Site icon PinterPolitik.com

Paradoks Elite Genderuwo Lokal

Paradoks Elite Genderuwo Lokal

Foto : Istimewa

“Apa guna punya ilmu tinggi kalau hanya untuk mengibuli! Apa guna banyak baca buku kalau mulut kau bungkam melulu!” ~ Wiji Thukul


PinterPolitik.com

[dropcap]W[/dropcap]akil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf Amin, Johnny G. Plate mulai mengikuti langkah Jokowi. Johnny menyindir para politikus yang menyebar kabar hoaks dan menyebutnya sebagai ciri-ciri dari politik genderuwo yang menakut-nakuti masyarakat.

Johnny juga mengingatkan kepada para politisi untuk bertobat dan berhenti menyebarkan berita hoaks, berhenti merusak Indonesia, dan jangan bakar Indonesia. Weleh-weleh.

Gimana menurut kalian gengs, apa yakin ungkapannya Johnny tidak seperti cahaya yang menyatu dengan cermin? Doi bilang berhenti merusak Indonesia, jangan bakar Indonesia, bisa aja nih bang. Masa genderuwo ngomong genderuwo? Uppss bercanda cuy! Wkwkwk,

Menurut Johnny yang juga Sekjen Partai Nasdem itu, Jokowi menggunakan istilah genderuwo sebagai makhluk yang kerap mengubah bentuknya seperti manusia untuk menakut-nakuti orang lain.

Layaknya genderuwo, politisi di Indonesia kerap mengumbar citra baik di hadapan rakyat, padahal aslinya justru membuat takut dan berbuat onar dengan menyebar hoaks. Menurut Johnny, jangan sampai “kita semua” menggunakan rupa yang baik, tapi merusak, yang ngomong untuk kepentingan rakyat, tapi justru merusak Indonesia. Hmmm, ngaca woi! Wkwkwk.

Lebih lanjut Johnny menyatakan bahwa Jokowi menginginkan proses kontestasi Pilpres kali ini berjalan ceria dan masyarakat dijauhkan dari ketakutan. Share on X

Intinya mah gengs, paradoks elite politisi kembali terjadi. Di satu sisi kita dipertontonkan dengan ujaran kebencian terhadap rezim. Mereka mengatakan Indonesia gagal, tapi kata-kata itu hanya sekedar kalimat yang tak bermakna dan tak berisi terobosan.

Sementara, di sisi lainnya kita dipertontonkan dengan kelompok yang menafikan keadaan dengan berkata jangan rusak persatuan dan jangan bakar Indonesia, tapi kenyataannya apa kelompok mereka tidak melakukan hal yang sama?

Jadi apa kalian setuju kalau eyke bilang gini:

“Waspadalah, semakin hari para elite genderuwo sudah mulai menunjukkan eksistensinya. Genderuwo sudut kanan dan sudut kiri sudah semakin terpojok, mereka berlomba membuat kita gelisah. Mereka berusaha menutup-nutupi wujudnya dengan cara membongkar kedok musuh untuk melindungi kelompoknya dan menarik simpati kita”. (G35)

Exit mobile version