HomeBelajar PolitikJokowi-Ma’ruf Terjungkal-jungkal!

Jokowi-Ma’ruf Terjungkal-jungkal!

Kecil Besar

“Pilpres itu lomba menipu rakyat!”


PinterPolitik.com

[dropcap]S[/dropcap]epertinya kubu Jokowi sudah harus mulai memperbanyak bikin pengajian nih, terutama untuk Erick Thohir nih yang dikenal sebagai boss media. Doi juga harus lebih banyak lagi baca berita dan harus belajar ikhlas menerima keadaan. Wkwkwk. Kok bisa?

Iya bisa gengs, untuk masalah perbanyak pengajian itu karena menurut kabar dari Direktur Eksekutif Media Survei Nasional  (Median) Rico Marbun, selisih elektabilitas pasangan calon  Jokowi-Ma’ruf Amin dan pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno kian menipis. Jadi, tunggu apa lagi kalau sudah begini, perbanyaklah berdoa. Betul apa betul?

Terus kalau persoalan Erick yang harus perbanyak baca berita dan belajar ikhlas itu karena perkataan Erick yang ini gengs:

“Kita kian unggul di media sosial (medsos) dibanding pasangan Prabowo-Sandi yang masih jauh di bawah kita”.

Ada dua hal gengs kenapa Erick bisa ngomong gini di depan orang banyak. Yang pertama karena Erick kurang baca update berita media nasional. Yang kedua karena Erick lagi ngeles sebab enggak mau kalah. Meskipun survei elektabilitas turun, tapi doi tetap mau bilang di medsos junjungannya jauh lebih unggul. Wkwkwkwk.

Tapi mau gimana juga gengs, selisih elektabilitas atau jarak elektoral dua paslon relatif menipis. Suara pasangan Jokowi-Ma’ruf relatif stagnan, sementara suara Prabowo-Sandiaga meskipun tumbuh, namun relatif lambat.

Sebelumnya, diketahui jajak pendapat Median per November 2018, menunjukkan bahwa tingkat keterpilihan Jokowi-Ma’ruf mencapai 47,7 persen, sedangkan Prabowo-Sandiaga 35,5 persen. Selisih elektabilitas di antara keduanya kala itu sekitar 12,2 persen.

Namun, jajak pendapat Median terbaru per Januari 2019, Jokowi-Ma’ruf memperoleh 47,9 persen dan Prabowo-Sandiaga 38,7 persen. Perbedaan elektabilitas di antara keduanya menjadi 9,2 persen. Weleh-weleh, pasti dagdigdugder deh tuh kubunya Jokowi. Erick kayaknya semakin hari semakin sulit tidur nyenyak. Hmm, tapi nggak masalah juga sih, toh kalau Jokowi kalah, Sandi masih tetap temannya kok. Wkwkwk.

Bagi Rico, ketidakpuasan masyarakat kepada Jokowi yang membuat hasil surveinya terlihat stagnan terutama pada isu beratnya beban ekonomi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan kehidupan sehari-hari.

Baca juga :  Ini Akhir Cerita Thohir Brothers?

Di sisi peran Sandi yang dianggap mampu menyampaikan pesan dengan cara rutin melakukan kampanye ke pasar-pasar dan melakukan politisasi harga kebutuhan pokok dianggap sebagai faktor peningkatan dukungan untuk Prabowo dan dirinya.

Nah, kalau ujung-ujungnya Rico bilang suara Prabowo-Sandi mengalami kenaikan karena Sandi, pasti Jokowi dan Ma’ruf akan ngomong gini:

Jokowi : “Kenapa dulu bukan Mahfud saja ya yang jadi wakil saya?”

