HomeBelajar PolitikKebijakan Bebas Visa Akan Dievaluasi

Kebijakan Bebas Visa Akan Dievaluasi

Kecil Besar

pinterpolitik.comSenin, 26 Desember 2016.

Sistem bebas visa akan dievaluasi, apakah betul-betul bermanfaat atau tidak. Begitu dikemukakan Dirjen Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM, Ronny Franky Sompie, di Jakarta, Sabtu (24/12/2016).

“Evaluasi bebas visa pasti dilakukan,” kata Ronny dalam diskusi bertema “Di Balik Serbuan Warga Asing” di Rumah Makan Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat.

Ia menjelaskan, ketika seseorang bebas masuk ke Indonesia tanpa visa, pihak Indonesia kehilangan pengawasan sejak awal kedatangan warga negara asing (WNA) tersebut. Itu berarti, perlu dilakukan upaya untuk mencegah jangan sampai visa bebas kunjungan mengakibatkan kerugian.

Di tempat yang sama, Ketua Komisi IX DPR RI Dede Yusuf mengatakan, sistem bebas visa merangsang banyak tenaga asing masuk ke Indonesia. Terkait dengan itu, DPR sudah merekomendasikan pemerintah untuk memperbanyak fungsi pengawasan.

Dede Yusuf juga menyarankan pemerintah untuk membentuk satuan tugas khusus yang menangani maraknya persoalan TKA. Politikusi Demokrat itu membandingkan kebutuhan adanya satgas TKA ilegal dengan persoalan pungutan liar, yang kini ditangani Satgas Sapu Bersih Pungutan Liar (Saber Pungli).

Ia mengatakan, seperti pungli, saat ini juga marak diberitakan media massa soal penangkapan TKA ilegal di sejumlah daerah.

Dikatakan, pemerintah memang telah memiliki tenaga pengawas untuk mengawasi persoalan tenaga kerja. Namun, jumlah tenaga pengawas hanya sekitar 2.000 personel di seluruh wilayah Indonesia.

spot_imgspot_img

#Trending Article

The Pig Head in Tempo

Teror kepala babi dan bangkai tikus jadi bentuk ancaman kepada kerja-kerja jurnalisme. Sebagai pilar ke-4 demokrasi, sudah selayaknya jurnalisme beroperasi dalam kondisi yang bebas dari tekanan.

PDIP Terpaksa “Tunduk” Kepada Jokowi?

PDIP melalui Puan Maharani dan Joko Widodo (Jokowi) tampak menunjukan relasi yang baik-baik saja setelah bertemu di agenda Ramadan Partai NasDem kemarin (21/3). Intrik elite PDIP seperti Deddy Sitorus, dengan Jokowi sebelumnya seolah seperti drama semata saat berkaca pada manuver PDIP yang diharapkan menjadi penyeimbang pemerintah tetapi justru bersikap sebaliknya. Lalu, kemana sebenarnya arah politik PDIP? Apakah akhirnya secara tak langsung PDIP akan “tunduk” kepada Jokowi?

The Irreplaceable Luhut B. Pandjaitan? 

Di era kepresidenan Joko Widodo (Jokowi), Luhut Binsar Pandjaitan terlihat jadi orang yang diandalkan untuk jadi komunikator setiap kali ada isu genting. Mungkinkah Presiden Prabowo Subianto juga memerlukan sosok seperti Luhut? 

The Danger Lies in Sri Mulyani?

IHSG anjlok. Sementara APBN defisit hingga Rp31 triliun di awal tahun.

Deddy Corbuzier: the Villain?

Stafsus Kemhan Deddy Corbuzier kembali tuai kontroversi dengan video soal polemik revisi UU TNI. Pertanyaannya kemudian: mengapa Deddy?

Sejauh Mana “Kesucian” Ahok?

Pasca spill memiliki catatan bobrok Pertamina dan dipanggil Kejaksaan Agung untuk bersaksi, “kesucian” Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok seolah diuji. Utamanya, terkait pertaruhan apakah dirinya justru seharusnya bertanggung jawab atas skandal dan kasus rasuah perusahaan plat merah tempat di mana dirinya menjadi Komisasis Utama dahulu.

Teror Soros, Nyata atau “Hiperbola”? 

Investor kondang George Soros belakangan ramai dibincangkan di media sosial. Apakah ancaman Soros benar adanya, atau hanya dilebih-lebihkan? 

Begitu Sulit Sri Mulyani

Kementerian Keuangan belum juga memberikan paparan kinerja APBN bulan Januari 2025.

More Stories

Infrastruktur Ala Jokowi

Presiden juga menjelaskan mengenai pembangunan tol. Mengapa dibangun?. Supaya nanti logistic cost, transportation cost bisa turun, karena lalu lintas sudah  bebas hambatan. Pada akhirnya,...

Banjir, Bencana Laten Ibukota

Menurut pengamat tata ruang, Yayat Supriatna, banjir di Jakarta disebabkan  semakin berkurangnya wilayah resapan air. Banyak bangunan yang menutup tempat resapan air, sehingga memaksa...

E-KTP, Dampaknya pada Politik

Wiranto mengatakan, kegaduhan pasti ada, hanya skalanya jangan sampai berlebihan, sehingga mengganggu aktivitas kita sebagai bangsa. Jangan juga mengganggu mekanisme kerja yang  sudah terjalin...