HomeBelajar PolitikKPU: BEBERAPA FAKTOR SEBABKAN PILKADA SERENTAK KURANG SEMARAK

KPU: BEBERAPA FAKTOR SEBABKAN PILKADA SERENTAK KURANG SEMARAK

Saat ini pasangan calon sudah memikirkan model kampanye yang berbeda dari Pilkada sebelumnya. Pasangan calon tidak lagi mengandalkan banyak alat peraga dan iklan. Sekarang mereka lebih suka jalan-jalan, menemui masyarakat, istilahnya blusukan.


pinterpolitik.comKamis, 29 Desember 2016.

JAKARTA – Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Juri Ardiantoro menyebutkan sejumlah faktor teknis yang menyebabkan penyelenggaraan Pilkada 2017 di 101 daerah kurang semarak.

Kepada wartawan di kantor KPU Jalan Hayam Wuruk, Jakarta, Selasa (27/12/2016), Juri mengatakan, faktor pertama, panjangnya masa kampanye di Pilkada 2017. Masa sosialisasi selama tiga bulan berdampak pada munculnya pengaturan waktu kegiatan calon kepala daerah. Dengan demikian, para calon tidak bisa semaunya melakukan kampanye.

Kedua, peserta Pilkada tidak banyak. Dulu rata-rata 5 sampai 7 pasangan calon. Sekarang, rata-rata 2 sampai 3 paslon di setiap daerah.

Ketiga, terlibatnya KPU dalam penyediaan alat peraga kampanye di Pilkada 2017. Sebelumnya, peserta Pilkada dapat membuat alat peraga kampanye masing-masing tanpa melalui KPU. Mulai tahun ini, pengadaan alat peraga ditanggung oleh negara melalui KPU di tiap daerah. Oleh karena itu, alat peraga menjadi terbatas.

Keempat, saat ini pasangan calon sudah memikirkan model kampanye yang berbeda dari Pilkada sebelumnya. Pasangan calon tidak lagi mengandalkan banyak alat peraga dan iklan. Sekarang mereka lebih suka jalan-jalan, menemui masyarakat, istilahnya blusukan.

Sebelumnya, anggota Tim Monitoring Pilkada Serentak 2017 Kementerian Dalam Negeri, Hariyadi, mengatakan, semarak Pilkada di sebagian besar daerah yang menggelar pesta demokrasi lokal itu, tidak terasa. Padahal, pemungutan suara bakal digelar kurang dari dua bulan.

Secara terpisah, Direktur Eksekutif Perkumpulan Pemilu untuk Demokrasi (Perludem) Titi Anggraeni meminta KPU mengambil sikap terkait dengan terpinggirkannya isu Pilkada di daerah. Hal tersebut diungkapkan Titi setelah melihat masifnya perhatian publik di daerah atas konstelasi di Pilkada DKI Jakarta.

Baca juga :  2029 "Kiamat" Partai Berbasis Islam? 

“Saya kira, KPU RI harus mengambil sikap dan menentukan strategi agar isu Pilkada di daerah ini tetap ada dan tidak terpinggirkan,” kata Titi saat diskusi di Kantor KPU, Jakarta, Rabu (28/12).

Titi mengatakan, saat ini tidak sedikit warga di daerah yang justru lebih mengenal pasangan calon di Jakarta, ketimbang pasangan calon di daerahnya. Warga juga justru memberikan perhatian dan pembicaraan di lingkungan rumahnya untuk memilih pasangan calon di Ibukota, ketimbang di daerahnya sendiri.

Ia berharap KPU dan semua pihak dapat memberikan ruang sosialisasi kepada pasangan calon di daerah. Dengan begitu, semarak Pilkada Serentak 2017 dapat merata di 101 daerah. (Kps.com/E19)

spot_imgspot_img

#Trending Article

Segitiga Besi Megawati

Relasi Prabowo Subianto dan Megawati Soekarnoputri kini memasuki babak baru menyusul wacana pertemuan dua tokoh tersebut.

Prabowo & Hybrid Meritocracy Letnan-Mayor

Promosi Letjen TNI Kunto Arief Wibowo sebagai Pangkogabwilhan I di rotasi perdana jenderal angkatan bersenjata era Presiden Prabowo Subianto kiranya mengindikasikan pendekatan baru dalam relasi kekuasaan dan militer serta dinamika yang mengiringinya, termasuk aspek politik. Mengapa demikian?

The Real Influence of Didit Hediprasetyo?

Putra Presiden Prabowo Subianto, Didit Hediprasetyo, memiliki influence tersendiri dalam dinamika politik. Mengapa Didit bisa memiliki peran penting?

Keok Pilkada, PKS Harus Waspada? 

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menjadi salah satu partai yang paling tidak diuntungkan usai Pemilu 2024 dan Pilkada 2024. Mungkinkah hal ini jadi bahaya bagi PKS dalam waktu mendatang?

Prabowo and The Nation of Conglomerates

Dengarkan artikel ini: Sugianto Kusuma atau Aguan kini jadi salah satu sosok konglomerat yang disorot, utamanya pasca Menteri Tata Ruang dan Agraria Nusron Wahid mengungkapkan...

Megawati and The Queen’s Gambit

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mungkin akan dielu-elukan karena dinilai brilian dengan menunjuk Pramono Anung sebagai calon gubernur dibandingkan opsi Ahok atau Anies Baswedan, sekaligus mengalahkan endorse Joko Widodo di Jakarta. Namun, probabilitas deal tertentu di belakangnya turut mengemuka sehingga Megawati dan PDIP bisa menang mudah. Benarkah demikian?

Gibran Wants to Break Free?

Di tengah dinamika politik pasca-Pilkada 2024, seorang wapres disebut ingin punya “kebebasan”. Mengapa Gibran Rakabuming wants to break free?

Ada Operasi Intelijen Kekacauan Korea Selatan? 

Polemik politik Korea Selatan (Korsel) yang menyeret Presiden Yoon Suk Yeol jadi perhatian dunia. Mungkinkah ada peran operasi intelijen dalam kekacauan kemarin? 

More Stories

Infrastruktur Ala Jokowi

Presiden juga menjelaskan mengenai pembangunan tol. Mengapa dibangun?. Supaya nanti logistic cost, transportation cost bisa turun, karena lalu lintas sudah  bebas hambatan. Pada akhirnya,...

Banjir, Bencana Laten Ibukota

Menurut pengamat tata ruang, Yayat Supriatna, banjir di Jakarta disebabkan  semakin berkurangnya wilayah resapan air. Banyak bangunan yang menutup tempat resapan air, sehingga memaksa...

E-KTP, Dampaknya pada Politik

Wiranto mengatakan, kegaduhan pasti ada, hanya skalanya jangan sampai berlebihan, sehingga mengganggu aktivitas kita sebagai bangsa. Jangan juga mengganggu mekanisme kerja yang  sudah terjalin...