HomeBelajar PolitikJK Didemo di Oxford, Kenapa?

JK Didemo di Oxford, Kenapa?

Wakil Presiden Jusuf Kalla didemo ketika memberi kuliah umum di Universitas Oxford, Inggris. Oleh para pendemo, terdiri dari warga Indonesia dan Inggris, JK dinilai tidak cocok berbicara tentang Islam Moderat.


PinterPolitik.com

Adalah Mariella Djorghi, sosok yang memimpin protes. Ia memimpin aksi damai di depan kompleks OXCIS, Oxford University pada Kamis (18/05), dan diikuti oleh tiga orang, menurut laporan yang dihimpun dari Rappler.

Juru Bicara Wapres, Husain Abdullah, mengatakan JK sejak awal tak terpengaruh dengan gosip demo yang sempat marak di sosial media tersebut. “Para pendemo sepertinya mendapat informasi atau memberi informasi yang keliru tentang Indonesia, tidak sesuai fakta yang terjadi di tanah air.” jelasnya.

Selain melakukan aksi protes, Mariella juga membuat petisi online yang berisi protes terhadap aliran Islam ‘keras’ yang terjadi akibat politisasi agama, serta menuntut pemerintah Indonesia menyelenggarakan pemerintahan yang adil, terbuka, dan setara.

JK Didemo di Oxford
Salah satu pendemo di Oxford (foto: Twitter)

Berbicara Tentang Ahok, Demokrasi, dan Islam

Di hadapan 200 hadirin, Kalla memberikan kuliah bertema ‘Middle Path Islam: Indonesia’s Experience’ atau ‘Islam Jalan Tengah: Pengalaman Indonesia’. Dalam kuliahnya tersebut, ia menyempilkan bahasan mengenai kasus Ahok.

Seperti yang sudah kita ketahui bersama,Ahok terjerat pasal penistaan agama dan diganjar hukuma 2 tahun penjara. Banyak pihak yang menyayangkan dan bersuara bahwa yang terjadi padanya adalah bentuk ketidakadilan.

Kalla ternyata memiliki pendapatnya sendiri ketika berhadapan dengan kasus Ahok. Ia mengatakan secara pribadi mengenal Ahok, dan menurutnya Ahok adalah gubernur yang memiliki dedikasi tinggi, namun juga impulsif.

Jusuf Kalla memberi kuliah umum (foto: BBC Indonesia)
Jusuf Kalla memberi kuliah umum (foto: BBC Indonesia)

Seperti yang dilansir dalam BBC Indonesia, Ahok menegaskan kepada hadirin di salah satu universitas terbaik di dunia tersebut, bahwa yang terjadi pada Ahok bukanlah diskriminasi agama. “Ini soal demokrasi. Dalam demokrasi Anda harus siap menerima kemenangan dan kekalahan. Jika Anda kalah, Anda harus menerima kekalahan,” katanya.

Baca juga :  Berani Prabowo Buka Pandora Papers Airlangga?

Ia menambahkan, kasus yang dihadapi Ahok adalah tentang penghinaan agama dan negara-negara lain pun memiliki aturan penghinaan juga. Ia memberi contoh dengan negara Thailand, di mana menurutnya raja dan kerajaan tak boleh dihina.

“Anda menghina raja, Anda akan dipenjara. Sama dengan di negara-negara lain, termasuk Indonesia. Anda tak boleh menghina agama dan Ahok, menurut pengadilan, bersalah. Begitu pula di Inggris, kalau dinyatakan bersalah, Anda akan dipenjara apapun agama Anda.”

Selanjutnya Kalla membicarakan tentang berbagai organisasi kemasyarakatan Islam, yang didirikan di era penjajahan Belanda, mengadopsi Islam Jalan Tengah atau wasatiyah. Dua organisasi Isalm terbesar di Indoensia adalah Nahdatul Ulama dan Muhammadiyah, yang memiliki anggota sekitar 100 juta orang.

“Ormas-ormas Islam tersebut, menurut Kalla berhasil meredam kelompok-kelompok yang menyimpang dan membawa ideologi radikal. “Dua organisasi ini bersama-sama dengan organisaasi lain di seluruh Indonesai secara konsisten menyampaikan pesan-pesan anti-terorisme dan mendorong toleransi.”

Di akhir kuliah umum, Kalla menekankan perlunya generasi muda untuk diingatkan soal pentingnya penghormatan atas keberagaman. “Keberagaman adalah hikmah, tapi persatuan adalah sesuatu yang harus terus didorong dan diwujudkan.” tutupnya.

Alasan dibalik JK datang ke negara Ratu Elizabeth itu adalah untuk memenuhi undangan diplomat Inggris yang ingin mengetahui ‘bagaimana Indonesia, sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, bisa menjaga persatuan dengan baik’.

Sedangkan Oxford for Islamic Studies (OSIC), tempat dirinya memberikan kuliah, adalah pusat kajian agama Islam Universitas Oxfrod. Didirikan pada tahun 1985 dengan tujuan mendorong kajian dan penelitian ilmiah tentang Islam dan dunia.

Mariella dan Chowdry, Penggerak Aksi Protes

Mariella sendiri, yang melakukan protes, adalah seorang mahasiswa Oxford keturunan Indonesia. Ia dan beberapa rekannya memang sengaja datang untuk memprotes kedatangan JK. Ia berkata bahwa JK tidak sesuai menjadi sosok yang membawakan pidato bertema ‘Islam Moderat’. “Dia tidak kredibel untuk dapat berbicara mengenai isu tersebut. Apalagi dia diduga terlibat dalama ksi pembakaran gereja tahun 1998 lalu di Makassar.” Ujarnya seperti yang dilansir Rappler.

