HomeBelajar PolitikKritik untuk Logika Indonesia

Kritik untuk Logika Indonesia

“Yang tersisa, mungkin hanya rindu yang mengulum waras logika. Ada padamu, kunanti sekaligus kubenci.”


PinterPolitik.com

[dropcap]J[/dropcap]angan pernah remehkan perkataan budayawan karena mereka juga manusia. Ahahaha. Coba deh kalian renungkan apa yang dikatakan Romo Frans Magnis Suseno yang juga seorang budayawan:

“Banggalah akan perbedaan yang ada di Indonesia, di mana perbedaan itu menciptakan kerukunan dan perdamaian antara satu dengan yang lain. Bahkan, sampai bangsa lain bilang kalau negaramu itu sangat tidak masuk akal!”

Dari Sumatera sampai Papua yang sebesar dan sejauh itu bisa menyatu nyata dan bisa mendengarkan satu sama lain, menyatu antar suku, dan budaya. Barangkali inilah yang menjadi alasan mengapa negara-negara lain sebut Indonesia negara yang tidak masuk akal.

Bukan hanya Romo Magnis yang mengatakan Indonesia sejak dahulu hingga kini terkenal dan diakui oleh dunia dengan masyarakat yang hidup dalam perbedaan dengan damai. Tapi leluhur dan nenek moyang kita pun mengatakan hal yang sama!

Serasa menjadi barang yang aneh di saat satu suku dengan suku yang lainnya bertarung hanya sekedar untuk kekuasaan dan kemakmuran. Tapi entah mengapa kok sekarang bangsa ini seperti lupa apa yang menjadi budayanya. Weleh-weleh.

Seketika hatiku tergetar di saat Romo Magnis cerita tentang kisah dirinya yang termasuk golongan umat Katolik dapat hidup aman dan tentram. Ceritanya tentang bagaimana menyelenggarakan ibadah di tengah lingkungan yang mayoritas muslim. Bahkan dalam kisah itu terlampir contoh bantuan masyarakat sekitar terhadap umat Katolik yang membuat sang budayawan semakin bergetar dan bertanya-tanya.

Apakah Romo Magnis sedang bercanda cerita kisah itu? Atau memang itu kisah nyata sampai sekarang dan begitu adanya? Bukankah negeri ini sedang terpecah? Bukannya isu politik identitas sedang merajalela dan mengancam kisah cinta kita?

Baca juga :  Segitiga Besi Megawati

Apakah ungkapan Romo Magnis soal umat Katolik yang kecil ternyata bisa hidup, bisa berkomunikasi, dan beribadat tanpa kesulitan apapun adalah ungkapan sindiran dan harapan agar mayoritas jangan sampai melindas monoritas?

Siapa di antara kalian yang merasa apa yang diungkapkan Romo Magnis adalah pesan untuk kita semua untuk tidak lupa dengan kisah Nusantara yang berbudaya, saling cinta dan saling merasa.

Atau mungkin apa yang diungkapkan Romo Magnis semata pesan untuk para elite politik Indonesia yang sebenarnya sedang menunjukan tingkah tak berbudaya dan tak beretika? Apa mungkin Romo Magnis sedang meminta kepada kita untuk tetap jadi bangsa dengan julukan “negeri yang tak pernah bisa masuk logika!” (G35)

spot_imgspot_img

#Trending Article

Prabowo, Amartya Sen, dan Orde Baru

Program Makan Siang Bergizi (MBG) alias makan siang gratis yang kini sudah dijalankan oleh pemerintahan Prabowo Subianto nyatanya punya visi yang serupa dengan program Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS) yang merupakan program di era Orde Baru.

Hasto vs Jokowi, Benarkah Prabowo AFK?

Tak berkomentar atau memberikan statement khusus menjadi hal normatif yang kiranya tepat dilakukan Presiden Prabowo Subianto terhadap intrik panas kasus Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto yang berhadapan langsung dengan Joko Widodo. Padahal, drama yang dibumbui video skandal pejabat itu berkelindan dengan proyeksi stabilitas politik dan pemerintahan ke depan.

Prabowo and the Hero Complex

Kisah seorang pahlawan (hero) selalu menciptakan inspirasi di hati banyak orang. Mengapa makna ini begitu berarti bagi Presiden Prabowo Subianto?

Mengapa Era Keemasan Sains Orba Hilang? 

Indonesia sempat alami euforia sains dan imajinasi yang tinggi ketika awal hingga pertengahan Orde Baru. Mengapa tren tersebut tiba-tiba hilang? 

The Invincible Bahlil and The Philosopher King

Dengarkan artikel ini: Meski kerap dikritik dan dianggap kontroversial, nyatanya sosok Bahlil Lahadalia harus diakui jadi inspirasi bagi banyak orang. Meniti karier dari pelosok,...

Menguak “Beban” Erick Pecat STY

Pemecatan pelatih Timnas Sepak Bola Pria Indonesia oleh PSSI meninggalkan interpretasi karena dua untaian frasa “mencurigakan” yang terujar dari Erick Thohir dan anak Shin Tae-yong, yakni “dinamika kompleks” dan “perlakuan PSSI”. Bahkan, sesuatu hingga ke ranah yang bertendensi politis. Benarkah demikian?

Inayah Wahid, “Rhaenyra” of Trah Gus Dur?

Bukan Alissa, Yenny, maupun Anita, sosok Inayah Wahid justru yang paling mirip Presiden RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur)? Mengapa demikian?

Ambang Batas MK: Anies “Ancam” Jokowi?

Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) hilangkan kewajiban ambang batas presiden (PT). kesempatan Anies untuk “ancam” pengaruh Jokowi?

More Stories

Rocky Gerung Seng Ada Lawan?

“Cara mereka menghina saja dungu, apalagi mikir. Segaris lurus dengan sang junjungan.” ~ Rocky Gerung PinterPolitik.com Tanggal 24 Maret 2019 lalu Rocky Gerung hadir di acara kampanye...

Amplop Luhut Hina Kiai?

“Itu istilahnya bisyaroh, atau hadiah buat kiai. Hal yang lumrah itu. Malah aneh, kalau mengundang atau sowan ke kiai gak ngasih bisyaroh.” ~ Dendy...

KPK Menoleh Ke Prabowo?

“Tetapi kenyataannya, APBN kita Rp 2.000 triliun sekian. Jadi hampir separuh lebih mungkin kalau tak ada kebocoran dan bisa dimaksimalkan maka pendapatan Rp 4.000...