“Kita jatuh untuk bangun, berhenti untuk berjalan, tidur untuk bangun, teriak untuk didengar.”
PinterPolitik.com
[dropcap]E[/dropcap]kspresi kecintaan terhadap Indonesia tidak harus sama dan sebangun antara satu dengan yang lainnya. Kecintaan tidak hanya berwujud pada puja dan puji terhadap kinerja pemerintah, tetapi juga bisa diwujudkan dalam bentuk kritik.
Jika benar-benar “Aku Indonesia”, jangan biarkan rupiah terpuruk, ekonomi krisis, politik disandera, perusahaan-perusahaan milik negara disalahgunakan, mafia-mafia impor merajalela, narkoba meluas, penjahat kerah putih beraksi leluasa
— Haedar Nashir (@HaedarNs) October 28, 2018
Begitulah wujud kecintaan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir dalam akun Twitter pribadinya. Kritik yang konstruktif itu pun merupakan wujud cinta pada Indonesia agar yang dicintai tetap utuh lahir dan batin serta tidak salah arah jalan.
Gimana gengs menurut kalian? Mantap lah ya, suka nih eyke sama yang kayak begini-begini. Tajam setajam silet! Jadi terlintas pilih doi ajalah jadi presiden. Eh tapi presidennya, presiden partai PKS. Wkwkwk, bercanda cuy!
Menurut Haedar, kecintaan akan Indonesia juga harus diimplementasikan secara nyata baik oleh pemerintah maupun komponen rakyat. Di antaranya dengan sama-sama mencintai rupiah, melawan kejahatan kerah putih, hingga memerangi narkoba dan mafia impor pangan.
Dengan begitu, semua bisa bersatu dan Indonesia benar-benar menjadi maju dan berdaulat di segala bidang.
“Ekonomi anjlok, ganti menteri ekonominya! Ekspor loyo, ganti menteri perdagangannya! Tidak bisa swasembada pangan, ganti segera menteri pertaniannya! Apaan? Semua menterinya pada govlog? Ya udah ganti aja rakyatnya!” Wkwkwk.
Jika benar-benar “Aku Indonesia”, jangan biarkan rupiah terpuruk, ekonomi krisis, politik disandera, perusahaan-perusahaan milik negara disalahgunakan, mafia-mafia impor merajalela, narkoba meluas, penjahat kerah putih beraksi leluasa
— Haedar Nashir (@HaedarNs) October 28, 2018
Kalau narasinya seperti di atas ini nih gengs, aduh makin old school nan purbakala banget cuy! Contohnya ya pada zaman Firaun deh.
Waktu itu kan Firaun sempat diceramahin sama Nabi Musa untuk menuju jalan yang lebih baik. Tapi apa daya gengs, namanya juga Firaun. Bukannya mendengar Nabi Musa, eh malah berendem di laut! Un un, sian amat nasib lu. Lantas sama aja nih gengs kayak jaman sekarang, mulai banyak orang yang mirip-mirip kayak Firaun.
Intinya mah kalau menurut eyke, stop deh buat narasi-narasi yang ngambang begini. Daripada banyak membuat narasi, kita langsung aja bentuk gerakan revolusi. Anjay, ngeri enggak tuh! (G35)