HomeBelajar PolitikLatih FPI, Dandim Dicopot

Latih FPI, Dandim Dicopot

Kecil Besar

Latihan bela negara oleh Kodim 0603 dinilai tidak melalui prosedur yang berlaku di lingkungan TNI.


pinterpolitik.comSenin, 9 Januari 2017.

JAKARTA – KOMANDO Daerah Militer (Kodam) III/Siliwangi akhirnya mencopot jabatan Komandan Kodim 0603/Lebak, Banten, Letnan Kolonel Czi Ubaidillah. Itu terkait dengan Pelatihan Pendahuluan Bela Negara (PPBN) yang diselenggarakan Kodim 0603/Lebak bersama Dewan Perwakilan Daerah Front Pembela Islam (DPD FPI) Banten yang dinilai tidak melalui prosedur yang berlaku di lingkungan TNI.

“Kita pecat Dandim Lebak karena pelatihan bela negara buat FPI menyalahi  prosedur. Dandim tidak minta izin atasan,” kata Pangdam III/Siliwangi Mayjen M Herindra. Kapendam III/Siliwangi Kolonel ARH M Desi Ariyanto menambahkan, latihan bela negara harus memperoleh persetujuan secara hierarkis. Dandim seharusnya melapor terlebih dahulu kepada komandan korem (danrem) dan selanjutnya kepada pangdam.

Berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilaksanakan Kodam III/Siliwangi terhadap Dandim Lebak, ditemukan kesalahan prosedur, yaitu tidak ada laporan terlebih dahulu. Kasus itu mencuat setelah akun resmi Dewan Pimpinan Pusat (DPP) FPI di Instagram @dpp_fpi memuat foto latihan yang berlangsung pada Kamis (5/1). Beberapa anggota ormas terlihat sedang berlatih halang-rintang ala militer, mulai latihan panjat jaring laba-laba hingga melewati danau dengan seutas tali.

Sementara itu, Direktur Jenderal Potensi Pertahanan Kementrian Pertahanan Timbul Siahaan menegaskan pelatihan bela negara kepada masyarakat yang dilakukan instansi pemerintah tidak boleh bermuatan politik. “Pada dasarnya semua instansi boleh melakukan pelatihan bela negara asalkan panduan dari Kemenhan, asalkan tidak ada muatan atau agenda politik di baliknya,” ujar Timbul di Jakarta, kemarin.

Diungkapkan Timbul, Kemenhan juga telah bekerja sama dengan sejumlah organisasi sosial keagamaan semisal Nadhlatul Ulama dan Muhammadiyah dalam menggelar pelatihan bela negara. Pelatihan bela negara juga diberikan Kemenhan kepada kader partai politik.

Direktur Eksekutif Setara Institut Hendardi mempertanyakan alasan pelatihan bela negara yang digelar TNI kepada FPI Lebak. Menurutnya, tak masuk akal jika FPI digandeng menjadi rekan kerja TNI dalam membela negara.

“Pendidikan bela negara tanpa konsep dan pendekatan yang jelas hanya akan melahirkan milisi sipil yang merasa naik kelas karena dekat dengan TNI,” kata Hendardi. Lebih jauh, ia mengatakan langkah pelatihan anggota ormas mempertegas dugaan ‘kedekatan’ TNI dengan kelompok radikal. Hal itu akan mempersulit penegakanhukum atas aksi-aksi intoleransi yang dilakukan kelompok tersebut.

Menurut dia, pelatihan bela negara juga kerap salah kaprah dan blunder. Ia mencontohkan kasus diusirnya Ketua Badan Restorasi Gambut (BRG) Nazir Fuad dari kawasan konsensi hutan milik PT RAPP di Riau pada September 2016.

“Alumni bela negara dengan pongah justru menjadi centeng perusahaan dan menentang kinerja aparatur negara dengan mengusir Nazir dari area hutan,” ujarnya. (medind/A11)

spot_imgspot_img

#Trending Article

PHK Indonesia, Waspada Sindrom Katak Rebus? 

Bahaya PHK masih terus mengancam Indonesia. Bagaimana kita bisa mengambil pelajaran besar dari permasalahan ini? 

The Tale of Budi Gunawan

Kehadiran Budi Gunawan dalam pertemuan antara Megawati Soekarnoputri dan Prabowo Subianto kembali menegaskan posisinya sebagai salah satu lingkar elite yang berpengaruh.

How About Dasco’s Destiny?

Peran, manuver, serta konstruksi reputasi Sufmi Dasco Ahmad kian hari seolah kian membuatnya tampak begitu kuat secara politik. Lalu, mengapa itu bisa terjadi? Serta bagaimana peran Dasco dalam memengaruhi dinamika politik-pemerintahan dalam beberapa waktu ke depan?

Prabowo & Trump Alami “Warisan” yang Sama?

Kebijakan tarif perdagangan Amerika Serikat (AS) jadi sorotan dunia. Mungkinkah ada intrik mendalam yang akhirnya membuat AS terpaksa ambil langkah ini?

Didit The Peace Ambassador?

Safari putra Presiden Prabowo Subianto, Ragowo Hediprasetyo Djojohadikusumo atau Didit, ke tiga presiden RI terdahulu sangat menarik dalam dinamika politik terkini. Terlebih, dalam konteks yang akan sangat menentukan relasi Presiden Prabowo, Joko Widodo (Jokowi), dan Megawati Soekarnoputri. Mengapa demikian?

Prabowo Lost in Translation

Komunikasi pemerintahan Prabowo dinilai kacau dan amburadul. Baik Prabowo maupun para pembantunya dianggap tak cermat dalam melemparkan tanggapan dan jawaban atas isu tertentu kepada publik, sehingga gampang dipelintir dan dijadikan bahan kritik.

2029 Anies Fade Away atau Menyala?

Ekspektasi terhadap Anies Baswedan tampak masih eksis, terlebih dalam konteks respons, telaah, dan positioning kebijakan pemerintah. Respons dan manuver Anies pun bukan tidak mungkin menjadi kepingan yang akan membentuk skenario menuju pencalonannya di Pilpres 2029.

The Pig Head in Tempo

Teror kepala babi dan bangkai tikus jadi bentuk ancaman kepada kerja-kerja jurnalisme. Sebagai pilar ke-4 demokrasi, sudah selayaknya jurnalisme beroperasi dalam kondisi yang bebas dari tekanan.

More Stories

UMKM Motor Ekonomi Dunia

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peranan yang sangat vital di dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, tidak hanya di negara-negara berkembang seperti Indonesia...

Jembatan Udara Untuk Papua

PinterPolitik.com JAKARTA - Pemerintah akan memanfaatkan program jembatan udara untuk menjalankan rencana semen satu harga yang dikehendaki Presiden Joko Widodo. Menurut Kepala Pusat Penelitian dan...

Kekerasan Hantui Dunia Pendidikan

PinterPolitik.com Diklat, pada umumnya dilaksanakan untuk memberikan pengetahuan dan pembentukan wawasan kebangsaan, kepribadian serta etika kepada anggota baru. Namun kali ini, lagi-lagi Diklat disalahgunakan, disalahfungsikan, hingga...