Wkwkwk, terus Ma’ruf ngomong gini: Share on X

Ma’ruf : “Kan bener, elektabilitas turun karena peran saya kurang maksimal. Tapi bodo amat deh, lagian kemarin Jokowi sudah saya bilang jangan pilih saya! Eh doi malah batu tetep maksa saya jadi cawapresnya. Ya gini deh jadinya!” (G35)

spot_imgspot_img

#Trending Article

Prabowo Lost in Translation

Komunikasi pemerintahan Prabowo dinilai kacau dan amburadul. Baik Prabowo maupun para pembantunya dianggap tak cermat dalam melemparkan tanggapan dan jawaban atas isu tertentu kepada publik, sehingga gampang dipelintir dan dijadikan bahan kritik.

2029 Anies Fade Away atau Menyala?

Ekspektasi terhadap Anies Baswedan tampak masih eksis, terlebih dalam konteks respons, telaah, dan positioning kebijakan pemerintah. Respons dan manuver Anies pun bukan tidak mungkin menjadi kepingan yang akan membentuk skenario menuju pencalonannya di Pilpres 2029.

The Pig Head in Tempo

Teror kepala babi dan bangkai tikus jadi bentuk ancaman kepada kerja-kerja jurnalisme. Sebagai pilar ke-4 demokrasi, sudah selayaknya jurnalisme beroperasi dalam kondisi yang bebas dari tekanan.

PDIP Terpaksa “Tunduk” Kepada Jokowi?

PDIP melalui Puan Maharani dan Joko Widodo (Jokowi) tampak menunjukan relasi yang baik-baik saja setelah bertemu di agenda Ramadan Partai NasDem kemarin (21/3). Intrik elite PDIP seperti Deddy Sitorus, dengan Jokowi sebelumnya seolah seperti drama semata saat berkaca pada manuver PDIP yang diharapkan menjadi penyeimbang pemerintah tetapi justru bersikap sebaliknya. Lalu, kemana sebenarnya arah politik PDIP? Apakah akhirnya secara tak langsung PDIP akan “tunduk” kepada Jokowi?

The Irreplaceable Luhut B. Pandjaitan? 

Di era kepresidenan Joko Widodo (Jokowi), Luhut Binsar Pandjaitan terlihat jadi orang yang diandalkan untuk jadi komunikator setiap kali ada isu genting. Mungkinkah Presiden Prabowo Subianto juga memerlukan sosok seperti Luhut? 

The Danger Lies in Sri Mulyani?

IHSG anjlok. Sementara APBN defisit hingga Rp31 triliun di awal tahun.

Deddy Corbuzier: the Villain?

Stafsus Kemhan Deddy Corbuzier kembali tuai kontroversi dengan video soal polemik revisi UU TNI. Pertanyaannya kemudian: mengapa Deddy?

Sejauh Mana “Kesucian” Ahok?

Pasca spill memiliki catatan bobrok Pertamina dan dipanggil Kejaksaan Agung untuk bersaksi, “kesucian” Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok seolah diuji. Utamanya, terkait pertaruhan apakah dirinya justru seharusnya bertanggung jawab atas skandal dan kasus rasuah perusahaan plat merah tempat di mana dirinya menjadi Komisasis Utama dahulu.

More Stories

Rocky Gerung Seng Ada Lawan?

“Cara mereka menghina saja dungu, apalagi mikir. Segaris lurus dengan sang junjungan.” ~ Rocky Gerung PinterPolitik.com Tanggal 24 Maret 2019 lalu Rocky Gerung hadir di acara kampanye...

Amplop Luhut Hina Kiai?

“Itu istilahnya bisyaroh, atau hadiah buat kiai. Hal yang lumrah itu. Malah aneh, kalau mengundang atau sowan ke kiai gak ngasih bisyaroh.” ~ Dendy...

KPK Menoleh Ke Prabowo?

“Tetapi kenyataannya, APBN kita Rp 2.000 triliun sekian. Jadi hampir separuh lebih mungkin kalau tak ada kebocoran dan bisa dimaksimalkan maka pendapatan Rp 4.000...