Prabowo Subianto kiranya mengindikasikan pendekatan baru dalam relasi kekuasaan dan militer serta dinamika yang mengiringinya, termasuk aspek politik. Mengapa demikian?

The Real Influence of Didit Hediprasetyo?

Putra Presiden Prabowo Subianto, Didit Hediprasetyo, memiliki influence tersendiri dalam dinamika politik. Mengapa Didit bisa memiliki peran penting?

Keok Pilkada, PKS Harus Waspada? 

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menjadi salah satu partai yang paling tidak diuntungkan usai Pemilu 2024 dan Pilkada 2024. Mungkinkah hal ini jadi bahaya bagi PKS dalam waktu mendatang?

Prabowo and The Nation of Conglomerates

Dengarkan artikel ini: Sugianto Kusuma atau Aguan kini jadi salah satu sosok konglomerat yang disorot, utamanya pasca Menteri Tata Ruang dan Agraria Nusron Wahid mengungkapkan...

Megawati and The Queen’s Gambit

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mungkin akan dielu-elukan karena dinilai brilian dengan menunjuk Pramono Anung sebagai calon gubernur dibandingkan opsi Ahok atau Anies Baswedan, sekaligus mengalahkan endorse Joko Widodo di Jakarta. Namun, probabilitas deal tertentu di belakangnya turut mengemuka sehingga Megawati dan PDIP bisa menang mudah. Benarkah demikian?

Gibran Wants to Break Free?

Di tengah dinamika politik pasca-Pilkada 2024, seorang wapres disebut ingin punya “kebebasan”. Mengapa Gibran Rakabuming wants to break free?

Ada Operasi Intelijen Kekacauan Korea Selatan? 

Polemik politik Korea Selatan (Korsel) yang menyeret Presiden Yoon Suk Yeol jadi perhatian dunia. Mungkinkah ada peran operasi intelijen dalam kekacauan kemarin? 

More Stories

Bukti Indonesia “Bhineka Tunggal Ika”

PinterPolitik.com mengucapkan Selamat Hari Kemerdekaan Indonesia ke 72 Tahun, mari kita usung kerja bersama untuk memajukan bangsa ini  

Sejarah Mega Korupsi BLBI

KPK kembali membuka kasus BLBI yang merugikan negara sebanyak 640 Triliun Rupiah setelah lama tidak terdengar kabarnya. Lalu, bagaimana sebetulnya awal mula kasus BLBI...

Mempertanyakan Komnas HAM?

Komnas HAM akan berusia 24 tahun pada bulan Juli 2017. Namun, kinerja lembaga ini masih sangat jauh dari harapan. Bahkan desakan untuk membubarkan lembaga...