Mariella Djorghi (foto: Twitter)
Mariella Djorghi (foto: Twitter)

Kabar JK yang pernah melakukan pembakaran gereja memang merebak seiring kunjungannya ke Oxford terkait kuliah umum yang membahas Islam Moderat. Di media sosial Twitter, kontrasnya peran JK membicarakan hal tersebut disandingkan dengan sebuah tulisan yang berasal dari sebuah potongan gambar berikut.

 

Baca juga :  Jokowi Presiden Terkuat Cuma Mitos?

Mariella melanjutkan, “saya katakan kepada publik dengan mengundang orang seperti itu, maka sama saja seperti mengundang Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, untuk berbicara mengenai penderitaan rakyat Armenia.” Kata perempuan yang sudah tinggal di Inggris sejak 1998.

Dalam melakukan aksi, Mariella juga dibantu dan didukung oleh Asosiasi Kristen Pakistan Inggris yang juga telah mengajukan petisi. Ketua Asosiasi, Wilson Chowdry mengatakan bahwa dirinya ingin bergabung dengan Mariella dan kemanusiaan lainnya dalam mengungkapkan keprihatinan yang mendalam atas dukungan bia yng diberikan Wakil Presiden kepada seorang kandidatuntuk jabatan Gubernur Jakarta, yang akhirnya menimbulkan kritik secara luas. Chowdory membantu Mariella mendapatkan izin melakukan demonstrasi pada hari itu, yakni Kamis (18/05).

Jusuf Kalla sendiri, datang ke Universitas Oxford tepat dua hari setelah sebelumnya Pangeran Charles mengunjungi pusat kegiatan Islam di tempat yang sama.(Berbagai Sumber/A27)

spot_imgspot_img

#Trending Article

Prabowo dan Hegemoni Rasa Takut

Beberapa konglomerat menyiratkan “ketakutan” soal akan seperti apa pemerintahan Prabowo bersikap terhadap mereka.

“Parcok” Kemunafikan PDIP, What’s Next?

Diskursus partai coklat atau “parcok" belakangan jadi narasi hipokrit yang dimainkan PDIP karena mereka justru dinilai sebagai pionir simbiosis sosial-politik dengan entitas yang dimaksud. Lalu, andai benar simbiosis itu eksis, bagaimana masa depannya di era Pemerintahan Prabowo Subianto dan interaksinya dengan aktor lain, termasuk PDIP dan Joko Widodo (Jokowi)?

Prabowo vs Kemlu: Warrior vs Diplomat?

Perbedaan pendapat dalam politik luar negeri tampaknya sedang terjadi antara Prabowo dan diplomat-diplomat Kemlu. Mengapa demikian?

Prabowo dan Prelude Gerindra Empire?

Partai Gerindra di bawah komando Prabowo Subianto seolah sukses menguasai Pulau Jawa setelah tiga “mahapatih” mereka, yakni Andra Soni, Dedi Mulyadi, serta Ahmad Luthfi hampir dapat dipastikan menaklukkan Pilkada 2024 sebagai gubernur. Hal ini bisa saja menjadi permulaan kekuasaan lebih luas di Jawadwipa. Mengapa demikian?

Kejatuhan Golkar di Era Bahlil?

Dengan kekalahan Ridwan Kamil dan Airin Rachmi Diany di Pilkada Serentak 2024. Mungkinkah Golkar akan semakin jatuh di bawah Bahlil Lahadalia?

Ridwan Kamil “Ditelantarkan” KIM Plus? 

Hasil tidak memuaskan yang diperoleh pasangan Ridwan Kamil-Suswono (RIDO) dalam versi quick count Pemilihan Gubernur Jakarta 2024 (Pilgub Jakarta 2024) menjadi pertanyaan besar. Mengapa calon yang didukung koalisi besar tidak tampil dominan? 

Prabowo dan Filosofi Magikarp ala Pokémon

Pemerintahan Prabowo Subianto siapkan sejumlah strategi untuk tingkatkan investasi dan SDM. Mungkinkah Prabowo siap untuk “lompat katak”?

Belah PDIP, Anies Tersandera Sendiri?

Endorse politik Anies Baswedan di Pilgub Jakarta 2024 kepada kandidat PDIP, yakni Pramono Anung-Rano Karno justru dinilai bagai pedang bermata dua yang merugikan reputasinya sendiri dan PDIP di sisi lain. Mengapa demikian?

More Stories

Jangan Remehkan Golput

Golput menjadi momok, padahal mampu melahirkan harapan politik baru. PinterPolitik.com Gelaran Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2018 tunai sudah. Kini giliran analisis hingga euforia yang tersisa dan...

Laki-Laki Takut Kuota Gender?

Berbeda dengan anggota DPR perempuan, anggota DPR laki-laki ternyata lebih skeptis terhadap kebijakan kuota gender 30% untuk perempuan. PinterPolitik.com Ella S. Prihatini menemukan sebuah fakta menarik...

Menjadi Pragmatis Bersama Prabowo

Mendorong rakyat menerima sogokan politik di masa Pilkada? Prabowo ajak rakyat menyeleweng? PinterPolitik.com Dalam pidato berdurasi 12 menit lebih beberapa menit, Prabowo sukses memancing berbagai respon....